46. The Ojan's Effect

891 90 14
                                    

Edited: August, 22nd 2019

***

"HELM gue mana?" Suara Dita terdengar ringan dan terkesan ceria seperti biasanya, dengan tangan yang terulur pada Raka.

Sementara laki-laki itu hanya mengulas senyum tipis, lalu memberikan helm lucu itu kepada Dita tanpa mengatakan apa-apa.

Dita mengerutkan keningnya, aneh.

Tidak biasanya Raka tidak punya jawaban atas perkataan yang Dita lontarkan. Normalnya, laki-laki itu akan memberikan balasan yang tidak pernah terpikirkan oleh Dita, yang selalu berhasil membuat Dita tertawa terbahak.

Tidak mau ambil pusing, Dita segera naik ke atas motor Raka lalu tak lama kemudian motor pun melaju.

Seperti yang selalu terjadi akhir-akhir ini, begitu berada di jok motor Raka, Dita akan mulai bercerita panjang lebar tentang kesehariannya. Jangan tanya kenapa Dita bisa jadi secerewet ini, karena Dita sendiri pun masih belum mendapat jawaban dari mana sisi hobi berbicaranya ini keluar.

Dan Raka, sudah pasti ia senang mendengar suara gadis yang disukainya.

".... iya jadi gitu Ka. Serem banget 'kan?" cerita Dita semangat.

Satu, dua, tiga detik berlalu namun Raka tak kunjung memberi respon.

Dita mengernyitkan dahinya bingung untuk yang kedua kalinya hari ini.

Raka kenapa, sih?

"Raka," panggil Dita, menepuk pelan pundak Raka ketika motor harus berhenti di lampu merah.

"Ehm, y-ya, kenapa?" respon Raka persis seperti orang yang ditarik dari lamunannya.

Astaga, Dita 'kan sudah cerita panjang lebar dari tadi. Jangan bilang, Raka tidak mendengarkannya?!

Rasanya Dita ingin protes pada Raka karena tidak menyimak ceritanya barusan. Tapi setelah melakukan pertimbangan, Dita memilih untuk menelan rasa kesal yang sebetulnya tak seberapa itu dan berkata, "Enggak, gak pa-pa kok."

Gadis itu menatap punggung Raka, terdiam sejanak. Sejujurnya Dita juga ingin tahu alasan dari hilangnya konsentrasi Raka ini, namun gadis itu tidak dapat berbuat banyak karena tak lama kemudian motor Raka sudah berhenti di tempat parkir salah satu universitas yang berada di Bandung.

Sebelumnya Raka memang sudah berjanji akan membawa Dita ke universitas ini, karena waktu itu Raka sempat menawarkan Dita untuk bermain-main, menemani dirinya bermain basket di sini. Dan Dita mengiyakan.

Keduanya turun dari atas motor lalu setelah menaruh helm, mereka segera berjalan menuju lapangan basket.

Dengan tangannya, Raka mempersilahkan Dita duduk di pinggiran lapangan yang sudah dipisahkan dengan jaring-jaring sehingga bola yang memantul tidak mungkin menimpa penonton. Ada beberapa gadis yang juga duduk di semen yang dibentuk menjadi kursi itu, tak jauh dari Dita.

Ah, mereka pasti pacar orang-orang yang main di lapangan ini juga. Uh, dan gue? tanya batin Dita.

"Gue ganti baju dulu ya Ta, lo tunggu di sini aja," pamit Raka sebelum pergi ke ruang ganti.

Dalam rangka menunggu Raka kembali dari ruang ganti Dita memutuskan untuk memainkan kakinya, sembari menatap ke langit-langit lapangan. Dita sempat berkhayal sebentar sebelum akhirnya ia berhenti karena saat ini ia ingin menonton Raka bermain basket.

Sesekali, para gadis yang beradius satu meter dari Dita meneriaki pacar mereka ketika sukses memasukkan bola ke dalam ring. Sementara Dita, ia hanya bisa tersenyum setiap kali Raka berhasil mencetak angka.

Aftermath [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang