CHAPTER 2. LE AMORA O (Part 1)

326 18 0
                                    

"Mana Kanaya-mu?" celetuk Ardian sambil memandangi Michael yang muncul dari pintu utama dengan wajah kuyu.

Netra aswad milik Czar Alvern Hitam itu tampak sibuk mencari-cari sesuatu ke arah belakang Czar Alvern Putih sebelum akhirnya meringis ketika sebuah cubitan mendarat di pinggangnya. Ain hitam Ardian melebar, mendelik memandang si pelaku. Thea yang dipandangi malah menatap iba ke arah Michael, mengabaikan pelototan suaminya.

Sang Czar Alvern Putih melangkah dalam diam, tidak menghiraukan tatapan dari sepasang suami istri itu. Perasaannya campur aduk memikirkan gadis dari lembah yang tiba-tiba menghilang setelah dia mengungkapkan keinginan untuk meminta sang dara menjadi miliknya.

"Kau pasti lelah, duduklah dulu. Aku akan menyuruh elda untuk menyiapkan makan malam," kata Thea lembut. Sang Czar Aleronn masih diam tak menjawab. Dia mengempaskan tubuhnya pada kursi di ruang utama bernuansa batu.

Wanita itu menoleh pada sang suami yang kini duduk termangu di depan Michael, lalu memberi isyarat agar Wakil Czar Aleronn itu mengajak Czar-nya bicara sebelum dia beranjak melangkah menuju ruang tengah.

Ardian berdeham, berusaha memecah suasana hening di antara mereka. Michael mendongak, menatap wakil sekaligus sahabatnya itu.

"Apa ... kau ... menemukannya?" tanya Ardian sedikit terbata-bata. Netra hijau Michael mengerjap sebelum mengalihkan pandangan ke meja batu di depannya.

"Ya, aku menemukannya, tetapi dia kabur entah ke mana ...," gumam Michael pelan yang menyebabkan kening Ardian berkerut.

"Kabur ...?" tanya lelaki itu bingung.

Merasa tidak ada gunanya memperhatikan benda bulat berwarna hijau itu, Michael menoleh ke arah Ardian yang memandangnya intens.

"Dia lari ... menghilang. Entahlah .... Aku berusaha menemukannya, tetapi ...."

"Siapa dia? Di mana kau bertemu dengan gadis itu? Sungguh lancang sekali berani menolak seorang czar!" potong Ardian dengan raut wajah merah menahan marah.

Michael menggeleng cepat.

"Tidak, bukan begitu. Itu salahku. Aku seharusnya tidak mengagetkannya dengan meminta dia untuk menjadi istriku secara tiba-tiba," sanggah Michael.

"Tetap saja! Dia seharusnya tidak meninggalkanmu seperti itu. Gadis itu harus diberi pelajaran karena sudah lancang terhadapmu!" sergah Ardian.

"Dia pasti hanya terkejut, tidak bermaksud begitu padaku. Aku akan menemuinya kembali besok. Sekarang aku sangat letih. Sebaiknya aku istirahat saja." Michael baru akan bangkit dari kursi ketika Thea muncul dari ruang tengah. Czar Aleronn itu pun urung berdiri.

"Kau mau ke mana? Makanlah dulu. Ayo, makan malam sudah siap. Lebih baik tidur dalam keadaan perut kenyang daripada kosong. Supaya besok kau punya tenaga yang cukup untuk mengejar Kanaya-mu kembali." Wanita lembut dan bijak itu menepuk pundak Michael. Sang Czar tersenyum, lalu mengangguk pelan. Dia sungguh menghormati Thea sebagai seorang kakak perempuan baginya.

"Kalian duluan saja. Aku akan memanggil Torrent. Anak itu uring-uringan terus semenjak Ellio dan Benjamin datang," kata Thea lagi.

Ardian menuruti kata-kata istrinya. Lelaki itu berdiri, lalu melangkah menuju ruang tengah diikuti oleh Michael. Sementara itu, Thea menaiki tangga melingkar menuju lantai atas menemui putranya.

****

Langit pagi tampak cerah dengan warna biru mendominasi di sela-sela awan putih berarak. Cuaca masih terasa hangat walau nuansa azmera sudah mewarnai hampir semua pepohonan yang berjajar di Hutan Paxton dengan sentuhan warna merah, kuning, dan jingga. Angin meniup lembut mengiringi kepakan sayap putih Michael melintasi desa manusia menuju lembah.

ALERONN (Book 1) - Sudah diterbitkanWhere stories live. Discover now