why

12.9K 2.2K 195
                                    

  Our bodies are weak

We're tired and hurting

Saat itu aku tertegun membayangkan mungkin peristiwa malam ini akan menjadi percobaan-mematahkan-hati-Seokjin lainnya yang gagal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Saat itu aku tertegun membayangkan mungkin peristiwa malam ini akan menjadi percobaan-mematahkan-hati-Seokjin lainnya yang gagal.

Tapi bayangan itu segera terbantahkan ketika aku menemukan diriku melangkah tak terkendali menghampiri keduanya, merebut tangan pacarku, dan membawanya kabur.

Aku tak ingat kapan terakhir kali mencengkram lengan Seokjin sekeras ini, menyeretnya secara paksa melewati kerumunan. Hiruk pikuk terdengar di belakang kami, khususnya umpatan yang mendengking lantaran sirup lemonnya bersinggungan dengan bahu lebar Seokjin.

"Tolong beritahu aku apa yang barusan aku lihat?" Tanyaku dan Seokjin membalasnya dengan menjunggitkan bahu serta helaan napas yang tak kuharapkan.

"Biasanya kau tidak masalah." Gumamnya ringan.

'Biasanya' katanya?

Biasanya aku tidak masalah tapi hatiku selalu patah, Kim Seokjin.


Aku kehilangan kata-kata dan juga tenaga. Hari demi hari menyusun rencana mematahkan hatinya telah mengambil alih lebih dari separuh isi kepalaku juga mengeringkan kantong air mataku.

Mengapa untuk mematahkan hati pacarku sendiri aku harus berusaha kelewat keras?


Perlahan aku menyentuh wajah Seokjin—berusaha mengingat bagaimana wajahnya dalam tangkupan tanganku. Rasanya masih sama seperti hari-hari kemarin bahkan sejak dulu sekali, ia tidak kunjung berubah. Permukaaan kulitnya sedingin sikapnya—berhasil membekukanku, tapi belum sanggup membunuhku.

Sebelum aku benar-benar terbunuh olehnya, mungkin ini saat bagiku mengakhiri rencana-rencana mematahkan hati Seokjin yang nyatanya berjalan sia-sia.

Tetapi Seokjin itu licik, ia takkan pernah membiarkanku hidup tenang.

Tanpa kuharapkan, sebuah kecupan kecil dari Seokjin mendarat di keningku. Lukaku pulih seiring senyumannya yang mengembang dengan manis, aku sepenuhnya mencair. Lucunya, keinginanku untuk menyerah pada dia urung dengan begitu mudahnya.

Seokjin menarikku lembut ke dalam pelukannya, "Jangan marah..." Pintanya, "Kamu tahu aku ini tidak bisa hidup tanpamu kan?"

Benarkah itu, Kim Seokjin?

Pada detik berikutnya, ketika Seokjin pikir aku telah melupakan segalanya, aku justru menemukan rencana terakhir untuk mematahkan hatinya.

Pada detik berikutnya, ketika Seokjin pikir aku telah melupakan segalanya, aku justru menemukan rencana terakhir untuk mematahkan hatinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Die Trying | Kim SeokjinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang