"Mungkin loe cuma sebatas penasaran sama gue. Nanti kalau loe udah gak penasaran lagi, pasti loe juga pergi gitu aja tanpa izin kayak diawal"
-Starla Adara Afsheen-
●●●
"Kok kayak kenal ya gue sama yang nyanyi"
Malam ini ditempat yang sama, ada salah satu teman kelas Aaron yang melihat Starla dan Arsen tampil didepan panggung.
"Gil, itu siapa itu namanya yang cowok banyakan diem seangkatan sama kita?"
Gilang mengikuti kearah yang Galang tunjuk. Ya Galang mengenalnya.
"Arsen maksud loe?"
"Nah iya Arsen. Kok barengan sama ceweknya Aaron ya?"
"Siapa ceweknya Aaron?"
"Itu loh cewek disebelah Arsen"
Gilang mengeluarkan handphonenya, membuka aplikasi camera dan mengarahkan kedepan.
Selanjutnya mengirim hasil fotonya pada Aaron."Sejak kapan Aaron punya cewek?"
"Semenjak tahun ajaran baru. Kayaknya cuma buat main-main deh"
Tak berselang lama handphone Gilang berbunyi. Disebrang sana adalah penelfon yang baru saja Gilang kirimkan foto.
"Hallo Aar"
"Loe dimana lihat mereka?"
"Forest Gump Caffe"
Tanpa terimakasih, Aaron mematikan telefon sepihak yang membuat Gilang sedikit emosi.
"Kebiasaan. Gak tau terimakasih"
"Liat aja bentar lagi juga sampai"
"Yang pasti bentar lagi bakal perang"
Gilang hanya mesam-mesem membayangkan apa yang bakal terjadi sebentar lagi.
Dan benar saja. Entah mengendarai motor dengan kekuatan apa, tiba-tiba sudah ada Aaron yang celingukan mencari keberadaan objek yang membuat hatinya mendidih.
Gilang yang melihat langsung saja melambaikan tangan kearah Aaron dan memberitahukan kemana Aaron harus pergi.Saat ini Starla dan Arsen sedang istirahat. Duduk menyantap hidangan yang sudah disediakan pihak caffe ditemani Azka dan Abi.
"Kak, loe emang selalu keren kalau soal nyanyi dan musik" puji Abi.
"Terimakasih adikku sayang. Tumben muji, mau minta apa?"
"Selalu nethink deh loe sama gue"
"Brakkk"
Terdengar gebrakan meja yang sangat keras dan suara itu berasal dari meja Starla.
Kaget bukan main. Dihadapan mereka sudah ada sosok Aaron. Starla sudah panas dingin melihat kemarahan Aaron. Arsen yang selalu dengan sikap santainya. Azka justru fokus kemuka takut adiknya dan Abi yang kelimpungan, belum apa-apa saja sudah ketahuan."Ohh ternyata gini yang gak mau ketemu gue saat weekend?? Alibinya aja quality time sama keluarga"
Starla sudah mulai terintimidasi. Diposisi ini, Starla memang salah.
"Loe gak liat gue sama Abi?" Bukannya Starla yang menjawab, melainkan Azka.
"Apakah sekarang Arsen juga keluarga loe?" Aaron kembali melayangkan pertanyaan pada Starla.
"Arsen patner kerja adik gue. Kenapa? Ada masalah?" Kembali Azka yang menjawab.
"Gue ngomong sama adik loe ya bukan sama loe"
"Gue izinin adik gue ngomong sama siapa aja. Tapi gak sama orang kasar"
"Gue mau ngomong sama loe"
Tanpa izin, Aaron menarik tangan Starla untuk menjauh. Butuh empat mata untuk membicarakan masalah ini.
Azka sudah ikut berdiri, berniat menghalau Aaron tapi tangannya dipegang Abi erat.
"Biarin dulu aja. Mereka butuh bicara. Aaron gak mungkin macam-macam" Arsen berusaha menenangkan Azka.
Akhirnya Azka duduk kembali tapi tetap gelisah ditempatnya, memikirkan apa yang akan Aaron lakukan pada adiknya.
Ditempat lain, Aaron masih saja menyeret Starla keluar caffe. Membawa cewek itu ketaman yang tidak terlalu jauh dari caffe dan yang pasti terlihat sepi.
"Bisa jelasin sama gue?"
Starla masih diam menunduk. Tidak berani menatap mata Aaron. Saat ini Aaron memang terlihat sangat menyeramkan.
"Bisa ngomong gak sih loe? Apa sekarang loe tiba-tiba bisu?"
