Taehyung meneguk kasar salivanya sendiri, bersamaan dengan luruhnya buliran keringat dingin di pelipisnya. Dalam hati sibuk memaki dirinya sendiri tanpa ampun. Bagaimana bisa dia kelepasan bicara seperti itu di depan Ibu Yoongi? Dan lihat sekarang wanita paruh baya nan cantik itu. Matanya melotot kaget lengkap dengan banyaknya kerutan di keningnya.
"Ta, kamu lagi becanda kan?", tanya Nyonya Shin setelah sadar dari shooknya.
Taehyung tertegun, mendadak dia bingung mau menjawab apa. Di satu sisi dia enggan berbohon soal apapun lagi, meski itu menyangkut perasaannya terhadap Yoongi yang sudah ia akui begitu dalamnya. Tapi di sisi lain, dia tak mau menambah daftar masalah yang ia buat terhadap Yoongi. Bahkan soal insiden tempo hari saja belum bisa dibilang selesai."Hehehee. Iya tante, Tata cuma becanda kok."
Akhirnya memutuskan untuk bohong lagi.
Nyonya Shin lantas menghela napas lega, "Ya ampun Ta, tante udah jantungan lho tadi. Kamu jangan begitu ah becandanya. Eh tapi tante serius bakal kasih kamu apapun kalau berhasil bujuk Yugi ya. Tapi big no untuk permintaan yang tadi."
Taehyung mengangguk pasrah mendengar kalimat bernada ultimatum itu. Ya mau bagaimana lagi, kan?Kenapa di saat gue udah lelah berbohong, yang terjadi justru gue harus buat kebohongan lain? Tuhan pasti marah sama gue.
...
Yoongi bukanlah orang yang suka lempar batu sembunyi tangan. Tidak, tidak. Seberapapun kesalnya ia terhadap orang di depannya ini, sedalam apapun kekecewaannya pada Tuan Min ini, mana mungkin kan dia melepas tanggung jawab karena sudah dengan tidak sengaja membuat dahi pria itu terluka.
"Ngga usah pandangin Ayah dengan muka cemas begitu, Gi. Ayah ngga apa-apa kok", celetuk pria paruh baya--yang masih nampak berumur remaja itu dengan senyum mengembang di bibirnya.
Mendengar itu Yoongi lantas mendengus kasar, "Siapa juga yang cemas?"
Bohong. Padahal Yoongi panik bukan main saat mendapati darah mengucur deras dari pelipis pria itu. Bahkan sampai rela membopongnya ke dalam mobil dan langsung tancap gas ke rumah sakit. Padahal Tuan Min sudah bilang kalau dia baik-baik saja, dan yang terluka itu keningnya, bukan kakinya. Tapi namanya juga sudah terlanjur panik-dan cemas berlebih, Yoongi mengabaikan ucapan itu.Tuan Min terkekeh kecil, sembari tangannya terangkat untuk membelai kepala Yoongi. Yang tentu langsung ditepis kasar oleh si empunya.
"Gi.. "
"Saya masih banyak pekerjaan, permisi", pamit Yoongi begitu dirasa debaran di dadanya membuncah, membuatnya tak nyaman.
Tapi sekali lagi, pergerakan Yoongi ditahan.
"Yugi, jangan pergi dulu. Paling tidak dengarkan Ayah sebentar", pintanya dengan wajah memelas.
Yoongi mengusap wajahnya kasar, "Jangan sebut diri anda sebagai 'Ayah', karena anda bukan ayah saya!"
Serius, tadi itu bukan sebuah bentakan. Yoongi hanya menekan kalimatnya dalam-dalam dengan sebuah geraman.
Tuan Min tampak putus asa sekarang. Ternyata memang tidak mudah mendapat maaf dari anak yang sudah ia telantarkan selama 16 tahun lamanya. Terlebih melihat sikap dingin dan keras kepala Yoongi yang luar biasa ini. Padahal awalnya Tuan Min mengira akan mudah menghadapi Yoonginya, tapi pikirannya meleset total. Meski terkesan menyogok dengan cara membuat Yoongi pergi ke LA, tapi itu semata-mata ia lakukan agar mendapat maaf dari putranya. Bahkan kalau boleh berharap, ia ingin Yoongi bersamanya dan menetap di LA selamanya.
Tapi tentu saja ide itu terdengar begitu egois kan? Dan mana mau Yoongi menerimanya."Maafkan Ayah, Gi. Ayahᅳ"
"Sudah saya bilang anda bukan Ayah saya!"
Cukup sudah. Yoongi kembali nyaris hilang kendali sekarang. Emosinya meluap tanpa bisa terkontrol. Tapi mengingat sekarang tengah di rumah sakit, sebisa mungkin dia tidak membuat kericuhan lagi.
Tak mau berlama lagi, Yoongi berbalik badan hendak pergi. Tapi tentu saja, tangannya kembali ditarik oleh Ayahnya itu.
