❝you're my new pillow.❞
...
Ini adalah malam Minggu yang lain, yang kadang Jimin lupa sempat ada, yang kadang Jungkook lewatkan di depan laptop bersama kopi dan deretan kata.
Jimin, seharian itu, hanya berguling-guling di atas kasur. Ponsel di tangan dan matanya menatap lekat ke benda itu, sembari jemari mengontrol panel yang ada di sana. Jimin baru menemukan (atau, baru tahu) chanel-chanel mukbang di salah satu situs video. Jadi ia menghabiskan berjam-jam itu hanya untuk menontoni orang makan ramen.
Kurang kerjaan? Bisa dibilang begitu, sih.
Dan berarti Jungkook adalah kebalikannya. Dari tadi dia tak beranjak dari meja ruang tengah, bokongnya seakan menempel di sana dan rusuknya seakan menyatu dengan rangka kursi. Sibuk berkutat dengan laptop dan tumpukan kertas yang entah apa isinya. Bertengger pula kaca mata yang dia pakai untuk menambah fokus (dan bergaya).
Apalah yang dia lakukan, Jimin tidak tahu. Sedari tadi matanya tak berpaling dari layar beradiasi, menonton satu video ke video yang lain. Sambil ngiler, tentu saja. Inginnya beranjak dan membuat ramen sekadar memuaskan lapar mata tapi, dia terlalu malas. Bahkan berdiri saja rasanya sangat sulit .
Jimin baru tahu keadaan Jungkook ketika pria itu masuk ke kamar. Membuka pintu dengan sangat perlahan--sangat lemas. Lalu berjalan gontai mendekati Jimin; kaki seperti enggan melangkah, mata setengah tertutup, dan dia menguap beberapa kali. Jungkook kelihatan buruk, tapi sayangnya Jimin sibuk menontoni hal tidak penting untuk peduli.
"Min, geser," katanya. Setengah tak sadar, matanya memerhatikan Jimin. Dia tiduran dan menghabiskan banyak tempat, Jungkook jelas tak mau menimpanya atau beristirahat di lantai.
Jadi ia berdecak sekali sebelum menjatuhkan diri ke kasur. Lengannya langsung menarik pinggang Jimin yang masih fokus memlototi ponsel. Menjadikan perut pria itu sebagai bantal sekaligus menenggelamkan hidungnya pada kaus Jimin--lalu, di antara sadar dan tidak, mulai membayangkan Busan.
Dia bergumam, "Kau bantal baruku," di bawah napasnya. Cukup untuk membuat Jimin menengok namun dia tak melempar protes.
Jimin berhenti dari kegiatannya. Alisnya mengerut kala ia melihat angka pada jam--dan pria itu baru sadar kalau lima jam waktunya telah terbuang (hampir) sia-sia.
Jadi dia melingkarkan kaki melewati rusuk Jungkook. Menenggelamkan jemari dalam helaian rambutnya yang sehitam arang, lalu memejamkan mata. Berusaha tidur karena, nyatanya, menontoni orang makan bisa sangat melelahkan.
Dalam sunyi dan gelap kamar itu, Jimin bilang, "Tidurlah yang nyenyak, Jungkookie."
Pingin ini cepet cepet tamat ;(