Dalam hati Starla berkali-kali merapalkan kata-kata "jangan nangis..please..jangan nangis.." untuk menguatkan hatinya.
"Jangan sok alim, kalau kelakuan loe dibelakang gue ternyata kayak gini"
"Patner apa maksud Azka tadi?"
Serius Starla masih takut untuk menjawab. Ingin rasanya menghilang dari hadapan Aaron saat ini juga.
"Jawab semua pertanyaan gue, Star. Jangan cuma diem aja. Apa bener loe macem-macem dibelakang gue?"
"Enggak kok" tidak terima dituduh yang enggak-enggak, akhirnya Starla angkat bicara.
"Patner apa loe sama Arsen?"
"Kita patner manggung di caffe itu"
"Sejak kapan?"
"Sejak kak Arsen denger suara gue pas loe hukum gue nyanyi. Gue ditawarin, kenapa enggak. Toh dulu gue di Bandung juga manggung dari caffe ke caffe"
"Udah lama ya. Terus loe nutupin ini semua dari gue? Dengan alasan keluarga?"
"Maaf"
"Udah berapa kali gue bilang. Jangan deket-deket cowok manapun terutama Arsen. Tapi kenapa loe malah mengiyakan apa yang Arsen tawarkan?"
"Karena gue suka nyanyi dan bakat gue dimusik. Kenapa juga harus menolak kesempatan"
"Kenapa harus sama Arsen? Emang loe gak bisa usaha sendiri?"
"Ada apa sih loe sama kak Arsen?"
"Harusnya gue yang nanya itu bodoh !!"
Kaget. Ini baru pertama kali Aaron mengatainya bodoh.
"Loe yang kenapa. Kalau ada masalah sama kak Arsen ya itu urusan kalian, gak ada hubungannya sama gue jadi jangan pernah larang-larang gue buat deket sama cowok mana aja termasuk kak Arsen"
"Loe itu cewek gue"
"Iya, tapi tanpa izin dan tanpa persetujuan gue. Mungkin loe cuma sebatas penasaran sama gue karena selama ini cewek-cewek bertekuk lutut dan takut sama loe, sedangkan gue enggak. Nanti kalau loe udah gak penasaran lagi, pasti loe juga pergi gitu aja tanpa izin kayak diawal"
Aaron diam mendengar Starla yang untuk pertama kali mengeluarkan isi hatinya.
Aaron berasa dihantam balok kayu tepat di hatinya. Memang benar, dulu. Tapi sedikit demi sedikit Aaron tidak rela."Loe selalu melarang gue buat gak deket-deket sama cowok manapun. Apakabar dengan loe? Apa gue pernah larang loe balik? Atau apa loe pernah nyadar diri tanpa gue larang balik?"
Skakmat. Aaron tidak bisa lagi menjawab semua pertanyaan beruntut Starla. Niatnya mau marah, kini malah dimarah balik.
"Jadi, mau gue ngapain aja sama cowok lain itu urusan gue. Disini gue kerja, jadi jangan seenaknya sendiri"
Setelah selesai mengatakan isi hatinya, Starla pergi meninggal Aaron. Kembali kedalam caffe untuk menyelesaikan tugasnya untuk malam ini. Walau moodnya sudah menurun tapi Starla harus tetap profesional.
Starla kembali duduk di bangkunya.
"Gimana, mau lanjut?"
"Lanjut lah kak" Starla berusaha tersenyum menatap Arsen.
"Bang, gimana kalau Aaron ngadu ke ibu sama ayah?"
"Itu biar jadi urusan abang"
Setelah menyelesaikan satu buah lagu lagi, kini waktunya mereka pulang. Seperti biasa, Arsen yang akan mengantar mereka sampai apartemen.
●●●
Sampai sekarang, Starla masih kepikiran gimana nasibnya kalau Aaron mengadukan soal ini semua kepada ayah dan ibunya. Pasti mereka akan marah, apalagi tahu dari orang lain. Tapi mau bagaimana lagi, sampai saat ini saja Starla masih takut untuk jujur.
"Apa aku jujur aja ya bang?"
"Ya harusnya sih gitu. Daripada nanti tahu dari oranglain, pasti nanti tambah marah"
"Tapi aku masih takut"
"Kan ada abang sama Abi. Nanti kita bantu jelasin"
Didalam kamar Starla, mereka bertiga sedang berkumpul untuk membahas satu masalah ini. Mencari strategi untuk jujur.
●●●
Yogyes, 24 Juni 2018
07:29 PM