"Gi.. "
"Lepas!"
"Duduk dan dengarkan Ayah dulu!"
Yoongi mencibir, "Untuk apa saya dengarkan basa-basi dari pria yang sudah menelantarkan saya dan Ibu saya selama 16 tahun?!"
"Yugi. Sayang.. "
"Cukup! Berhenti panggil saya begitu!"
Tepat di saat hempasan kasar Yoongi pada tangan yang mencengkeram lengannya itu, seorang dokter masuk ke dalam ruang perawatan dan secara tidak langsung berhasil menahan kepergian Yoongi.
"Ehey, ramai amat berdua doang?", celetuk dokter itu dengan mata membola. Lalu pandangannya tertuju pada pria paruh baya yang terduduk di atas ranjang.
"Lagi-lagi ketemu elo. Malas banget!"Hah?
Yoongi seketika tercengang. Oke, dia lupa kalau sedang dalam mode ingin pergi dari situ sekarang. Dan bahkan kini malah menuruti dokter itu untuk duduk kembali. Sambil terus bertanya dalam hati, kenapa ada dokter dengan tipe seperti ini?
Tidak seperti dokter kebanyakan yang terlihat menawan dan elegan, wajah dokter ini justru menampilkan ekspresi konyol. Lihat saja mulut besarnya itu yang kemungkinan bisa memasukan ratusan kentang goreng ke dalam sana sekaligus.
Pikir Yoongi ngaco."Lo dateng di saat yang tepat, Min. Karena waktu lo ketemu gue seminggu yang lalu lo berhasil kabur. Eh tapi omong-omongᅳ", Dokter itu mengamati Yoongi dengan tatapan penasaran. "Kamu siapa ya? Baru pernah lihat."
Yoongi balas dengan tatapan tak kalah penasaran, kenapa dokter ini kelihatan tak seperti dokter? Dan kenapa pula harus kepo dengan dirinya?"Dia Yoongi. Anak gue", jawaban singkat Tuan Min membuat Yoongi sontak melotot tajam.
Dokter ber-nametag Son itu terperangah kaget, "Lah? Anak lo bukannya Jisung, dan dia masih taman kanak-kanak. Ini.. Eh? Jangan-jangan!"
Tuan Min mengangguk pelan.
"Woah, jadi kamu anaknya Sungyoon sama Jihye, hah? Waah, ganteng ya. Meski ngga ada mirip-miripnya sama lo, Yoon. Cetakan Jihye banget ini, mata kecilnya, bibir tipisnya, kulit seputih saljunya. Kalau gini bentukannya harusnya kamu dilahirkan jadi perempuan aja, nak. Terlalu cantik!"
Binar kagum di mata Dokter Son membuat Yoongi risih bukan main. Dan lihat saja, Dokter itu malah asyik mengamati wajah Yoongi dibandingkan memeriksa pasien di depan matanya sendiri.
Tuan Min maksudnya."Anyway, nama saya Son Youngtaek. Dulu sebelum jadi dokter saya pernah tersesat di seni musik gara-gara Ayah kamu ini. Tau ngga, selama 25 tahun berteman, Ayah kamu ini cuma pacaran satu kali dan itu dengan Shin Jihye yang mana adalah Ibu kamu sendiri. Dan tau ngga, dulu Ayahmu ini penyanyi yang nama panggungnya 'Wai' dan saya partner duetnya. Uh, saya spesialis rap sih. Nama panggung saya 'Tag' dan sampai sekarang banyak yang suka panggil saya dokter Tag. Ngga tau kenapa, mungkin namanya terdengar unik kali ya? Eh omong-omong, Yoongi profesinya komposer juga? Waah, ikutin jejak Ayah ya? Eh, aduh. Maaf saya jadi seakan ngajakin ngobrol anak kecil. Udah biasa ajakin ngobrol Jisung sih makanya begini. Tau Jisung dong? Adik kamu itu. Ngga kalah lucu dan manis kayak kamu loh, Yoongi. Bibit unggul memang dah kalo dari Sungyoon tuh."
What the hell.
Yoongi seketika merinding mendengar kecepatan bicara dokter Son yang hampir menyamai laju KTX itu. Bagaimana tidak, dokter itu bicara tanpa titik koma. Seakan lidahnya memiliki teknologi anti selip dan anti kegigit saking cepatnya berucap.
"Son Youngtaek, udah deh. Ngga usah berlebihan begitu", tepukan keras dari Tuan Min memecah atensi Dokter Son.
Dokter itu berdecak, "Gitu aja cemburu. Dasar posesif!"
"Ekhm. Maaf, tapi saya harus pergi sekarang", ucap Yoongi yang lantas membuat Dokter Son mencegahnya.
"Wait, wait. Nanti dulu!", Dokter Son menggeleng pelan lalu menuntun Yoongi untuk duduk kembali.
