Aleph

753 71 49
                                    

Perang Praha (300 SM)

Mereka mungkin tidak percaya jika angin memiliki jiwa, inilah kisah yang dilantunkan para elf dari Iolif. Sepanjangan hari angin melolong kepenjuru Ostagar. Melewati  jalanan kota yang besar, gerbang kembar dan kastil para Dwarf. Melodi lirih yang mengayun atas bangunan-bangunan tua serta jiwa-jiwa lelah. Siulan atas berita dukacita pada hari pembantaian terbesar dalam sejarah manusia, inilah takdir dari alam semesta. Seolah disentak oleh jutaan aroma kematian disana, siulan berubah menjadi isakan.

Disini dia sang Themos muda sedang berdiri, mengedarkan pandangannya pada perang yang sedang terjadi. Ia membetulkan mantelnya yang lusuh agar lebih rapat dan menggenggam erat kapaknya, seolah tahu ketika hembusan angin dingin berikutnya menerpa tubuh, ia takkan mungkin mundur lagi. Inilah perang pertamanya, Themos muda yang baru saja tercipta harus siap menghadapinya. Mayat-mayat bergelimpangan tak terhitung jumlah, darah berkubang ditempat ia berdiri. Suatu pemandangan yang membuat siapapun yang berhati bergidik ngeri. Tak jauh didepan ia berdiri terdapat Rigel sedang berjuang mati-matian, menebas kesegala arah dan sesekali melemparkan sihirnya. Sihir yang ia lemparkan membuat para nimre ketakutan, ia sang panglima kebal terhadap racun para Nimre, racun yang mampu membuat para Gargoyle lumpuh untuk sementara waktu. Tidak berbahaya pada keadaan biasa, namun bila ditengah perang seperti ini dan ia harus lumpuh, bayangkan apa yang selanjutnya akan terjadi!

Hanya beberapa diantara Gargoyle yang kebal terhadap racun para nimre, dan hanya mereka yang terlahir dari puncak merapilah yang memiliki kekhususan itu. Selain Rigel masih terdapat beberapa gargoyle lagi, sikembar dari puncak Elbrus, Medea dan Raja sendiri. Dulu terdapat banyak ksatria batu terbuat dari puncak merapi, mereka begitu berjaya hingga akhinya Elohim memutuskan untuk berhenti merapal mantra. Ia takut bangsa gargoyle menjadi terlalu kuat dan angkuh, lupa akan tugas mereka semula untuk menjaga bumi dan seisinya. Maka elohim berkata cukup.

“PROTECT THE HUMAAAAN..!!!” Teriakan membahana Rigel menggetarkan setiap persendian ditubuh Themos, membakar darahnya dan mengobarkan api keberanian yang sebelumnya ciut. Themos mengembangkan sayap batunya yang berwarna kuning gading, ia melesat ke udara dan terbang menuju sisi Rigel. Disana, ditempat Rigel berdiri, tepat dibawah kakinya dimana ratusan jasad Nimre tergelatak mati tak bernyawa, terdapat beberapa sosok manusia terluka yang sedang berlindung.

Rigel nampak sibuk melempar sihir bumi, pedangnya menebas kesegala penjuru namun mulutnya tetap merapal mantra. Rigel merapal mantra, menandakan sihir tingkat atas yang sedang digunakannya.  Themos mendarat dengan cakar batunya, dan melipat sayapnya. Mengambil posisi berpunggungan dengan Rigel tanpa diperintahkan, si prajurit muda Themos kini berperang bersama Sang Legenda Rigel. Rigel mengembangkan sayap Batunya yang berwarna hitam membakar seperti bara panas, tanpa perlu diperingatkan para musuh sudah tahu berbahanyanya mendekati Rigel yang merupakan salah satu dari komandan tertinggi diperang ini.  Dengan sayap batu yang mengembang ia menghalau racun nimre yang diarahkan pada Themos, ia tahu Themos tidak kebal sepertinya dan ia belum dapat merapal mantra, Themos masih terlalu muda.

“Terimakasih Rigel”

“Berterimakasihlah kelak, jika kau masih hidup diakhir perang” Rigel memalingkan wajahnya, terlihat gurat lelah pada wajah batu sang Rigel. Themos menunduk memperhatikan cakar batunya yang terselimuti lumpur kotor bercampur darah, perasaan marah seketika melanda. Entah karena cakarnya yang kotor akibat lumpur atau perasaan diremehkan oleh sang legenda Rigel.

Gerakan tiba-tiba dari sebelah kiri menarik perhatiannya, Themos mengambil ancang-ancang begitu tahu sesosok Ogre datang mendekat. Ogre tidak dilengkapi dengan kemampuan sihir, tapi semesta selalu adil dan ogre dianugrahinya dengan tenaga kuat beserta nyali yang besar sayang mereka bodoh. Dengan sebuah gada ditangan, ogre tersebut menyerang Themos. Themos menahan serangan tersebut dengan kapak yang digenggamnya, gerakan sang ogre tertahan diudara. Dengan sayap bebasnya Themos menyerang melalui sisi kiri rusuk ogre, sebuah pukulan keras dari sayap batu pualam yang mampu membuat sang ogre limbung. Sayup-sayup terdengar seseorang sedang merapal mantra, namun mantra tersebut bukan mantra kuno yang menandakan bukan Rigel yang sedang merapal.

