03.

25.1K 1.4K 546
                                    

I know I am dying
Before I'm even trying
neonomora, Palace in my dreams.

❝I know I am dyingBefore I'm even trying❞— neonomora, Palace in my dreams

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi itu Titan sudah rapi dengan semua keperluan sekolahnya. Sama dengan halnya penampilannya. Ia melihat sekali lagi pantulan dirinya di depan cermin. Ia berharap hari ini lebih baik dari hari sebelumnya.

Titan lalu meraih tas ranselnya yang berada di atas tempat tidur. Menarik langkah menjauh dari kamarnya. Ia akan sarapan terlebih dahulu. Jam juga masih menunjukkan pukul 06:25 AM.

Kemudian, tepat di anak tangga ke empat, kakinya berhenti melangkah. Ini suatu keajaiban untuk dirinya.

Saat ini, terlihat orangtuanya sedang berada di meja makan. Sarapan. Berdua. Tentu saja, Titan terlihat bingung karena biasanya mereka tidak pernah terlihat seakur ini selama di Bandung maupun di Jakarta.

Titan melangkah mendekat ke meja makan. Ia harus memastikan bahwa ini semuanya bukan hanya khayalannya saja. Khayalan yang selalu ia harapkan untuk menjadi kenyataan. Dan jika harapannya bisa terwujud sekarang, ia pasti adalah gadis yang paling bahagia saat ini.

Bagaimana tidak, orangtuanya terlihat akur. Dan semoga saja ini awal yang baik untuk keluarganya.

Titan mendudukkan bokongnya di tempat biasa dan menyendokkan nasi goreng dengan telur mata sapi yang menjadi menu sarapannya pagi ini. Masih hening. Tidak ada yang membuka suaranya, kecuali bunyi dentingan sendok-garpu yang beradu dengan piring.

Dan tak lama, barulah suara berat berwibawa milik Revan terdengar. "Ayah mau bicara sama kamu, Tan."

Titan meletakkan sendoknya, ia tidak ingin melihat lawan bicaranya saat ini. Jantungnya sudah berdegup cepat. Ini pasti sesuatu yang tidak baik, Titan bisa merasakan itu. Ia cemas tentu saja, tetapi Titan berhasil menutupinya dengan bersikap sesantai mungkin.

Plis, jangan lagi! batin Titan.

Helaan napas berat terdengar, Revan melihat ke arah putri semata wayangnya itu. "Ayah sama mama kamu akan berpisah, dan kamu harus pilih, kamu mau ikut ayah atau—"

"Kalo ayah nanya aku harus ikut siapa? Aku ikut kalian berdua!" potong Titan dengan cepat. Ternyata memang benar, ini bukan sesuatu yang bagus.

Jantungnya kini berdenyut sakit. Titan tertunduk dalam. Mengapa juga semuanya menjadi semakin rumit.

Jelas saja bukan itu yang ingin Revan dengar dari putrinya. Di dalam lubuk hatinya paling dalam, ia juga tidak menginginkan perceraian terjadi di keluarganya yang telah ia bangun ini. Tetapi ia juga sudah tidak tahan dengan permasalahan yang berbeda-beda setiap harinya. "Tapi kamu harus pilih, Tan." Revan mendesaknya lagi.

1.1 | fire ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang