Cowok Titipan

72 3 0
                                    


"Ini titip temen saya di unitnya mbak."Fix ini orang rada sarap.

"Ehm maaf, gak bisa mas saya.. saya memang tetangganya tapi gak terlalu kenal sama mas ini," aku tidak tahu harus bagaimana karena kejadian hari ini cukup melelahkan dan sangat membingungkan. Aku takut kerja otakku terganggu dan malah mengiyakan permintaan orang ini.

"Dia gak bakal macem-macem kok mbak, dia kalo mabok bakal tidur terus sampe pagi. Berani sumpah saya dia bakal diem aja kaya orang mati," orang ini terus meyakinkanku dan dengan bodohnya aku mulai goyah.

"Maaf mas, dibawa ke rumah mas aja." Yaampun please dong pergi sebelum aku terlanjur error.

" Aduh saya gak bisa mbak", wajahnya mulai gusar karena terus kutolak. Namun tiba-tiba cerah kembali seperti baru mendapatkan ide cemerlang. "Nah atau kalo mbak takut, mbak ada kamar kosong gak? Konciin aja dia disitu biar dia gabisa ngapa-ngapain besok pagi kalo dia minta tolong baru bukain."

Aku masih terdiam memandanginya dengan cukup tajam untuk memahami ini semacam modus kejahatan baru atau aku memang perlu membantunya, berhubung dia juga tetanggaku jika dia berbuat yang tidak-tidak aku bisa langung melaporkannya. Tentu aku tidak mau sesuatu yang buruk terjadi padaku tapi melihat keadaan laki-laki yang sedang tidak sadar itu entah mengapa rasanya aku percaya dia bukan orang jahat. Bodoh memang, kenal saja tidak tapi sudah berani menilai dia orang baik.

"Please ya mbak, saya udah capek banget dari depan bawa dia kesini tadi dimobil masih sadar makanya saya bawa pulang ternyata sampe sini mau ditanya password unitnya pun dia udah gak denger," tetanggaku ini ternyata mempunyai teman yang cukup pemaksa.

"Ini mbak bisa tahan KTP saya, kalo ada apa-apa serahin polisi deh nanti kalo dia udah sadar titip dia aja." Aku menghela napas dan ya akhirnya aku membuka pintu unitku dan menunjuk kamar tamuku dari luar.

"Letakan aja di kamar yang itu, itu kamar kosong dan saya akan kunci kaya kata kamu tadi." Aku tidak berani ikut masuk takut ternyata mereka ingin menyekapku. Setelah meletakan tetanggaku di kasur, temannya ini langsung mengunci kamar dan menyerahkan kunci itu kepada ku.

"Ini KTP saya mbak, besok titipin dia ya. Makasih banyak mbak, saya balik dulu."

"Iya mas sama-sama." Setelah orang itu pulang aku masih tidak tenang, aku buru-buru masuk ke kamar dan mengunci pintu. Lalu aku mendorong sofa untuk menghalangi pintu. Berpikir ada seseorang di dalam ruangan sempit hanya berbataskan dinding itu sangat menegangkan aku sampai tidak bisa tidur, bahkan untuk mandipun tidak tenang. Ini terasa seperti penyiksaan. Otakku mulai merancang cerita-cerita aneh tentang bagaimana kalau yang di kamar itu orang mati. Dan besok aku jadi tersangka pembunuhan tapi aku melihat tadi dia masih bernapas berarti kemungkinan yang ini salah. Atau bagaimana kalau orang itu pura-pura tidak sadarkan diri dan setelah aku tertidur dia akan berbuat macam-macam. Pikiran-pikiran itu terus menghantui sampai aku tidak sadar telah tertidur.

Lifted - #1 Dreamcatcher SeriesWhere stories live. Discover now