DECISION

15 0 0
                                    

"Jangan pergi sayang... Mama minta maaf atas semuanya. Maafkan Mama sayang... Jangan tinggalkan Mama!" Mama memelukku erat dengan airmata berderai.

"Maafkan aku Mama, aku tidak bisa terus begini.. Percayalah aku tetap mencintaimu.. " Aku mencium dan memeluk erat wanita yang paling kucintai ini. Kusembunyikan airmata di saku hatiku. Aku berdiri tegar di atas keputusanku, di atas semua rasa sakit yang menghujam jantungku.

"Gia... Putri cantik Mama... Mama mohon nak, tetaplah di sisi Mama.. God please help me..." Mama mengangis lagi, menghela nafas dalam - dalam dan tak mau melepaskan pelukanku.

.
.
.

Dengan berat hati kulepas pelukan Mama. Aku pergi berlari meninggalkan Mama sendiri yang tersungkur di lantai , ia terus meratapi semuanya. Bersimpuh sendirian di lantai yang dingin dengan hati yang perih dan terluka. Matanya nanar memburu langkahku yang semakin menjauh.

Tak dapat lagi kutahan rasa sesak yg sekuat mungkin kutahan. Bulir hangat itupun seakan tiada yang mau kalah.. Mereka berlomba keluar dari mataku yang semakin mengaburkan pandanganku. Aku menepi di sisi jalan. Pandanganku buram, dadaku sesak. Hatiku sakit.

"Aaaaarrrrrrggghhhhh...... Brengsekk!!! Shit!!!" Aku memukul setir mobil dengan segenap kekuatanku. Kuinjak gas sekencang - kencangnya menembus kabut malam.
Siaran radio memutarkan lagu EDM, berdentum - dentum jauh hingga ke relung hatiku.
Kukencangkan volume nya hingga aku terhanyut dan sejenak melupakan kesakitan ini.
Kulampiaskan pada jalanan yang ada di depanku. Jalanan yang selalu menjadi tempat pelampiasan semua orang dari kepenatan dunia. Kuambil handphoneku dan menelepon seseorang. Oliver, pacarku.

"Halo sayang... Kemana aja kamu baru hubungi aku? Kamu dimana babe? Kamu baru sampai rumah ya? Seharusnya kamu segera telfon aku setelah kamu selesai praktik. Kan kamu selesai praktik jam 5 sore.. Biar aku jemput kamu sayang, biar kamu ga harus nyetir macet - macetan. Aku ada surprise loh untuk kamu... Sekarang kamu dimana? " Ollie memberondongku dengan pertanyaan.

Aku tak mampu lagi membendung airmataku. Aku menangis tersedu - tersedu layaknya anak kecil yang direbut permennya. Panik, Ollie menanyakan kenapa aku menangis. Tapi aku hanya terus menerus menangis tanpa bisa berhenti... Hingga handphoneku jatuh ke kolong mobil. Tanganku mencoba meraihnya. Setir mobil semakin tak terkendali dan ......

"Brakkkkkkkk!!! Tiiiiiiiiiiiinnnnnnn" Aku merasakan hantaman yang sangat besar. Di depan mataku sebuah truk besar menabrak mobilku..hanya itu yang kuingat sampai mataku menutup dan darah mengalir dari tubuhku. Aku tak sadarkan diri.

GIANINAWhere stories live. Discover now