“Sial...” Themos menyadari apa kegunaan dari mantra tersebut, dan benar saja apa yang ia pikirkan. Itu adalah mantra Huste dan Berzerk yang dilontarkan untuk sang Ogre, kini Ogre tersebut memiliki tenaga 2 kali lipat dan mengamuk. Seorang berkekuatan sihir tinggi sedang berada didekatnya, hanya Demon dan Faren level tengah yang mampu merapal sihir tersebut.

“Rigel, apa yang harus kulakukan sekarang?” Themos yang tidak berpengalaman bertanya pada Rigel yang sedang berpunggungan dengannya. Saat ini Rigel sangat ingin membantu Themos, jika saja ia tidak sedang menghadapi 2 Nimre dan seorang Faren.

“Hancurkan kepalanya! Hanya  itu cara menghentikan Berzerker,” Petunjuk langsung dari Rigel, terdengar begitu sederhana jika saja Themos memiliki sihir sekarang. Themos menelan ludah berulang kali, mulai menguatkan pijakan cakarnya pada tanah berlumpur, mau tak mau ia harus menghadapi berzerker ini seorang diri. Pertempuran yang menantinya didepan akan menjadi ajang adu kekuatan, sang gargoyle muda melawan ogre.

Tanpa menunggu aba-aba sang batu bumi  muda tersebut menerjang kearah ogre, menyeruduk langsung kearah ulu hatinya. Membuat senjata keduanya terhempas berhamburan, kini posisi tubuh Themos berada diatas sang ogre. Menekankan seluruh berat tubuh batunya, mendesak, menduduki, dan mengangkangi ogre. Themos mengangkat tinju yang akan didaratkan pada wajah lawannya, jika saja tidak ada pengganggu yang datang. Sebuah ledakan panas menghantam dadanya, sebuah panas membakar yang membuatnya jatuh terjengkang kebelakang. Pandangannya mulai buram, tubuhnya kaku dan kepalanya berdenyut pening, efek dari racun para Nimre. Kini Themos merutuki kelengahannya, ia lupa bahwa ini sebuah perang bukan ajang satu lawan satu.

Kini Themos yang lumpuh harus menghadapi ogre ditambah Nimre seorang diri. Inilah akhir hidupku pikirnya, hingga sebuah cahaya biru melesat menembus kepala Ogre dan Nimre tersebut. Meledakkan mereka berkeping-keping menjadi serpihan. Sebuah mantra kuno milik kaum gargoyle, mantra tingkat atas yang dimiliki gargoyle berumur 5000 tahun setidaknya.  

Themos segera menyadari itu mantra milik siapa. Sikembar Elbrus, Sirrah dan Sitar. Pahlawan  dari pahlawan, mentor dari Rigel sang legenda, Izh Lav pertama dan terakhir. Dengan tinggi mencapai 4 meter, membuat mereka terlihat jelas diantara para prajurit gargoyle lain yang hanya memiliki tinggi rata-rata 3 meter. Pandangan Themos perlahan mengabur, ia mulai hilang kesadaran. Namun ia masih dapat melihat ribuan panah perak beterbangan dan mendengar genderang Gil-Zelaf ditabuh. Syukurlah para ksatria Elf dan Crosairre tiba, Themos tahu perang ini akan dimenangkan oleh bangsa gargoyle dan sekutunya, perang untuk membela para manusia fana.

Kepalanya mulai berdenyut kembali, kali ini serangan rasa  nyeri mulai menerpa berkali lipat ketika akhirnya sebuah sapuan lembut pada kening Themos mendarat. Medea berlutut disisinya, seorang gargoyle wanita mengenakan gaun panjang yang terbuat dari bahan sutra dengan potongan yang sangat pas dengan pinggangnya yang ramping. Rambutnya digulung keatas dengan tatanan artistik, dia terlihat sangat muda walaupun sebenarnya dia adalah salah satu gargoyle tertua, dari semua yang dikenal Themos. Ia merapalkan mantra penyembuh dikening Themos, rasa dingin perlahan  menjalari tubuhnya, mengangkat semua rasa nyeri dan pening tadi. Tapi sekarang mata Themos muda menjadi begitu berat, ia diserang kantuk yang hebat.

“Tidurlah prajurit mudaku, serahkan perang ini kepada kami. Kami janjikan kemenangan atas perjuanganmu.,” Medea menatap Themos dengan senyuman mempesona miliknya, air mukanya begitu tenang seperti biasa, membuat Themos lupa bahwa ini adalah medan perang. Dan akhirnya Themos muda kita terlelap dalam mantra Medea.

Gargoyle LineageOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz