Surat "Pernikahan" dari Penulis

35.3K 3K 552
                                    

Kita tinggal di era ketika menikah muda menjadi sebuah tren.

Tak perlu jauh-jauh, bahkan di Wattpad pun, kisah tentang pernikahan muda merajalela. Di Instagram, begitu mudah kita menemukan sepasang suami-istri memamerkan kebahagiaan mereka melalui genggaman tangan atau pelukan sederhana, seakan berkata kepada dunia, "Hai, semua, kita sudah halal, lho." Lalu, begitu banyak akun media sosial mengejek para jomlo, dan begitu mudahnya kita mendengar teman-teman kita berkata, "Capek, pengin nikah aja."

Satu hal yang ingin kuklarifikasi: Aku sama sekali tidak menentang ide menikah muda. Bahkan, dalam agamaku, Islam, itu sesuatu yang dianjurkan.

"Jika seseorang menikah, maka ia telah menyempurnakan separuh agamanya. Karenanya, bertakwalah pada Allah pada separuh yang lainnya." (HR. Al Baihaqi dalam Syu'abul Iman. Dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam As Silsilah Ash Shahihah no. 625)

"Wahai para pemuda, barangsiapa di antara kalian yang mampu menikah, maka menikahlah! Sedangkan barangsiapa yang belum mampu, hendaknya dia berpuasa, sesungguhnya yang demikian itu akan menjadi benteng baginya." (HR. Bukhari, no. 4677)

Dan, banyak lagi dalil yang menganjurkan kita untuk segera menikah.

Dan, aku percaya bahwa apa pun yang Allah dan Rasulullah (shallallahu 'alaihi wa sallam) perintahkan pasti ada kebaikan di baliknya; yang mungkin belum kita ketahui hari ini.

Namun, hari ini, pasangan yang telah menikah muda cenderung pada mengunggah kemesraan mereka di media sosial—but, please, don't judge them, ya. Mereka mungkin belum menyadari bahwa itu tidak selalu menjadi keputusan yang tepat. Atau, mereka mungkin punya alasan sendiri. Atau, mereka mungkin sudah bertaubat atas kesalahan tersebut, berusaha tidak mengulanginya lagi, meski beberapa kali masih gagal, dan kita tidak mengetahui taubat yang melalukan secara sembunyi-sembunyi itu. Doakan kebaikan untuk mereka.

Beberapa kali aku mengunjungi akun Instagram pasangan yang telah menikah muda atau akun-akun media sosial yang sedikit terlalu berlebihan dalam mendorong pemuda-pemudi menikah muda, lalu aku membuka salah satu postingan mereka dan melihat ratusan komentar di bawahnya.

Hasilnya? Kudapati bahwa...

Beberapa orang ingin menikah semata-mata hanya karena iri, baper, berharap melihat kemesraan yang mereka lihat cuma dari luar.

Beberapa ingin menikah hanya karena usianya sudah dua-puluh-sekian.

Banyak yang menikah, tetapi tidak pernah sekali pun mereka menuntut ilmu yang akan membantu mereka dalam pernikahan nanti. Kalau pun pernah, teramat jarang dilakukan. Itu pun sekadar seminar motivasi menikah.

Beberapa terlalu berharap pada pacar untuk segera dinikahi, seolah sang pacar adalah tempatnya menentukan keputusan hidup.

Beberapa terlalu berharap pada satu orang tertentu, hanya mau padanya, menikah dengannya, sampai-sampai tidak bisa move on meski ada kesempatan yang lebih baik.

Beberapa gagal bersabar sehingga mereka terjebak dalam pacaran-atas-nama-ta'aruf: Tidak berpacaran, tetapi sering memberi kode, sering chatting, sok-sok mengingatkan untuk tidak lupa shalat.

Malah, ada pula yang menjadikan pernikahan sebagai standar mereka melakukan sebuah kebaikan. Girls be like, "Aku bakal pakai jilbab syar'i kalau udah nikah aja." Meanwhile, boys be like, "Aku bakal rajin shalat di masjid dan sering-sering ikut pengajian kalau udah nikah."

Beberapa malah ingin menikah hanya karena lelah hidup sendirian, sekolah, dan kuliah, like, duh?

Itulah aku menulis buku ini.

Supaya kita menemukan alasan yang tepat untuk menikah.

Bukan sekadar keinginan yang didasarkan pada tren menikah muda yang terjadi saat ini. (I mean, coba, deh, kita telusuri niat paling dalam; bisa jadi ada secuil niat ingin menikah muda karena itu tren saat ini.)

Bukan sekadar karena kita hanya mengharapakan si dia. (I mean, coba, deh, telusuri niat paling dalam; bisa jadi si dia alasan kita mau menikah, tetapi kalau ada orang yang setipe dia, kita tidak mau.)

Supaya, nanti, kita tidak perlu lelah berpatah hati.

Karena kita sudah menemukan alasan yang tepat,

yang senantiasa membuat kita...

ikhlas.

***

Buku ini akan diunggah tiap malam minggu. Enaknya malam minggu ini atau minggu depan?

Follow juga akun Instagram: AlviSyhrn dan DanDiaKembali. Tenang, nggak ada foto mesra, kok. Lol.

***

Setelah Menikah, Dia...Where stories live. Discover now