Aku berbaring di taman bunga itu, lebih tepatnya aku berbaring di atas lengan kekar Zio. Saat ini tak ada lagi tangisan, melainkan senyum lebar yang terus kuukir di bibirku.
Kami berdua sama-sama menatap langit gelap, ya walaupun tak terdapat bintang. Aku menoleh pada Zio, ia pun tersenyum lebar.
"Zio.." panggilku. Ia berdehem pelan, "Everything it's okay, right?" tanyaku. Ia mengangguk pelan, "Yeah, my girl."
Lalu aku bangun sembari menatapnya, dan Zio pun ikut bangun. Dia mengelus pucuk kepalaku, "Ada apa?" tanyanya. Aku menggeleng sembari tersenyum kecil, "Aku bertemu ibuku."
Zio terkejut, "Benarkah? Dimana?" tanyanya. "Dia tinggal di sebuah desa di dunia ini. Kamu tahu, aku bahagia sekali bisa bertemu dengannya." jawabku. Zio menatap mataku dalam, "Hey, kamu akan bisa melihatnya lagi." ujar Zio.
Aku tersenyum kecut, aku sama sekali tidak yakin dengan perkataan Zio. Aku mengangguk kecil lalu mengalihkan pandanganku ke arah lain. Zio seperti mengerti yang kurasakan, "Kamu akan selamat! Kamu tidak akan mati disini! Kau harus bahagia, Nala!" ujar Zio.
Aku kembali menatapnya, seketika perasaan tidak enak menjalar ke seluruh tubuhku. Aku menatapnya dalam, ada sesuatu yang tersirat di matanya namun aku tidak tahu apa itu.
Tiba-tiba aku merasa sangat mengantuk sekali, sangat bahkan mataku saja sudah memerah. "Kau mengantuk?" tanya Zio. Aku mengangguk kecil, Zio menarikku ke dalam pelukannya. Ia memelukku sedangkan aku bersender di dadanya.
"Ahh, aku semakin mengantuk!" ujarku dengan mata yang hampir saja menutup. Zio tertawa kecil, lalu tiba-tiba dapat kurasakan sebuah air jatuh tepat di telapak tanganku namun aku tidak tahu darimana karena semakin lama mataku semakin berat.
Namun di saat-saat itu aku masih dapat mendengar yang Zio katakan,
"Selamat tidur, dan maafkan aku!"
Kemudian, aku terlelap.~••~
Aku mengerjap pelan sembari membuka mata yang terasa sangat berat ini. Hingga akhirnya mataku bisa terbuka dengan lebar, namun saat kubuka mata ada sesuatu yang aneh.
Aku melihat sekelilingku yang tidak asing, namun seketika aku menjerit kuat. Aku menangis keras saat itu juga. Aku berada di duniaku. Berada di kamar tidurku.
Aku menangis keras, mataku kembali membengkak dan memerah. Aku tidak peduli sama sekali, kenapa mereka membawaku kesini? Mengapa?!
Aku menggeram marah, aku berteriak memaki mereka dan bertingkah seperti orang gila. Aku menghancurkan setiap barang yang ada di dekatku hingga sebuah kotak kecil jatuh ke lantai.
Aku memungutnya, itu sebuah kotak berbentuk segi enam berwarna hitam dan ada beberapa garis berwarna perak di atasnya. Aku membuka kotak itu dari kedua sisinya, hingga sebuah cincin berada di dalamnya.
Aku menatap cincin itu, dan mataku beralih pada secarik kertas yang tergeletak di lantai pula. Aku mengambilnya, lalu membukanya perlahan.
Canala, Maafkan aku!
Maafkan aku telah mengembalikanmu ke dunia kita. Aku tidak bisa membiarkanmu mati di dunia Intralasi, aku tidak bisa! Kamu tidak perlu susah payah berperang, kamu tidak boleh mati di peperangan itu!
Awalnya aku menolak membawamu kembali ke dunia kita, tapi Pangeran Tara benar, bahwa kamu tidak akan bisa bahagia di dunia Intralasi!
Aku hanya ingin kamu bahagia, berbahagialah dengan laki-laki lain! Carilah sahabat baru lagi, dan tetap jalani kehidupan seperti biasanya!
Aku dan juga Zie, sangat sedih sekali saat kami harus pergi dari sisimu.Tetap ingat bahwa aku akan selalu menyayangimu. Dulu aku pernah berjanji akan menjagamu sampai kamu memiliki pasangan, janji itu akan selalu kutepati!

KAMU SEDANG MEMBACA
IN MY WAY
FantasyTak pernah Nala bayangkan, bahwa dunianya sejak dulu telah terbagi dua. Bahkan ketika ia terlahir ke dunia sekarang yang ia kenal. Dahulu, dia hanya melihat orang-orang dengan kekuatan super di tv yang ia tonton setiap paginya, tapi sekarang, ia ter...