Dua puluh Tujuh

6.6K 503 55
                                    

Sepanjang perjalanan pulang menuju rumahnya bayangan tentang Cheryl yang menyuapi Sam terus melintas di kepalanya. Apakah sahabat harus seperti itu? Apakah mereka benar-benar harus sedekat itu? Dia kah yang terlalu berfikiran negatif, atau memang mereka yang sudah melebihi batas.

"Aira?" panggil Nathan

Ranna masih tetap berada dalam pikirannya. Ni

"Aira..." sentak Nathan.

"Ah iya kenapa?" tanya Ranna

"Kamu kenapa?" tanya Nathan.

Ranna menggelengkan kepalanya.
"Aira.."

"Kenapa tidak jalan?"

"Kita sudah sampai di depan rumah mu"ucap Nathan.

Ranna pun menyadari bahwa dirinya memang telah sampai.

" oh oke. Aku turun ya. Thanks Nat.. Hati-hati di jalan" ucap Ranna. Nathan menahan tangan Ranna.

"Menurut mu aku akan membiarkan mu turun dengan wajah seperti itu? Ada apa?" tanya Nathan.

"Hufht.. Aku hanya merasa kesal dengan Sam."

"Kenapa lagi dia?"

Ranna melambaikan tangannya. "Tidak.. Tenang saja. Aku hanya mendadak merasa sangat marah dan kesal. Mood swing, sepertinya aku akan datang bulan. Badan ku sudah mulai terasa tidak enak. Jadi kalau tiba-tiba aku menjadi sangat menyebalkan mohon di maklumi ya"

"Kamu selalu menyebalkan sejak kita bertemu kan"

Ranna tersenyum dan mengangguk. Ia menghela napasnya.

"Hah.. Kamu memang selalu tau cara memicu dan menurunkan emosi ku. Thanks Nat" ucap Ranna yang terlihat sudah lebih baik.

"Anytime.. Sudah merasa lebih baik?"

Ranna mengangguk mantap.
"Jauh lebih baik.. Mungkin tambahan segelas coklat hangat cukup"

Nathan mengangguk.
"Baiklah turun sana.. Aku tidak mau di pukul oleh dokter Sam seperti dokter Revi"

"Ish.. Jangan begitu..dia.."

"Suami mu aku tau..sudah sana turun. Pamer sekali punya suami seperti dia"

Ranna mengulum senyumnya saat Nathan melanjutkan kalimatnya.

"See ya"ucap Ranna dan turun Nathan pun hanya mengangguk.

Ranna masuk ke dalam halaman rumahnya, di garasi Ia melihat mobil Sam sudah ada di sana.
" sudah pulang lagi" gumam Ranna dan Ia terus berjalan masuk.
Ruang tamu terlihat cukup sepi, hingga Ranna memutuskan untuk masuk ke dalam kamar. Ia menemui Sam yang sudah duduk di meja kerjanya.

"Kamu sudah pulang?" ucap Ranna dan meletakan tasnya Ia duduk di depan meja riasnya dan melepaskan contact lense nya.

"Apa pasien mu tidak terlalu banyak hari ini?" tanya Ranna

"Apa kamu tidak suka melihat ku dirumah?" tanya Sam dingin

"Bukan gitu. Kamu hanya jarang saja pulang cepat."

Sam mendesis.
"Bukan karna kamu lebih suka di rumah berdua dengan dokter IGD itu?"

Ranna menoleh pada Sam.

"Excusme?", tanya Ranna

" kenapa kaget? Bukannya kalian memang sering berada di rumah saat aku tidak ada?" dingin bahkan tanpa menoleh sedikit pun.

Ranna bangkit dari kursinya dan mendekat ke arah Sam.

"Ini kita ngomongin apa sih? Kamu kenapa tiba-tiba bawa-bawa Nathan"

Pulang (Hanya tentang waktu sampai kau kembali)Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt