Mentari sudah menyingsing di langit yang nampak syahdu dengan warna biru mudanya. Ya, ini lebih baik dari kemarin. Hanya saja lebih panas. Dan asal kalian tau saja, cuaca cerah seperti ini malah membuat Josua dan teman-temannya merasa malas. Lebih baik mereka main hujan-hujanan seperti kemarin daripada kepanasan seperti ini.
Air conditioner sudah menyala, tapi panasnya matahari tak berkurang banyak. Lihat saja, mereka sedang kipas-kipas di depan kelas. Ada si keriting Bobby, Galang, dan Josua.
"Panas banget kaya neraka," keluh Galang sambil meletakkan kepalanya di pundak Bobby.
"Lebay lo kaya Bu Susy. Jadih ginih yah anakh-anakh," canda Bobby mempraktekkan gaya gurunya yang sangat alay itu. Bayangkan saja, cantik tidak tapi sok sexy. Belum lagi gaya bicaranya yang terdengar penambahan huruf 'h' setiap ia berbicara.
"Semoga aja cepet pensiun," imbuh Josua selepas puas tertawa.
"Eh Bob," ujar Galang yang masih dengan posisi tadi.
"Apaan?"
"Lo ga keramas berapa bulan heh? Rambut lo bau banget kaya kentut gue," jawabnya sambil menjauh dari pundak Bobby. Sontak saja Bobby tidak terima dan menonyor kepala Galang yang hanya direspon Josua dengan gelak tawanya yang terdengar hingga kelas sebelah.
"Jadi cowok jangan malu-maluin bangetlah, Bob," ejek Josua. Namun, memang dasar si Bobby, bukannya merespon ejekan Josua. Ia malah diam saja. Apa dia marah? Ah, ras lemah. Josua sudah berkali kali menepuk pundak Bobby tapi tetap tidak direspon. Akhirnya, ia teriak di telinga Bobby barulah ia sadar.
"BOB!"
"Anjeng, otw budek gue," Bobby menutup telinganya."Lah, lo kenapa daritadi? Marah? Aelah sorry," pinta Josua sambil cengingisan.
"Gue ga marah. Itu lho, ada Gracia! Samperin sana, Jo,"
"Ngapain? Lo aja sana," respon Josua acuh tak acuh. Namun, nyatanya ia tetap memperhatikan Grace yang sedang bersama Hosea yang duduk di depan laboraturium.
"Elah! Bilangnya kaga mau, tapi mata lo jelalatan kesana. Udah, lo kesana aja. Gue disini aja sama Bobby," ujar Galang sambil mengedipkan satu matanya genit. Josua memutar matanya malas. Bau-bau horror mulai tercium kalau Bobby sudah ditinggal berdua sama Galang. Namun, sepertinya Josua sedang malas memikirkan itu. Jadi, ia segera beranjak dari tempatnya.
"Kemanach?" tanya Bobby menjijikan.
"Kantin," jawab Josua setengah berteriak karena jarak mereka sudah sedikit jauh.
Kalau dari kelas Josua, ke kantin tinggal belok ke kanan. Tidak, begitu jauh kalau ia harus membeli makanan, seperti yang ia lakukan sekarang ini. Hanya saja, kali ini ia ke kantin bukan untuk beli makanan untuk dirinya sendiri, melainkan untuk Grace.
Ah, tidak-tidak. Josua tidak akan mau dibilang kalau dia perhatian pada cewek itu. Ia punya alasan yang pasti untuk menyakinkan kalian.
Hosea sih begonya sampe ke tulang. Si Gracia daritadi udah megangin leher aja. Gue yang liat dari jauh aja tau kalau dia haus. Hosea pikir dia sakit leher? Pikir Josua.
Mana mau ia seperti ini kalau tidak ada dasarnya. Langkah ini juga ia ambil sebagai salam pertemanan, melihat hubungan mereka sebelumnya yang bisa dikatakan tidak baik.
Josua membeli sebotol air mineral dingin ukuran sedang. Setelah membayar, ia lantas segera menuju ke laboraturium. Josua kadang heran dengan Hosea, istirahatnya tidak dimanfaatkan dengan baik. Bukannya untuk refreshing, malah terus belajar. Apa ia merasa kurang dengan genjotan Taruna Jaya?
"Eh, Jo. Ngapain?" Hosea bertanya pada Josua yang sudah ada di depan laboraturium. Grace menyadari kehadiran Josua, tapi pura pura tidak melihat. Matanya sok fokus dengan bukunya, walau nyatanya tidak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Professor
Teen Fiction"Yang penting itu bukan bacotan gue di sini. Tapi kehadiran gue di sini buat lo." - Josua Aregra 🍁🍁 Menceritakan perjalanan SMA Gracia Emmanuella yang terasa baru baginya. Dimana ia mengenal dunia lain selain 'belajar' dan 'nilai'. Laki-laki itu...