when

16K 2.5K 144
                                    

❝ Can't say yes, can't say no
There's things out of my control
It's hard to explain it
Heavy hearts weigh us down ❞

❝ Can't say yes, can't say noThere's things out of my controlIt's hard to explain itHeavy hearts weigh us down ❞

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rencana pertama mematahkan hati Seokjin dimulai dengan ajakan makan malam berdua yang kubuat. Ketika Seokjin telah nampak sempurna dalam setelannya, aku segera membatalkan janji.

Apa dia kecewa? Apa aku berhasil mematahkan hatinya?

Aku kemudian sengaja menghubungi Seokjin untuk mendengarkan betapa kesalnya dia. Di luar dugaan, yang kudengar dari ujung telepon adalah desahan lembut gadis lain. "Halo?"  Dengan buru-buru aku menutup sambungan telepon.

Ah, aku berhasil mematahkan hati seseorang malam ini.

Sayangnya, itu hati milikku sendiri.


Seokjin sangat beruntung memilikiku sebagai kekasihnya, karena aku bukan tipe gadis yang dengan mudahnya menyerah begitu saja. Tentu aku akan tetap mematahkan hatinya di kesempatan lain.
.
.

Kali ini aku ingin percaya pada upayaku lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
Kali ini aku ingin percaya pada upayaku lagi. Aku melibatkan cowok berpenampilan menarik di kelasku. Walau wajahnya tampan, ia masih kalah jauh dari Kim Seokjin yang membanggakan.

Dalam benakku, orang ini pasti sanggup menyalakan api cemburu Seokjin, membakarnya—membuat kulit itu merah dan marah. Sesaat kupikir seluruh plot drama dadakan ini akan berjalan sesuai dugaanku, hingga Seokjin berlalu mengibaskan aroma parfum musim seminya dan segala rencanaku benar-benar berantakan.

Padahal aku menantikan Seokjin menyadari bahwa aku berdiri di sana bersama cowok menakjubkan lainnya.

Tetapi tidak, dia tidak memperhatikanku. Setelahnya, secara mengejutkan aku justru meneriakkan nama 'Kim Seokjin', memekik memohon atensinya—satu-satunya kesalahan besar yang kuperbuat pagi itu.

Lantaran ketika ia menengok, aku tidak melihat sedikit pun raut kecewa di wajahnya.


Oh.
Ternyata Aku belum mampu menyalakan sepercik api kemarahan di dadanya. Tapi tidak mengapa. Selalu ada esok hari, akan ada matahari terbit lagi. Karena apapun akan kulakukan.

Apapun asal Seokjin patah hati.

Die Trying | Kim SeokjinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang