CHAPTER 3. LE AMORA O (Part 2)

312 19 0
                                    

Ardian dan Thea terheran-heran ketika melihat Michael yang melangkah masuk dengan wajah sangat ceria dan berseri-seri. Senyum bahagia terlihat terukir di wajahnya kini.

"Kau terlihat senang sekali. Apa kau sudah menemukan Kanaya-mu? Lalu di mana dia?" tanya Thea. Wanita itu tampak sedang mengaduk teh berwarna hijau untuk Ardian. Melihat teh itu, Michael kembali tersenyum mengingat kejadian di rumah Kanaya-nya.

"Aku akan menikah besok, tetapi sebelumnya, aku akan menemui ayah Kanaya-ku langsung di tempat itu. Lalu membawanya ke sini untuk persiapan pernikahan secepatnya," sahut Michael mantap. Ardian dan Thea terkejut dan saling berpandangan.

"Siapa gadis itu? Di mana tempat tinggalnya?" tanya Ardian heran.

"Dia bukan seperti kita, tetapi dia gadis yang baik. Aku percaya padanya. Dia tinggal di lembah bunga ... ah, aku lupa menanyakan nama lembah itu," jawab Michael.

Kening Ardian berkerut mendengar jawaban lelaki itu.

"Lembah bunga?" tanyanya. Seingatnya Aleronn tidak memiliki lembah bunga, kecuali kembang-kembang yang tumbuh di taman atau kebun biasa yang paling banyak terdapat di Desa Paxton. Netra aswad Czar Alvern Hitam itu memandang curiga pada Michael saat dia mencium aroma bunga asing yang menguar dari tubuh sang pemimpin.

"Bagaimana ciri-ciri gadis itu? Biar aku yang menjemput dan membawanya ke sini." Michael terkejut mendengar ucapan Ardian.

"Oh, tidak perlu. Aku dan Eric yang akan menemui dan menjemputnya besok, sekaligus meminta restu langsung pada ayahnya. Kalian tolong bantu persiapan pernikahan saja," ujar Michael.

Lelaki itu melangkah masuk ke ruang tengah. Dia menjumpai Gregory dan Ellio yang sedang makan bersama Torrent.

"Wah, ada apa ini? Ternyata ada dua jagoan kecil di sini," kata Czar Alvern Putih itu. Kedua tangannya mengusap kepala Ellio dan Torrent. Gregory mendongak dan menatapnya heran.

"Kau dari mana saja? Sore begini baru pulang. Aku mencarimu tadi. Dua monster kecil ini baru saja selesai latihan mengeluarkan sayap. Ardian dan Ian seharusnya segera menyekolahkan anak-anak ini di Iona. Kenapa aku terus yang harus menjadi escolastico pribadi mereka?" keluh Gregory pada kakaknya, Michael.

Lelaki itu tertawa lebar mendengar ocehan adik semata wayangnya yang merupakan pengajar terbaik di Nubia.

"Aku bukan monster!" teriak Torrent. Thea muncul diikuti oleh Ardian yang melangkah masuk sambil membawa dan menyesap tehnya.

"Eh, Torrent, sopanlah pada Paman Gregory," ucap Thea, lalu memandang ke arah adik Michael itu.

"Iona terlalu jauh dari Lonia. Aku khawatir kalau tidak bisa mengawasinya. Kau kan guru terbaik di Nubia. Latihlah anak-anak ini sambil menunggu umur mereka cukup untuk masuk Nubia," ujar wanita itu.

Gregory meleletkan lidahnya yang dibalas oleh Thea dengan mengacak-acak rambut pemuda yang sudah dianggapnya sebagai adik sendiri. Ardian hanya mendengkus dan tertawa kecil melihat keakraban mereka berdua.

Ellio memperhatikan Michael yang terus saja tersenyum melihat mereka. Dia lebih menyukai wajah czar ramah ini daripada ayah Torrent yang terlihat galak seperti anaknya atau Gregory yang terkesan malas saat mengajarinya.

"Czar Michael, apakah Kanaya-mu membuatmu sangat senang hingga kau tersenyum terus saat ini?" tanya Ellio.

Michael tergelak mendengar ucapan si Kesatria Kecil yang ternyata masih ingat tentang kanaya. Anak ini sampai mendapat pelototan dari ayahnya karena menanyakan tentang arti kata kanaya waktu itu.

"Tentu saja. Kanaya-ku sangat membuatku bahagia. Kau akan segera menemui Czarina-mu besok," ujar Michael sambil mengacak-acak rambut Ellio. Netra biru anak itu melebar. Dia mengerti sekarang apa makna kanaya. Gregory yang mendengar perkataan kakaknya terperangah, lalu kemudian mengerutkan kening.

ALERONN (Book 1) - Sudah diterbitkanWhere stories live. Discover now