"Tapi saya harus pergi, pekerjaan saya sudah menunggu", Yoongi beralasan. Padahal tadi dia sudah menyuruh Namjoon untuk mengerjakan separuh tugasnya demi menemui Tuan Min.
"Penting mana, pekerjaan atau Ayah kamu sendiri? Kamu ngga mau dengar soal kondisi dia sekarang?"
Yoongi mengernyitkan dahinya, bingung.
"Tag! Jangan ngomong sembarangan ke dia ah!", Tuan Min menepuk keras punggung Dokter itu.
"Ih! Terus kalau gue ngga ngomong hal ini ke dia terus ke siapa? Ke Jisung? Kan ngga mungkin."
"Kalau begitu bicarakan saja sama Ibunya Jisung. Mudah kan?", ceplos Yoongi yang tadinya berniat memutus debat tak penting dua pria paruh baya ini. Namun yang ada malah mengubah suasana menjadi awkward."Ibunya Jisung meninggal waktu melahirkan dia."
Yoongi lantas tersentak mendengar jawaban Tuan Min itu.
"A-ah. Ma-maaf. Saya ngga tau", ucap Yoongi dengan rasa tak enak hati. Yang seketika membayangkan jika selama ini ayahnya itu hidup sendiri sebagai single parent. Bedanya apa dengan Ibunya kalau begitu?
Tuan Min tersenyum maklum, "Wajar aja lah Gi kalau kamu ngga tau. Ngga apa-apa."
"Eheeiy. Udah ah jangan melow begini. Ini saya mau kasih informasi terkini soal kondisi kesehatan ayah kamu loh, Gi", ujar Dokter Son kemudian membuka berkas yang sedari tadi digenggamnya.
"Apa saya harus tau soal ini?", tanya Yoongi tak berminat. "Lagipula saya kan bukanᅳ"
"Hust!", telunjuk dokter Son mendarat di bibir Yoongi. "Sebenci apapun kamu sama dia, Min Sungyoon tetap ayah kandung kamu sendiri, Gi. Kalau kamu tidak mau mengakuinya, itu artinya kamu anak durhaka. Mau kamu dikutuk jadi manggaedeok, hah?!"
Yoongi berdecih, "Apa masih perlu saya akui sebagai orang tua sedangkan dia saja tidak pernah mengurus saya?"
"Siapa bilang?", kali ini Tuan Min angkat bicara. "Memangnya kamu tau?"
"Selama ini saya hanya diurus oleh Ibu saya. Tidak ada orang lain."
Dokter Son menghela napas jengah, lalu melirik Tuan Min dengan gestur ingin menonjok.
"Ya gimana kamu mau tau, Gi. Dia kerjaannya kan cuma mengawasi kamu dari jauh doang. Tanya aja staf di kantor agensi kamu itu, setiap hari juga ketemu sama ayahmu."
Yoongi seketika tertegun. Dia? Min Sungyoon ini, diam-diam masih memperhatikannya? Luar biasa mustahil.
Yoongi mengarahkan pandangannya pada Tuan Min, dan dibalas gendikan bahu dengan senyum tipisnya."Saya ngga percaya", tukas Yoongi sambil buang muka.
Dokter Son menghela napas lelah, "Ya udah, ya udah. Bahas nanti aja soal itu sama ayahmu. Saya di sini cuma mau kasih tau, kalau minggu ini ayahmu bolos kemoterapi. Dan tolong ingatkan dia, bahkan kalau bisa tarik paksa aja dia buat datang ke rumah sakit, karena demi apapun Yoongi, kondisinya mulai mengkhawatirkan sekarang."
"Son Youngtaek!", pekik Tuan Min merasa rahasianya diumbar seenak jidat.
"Apa? Mau disembunyikan terus? Ibunya Jisung juga ngga tau soal ini dan lo mau rahasiakan juga dari Yoongi?", cerca Dokter Son sembari melotot kesal.Yoongi tertegun sesaat. Mencerna kalimat demi kalimat yang ke luar dari mulut dokter itu. Tunggu, ini aneh. Kenapa rasanya tiba-tiba sesak begini?
"Ma-maksudnya?"
"Ngga paham juga?", Dokter Son memegang pundak Yoongi.
Gi, ayahmu menderita kanker stadium lanjut."
ᅳᅳᅳᅳᅳᅳᅳᅳᅳᅳᅳᅳᅳᅳᅳᅳᅳᅳᅳᅳᅳᅳ
To be continued
ᅳᅳᅳᅳᅳᅳᅳᅳᅳᅳᅳᅳᅳᅳᅳᅳᅳᅳᅳᅳᅳᅳ
Nah kan. Drama banget.
Kali ini spesial Yoongi ama Ayahnya dulu aja ya. Ini juga penentu ending cerita juga kok.
Btw mulmed itu penampakan masa mudanya Min Sungyoon. Ngga mirip Yoongi memang, tapi kalo lagi mode 'dingin' dan pasang poker face kayak Yoongi, loh. Ehe.-Min Chaera-