Satu - Tentang Kita

333 2 2
                                    

Waktu sudah menunjukkan jam 7 malam, saat wanita berkerudung hitam dan berpakaian casual dengan tas di pundaknya bersiap untuk segera pulang. 

Namanya Renita Wijaya, gadis berusia 26 tahun yang sudah merantau di Jakarta selama 4 tahun untuk mengubah nasib yang selama ini dia anggap tidak terlalu baik, dan untuk melarikan diri dari masa lalu yang membuatnya kehilangan dirinya sendiri.

Renita yang biasa dipanggil Nita adalah anak pertama dari 4 bersaudara. Sebagai anak pertama, dia memiliki beban lebih berat untuk menjadi tumpuan orang tuanya walaupun dia anak perempuan satu-satunya karena adiknya semua laki-laki.

Sejak kecil Renita terbiasa menjadi contoh untuk adik-adiknya, dia selalu berusaha terlihat tegar dan ceria di depan orang tua dan adik-adiknya walaupun terkadang sering menanggung sedihnya sendiri. Itulah mengapa selama ini dia terlihat cuek dan terkesan keras pada orang di sekitarnya, padahalnya di dalam hatinya dia adalah perempuan yang sangat sensitif dan kesepian.

"Hoaaaaamm, akhirnya ketemu kasur juga!"

 Nita melemparkan tubuhnya ke kasur untuk meluruskan punggungnya yang dia pakai seharian untuk bekerja di depan komputer. 

Renita bekerja di salah satu perusahaan yang cukup terkenal di Jakarta, tapi jangan berpikir kalau upah yang dia dapat sesuai dengan nama besar perusahaannya. Untuk bisa makan dan membayar uang kostan saja sudah beruntung, terlebih hidup di Jakarta tidaklah murah, tapi Nita selalu mensyukuri segala yang dia punya. Dia selalu belajar untuk merasa cukup tanpa ingin menuntut apa-apa.

"Bosan sekali. Setiap hari cuma kerja dan balik kostan, monoton banget ya hidup gue.

Ucap Nita pada dirinya sendiri.

"Ga kerasa udah 5 tahun gue sendirian, ga pacaran, ga TTM-an, sampe sering dibilang jomblo akut". 

Nita memandangi langit-langit kamar kost nya sambil mengingat waktu yang telah dia habiskan tanpa seorang pacar. 

Bukan tanpa alasan Nita betah menjalani hidupnya tanpa seorang kekasih, ada alasan yang cukup menyakitkan mengapa dia sangat takut untuk memulai hubungan, dia trauma dengan sebuah pengkhianatan.

Di kepalanya, masih tergambar jelas kejadian yang dia alami 5 tahun lalu, saat orang yang begitu dia sayangi sepenuh hati justru mengkhianatinya dan pergi begitu saja. Dan yang paling membuat Nita terluka, hubungannya berakhir saat dia begitu menyayangi kekasihnya dan berharap dia adalah akhir dari pencariannya. Ya, mungkin inilah yang disebut ditinggal pas lagi sayang-sayangnya. 2 tahun masa pacaran bukan waktu yang sebentar untuk membuat Nita begitu menyayangi laki-laki ini. Rimba, laki-laki yang berhasil membuat Nita trauma dan memutuskan tidak ingin lagi jatuh cinta.

***

5 Tahun lalu.

Ponsel Nita berdering, satu pesan muncul di layar ponselnya. Dari Rimba, kekasihnya.

"Ada yang mau aku omongin, kamu lagi sibuk?" Tulis Rimba di pesannya.

"Engga, ada apa?" Balas Nita dengan hati yang mulai merasa tak tenang.

Akhir-akhir ini mereka sering bertengkar, karena permasalahan yang tak kunjung menemukan jawaban. Nita merasa bahwa ada seseorang diantara hubungan mereka, orang dari masa lalu Rimba yang sudah lama dia kagumi dan sekarang mulai mendekat padanya. Nita sudah berusaha untuk percaya, tapi kenyataan mengatakan sebaliknya. Teman satu kostan Rimba memberitahu Nita bahwa Rimba pernah membawa wanita itu ke kostannya dan menjemput setiap pulang kuliah.

Rimba dan Renita kuliah di kampus yang sama, tetapi jurusan mereka berbeda. Rimba kuliah di Jurusan Komunikasi, sedangkan Renita kuliah di Jurusan Agronomi. Dan wanita yang menjadi penyebab keretakan hubungan mereka adalah adik kelas Rimba sewaktu SMA, dan tempat tinggal mereka berdekatan. Itulah yang berhasil membuat Renita uring-uringan beberapa waktu belakangan, karena Rimba pernah bercerita bahwa dia mengagumi wanita ini sejak SMA, wanita ini adalah cinta pertamanya yang tak pernah bisa dia miliki karena terlalu malu mengatakannya.

Namanya, Fanya. Perempuan cantik Jurusan Pendidikan Biologi, penampilannya yang anggun akan membuat siapa saja akan melirik saat dia lewat. Dengan tubuh tinggi dan berkerudung rapi, wajah cantik dan sikap yang lembut bisa membius siapa saja yang melihatnya. Dia adalah cinta pertama Rimba, yang membuat Rimba berbunga-bunga walau hanya disapa oleh Fanya. Dan entah kenapa, sekarang Fanya datang ke hidup Rimba di saat dia sudah berdua dengan Nita.

"Aku capek kita berantem terus, kamu engga bisa percaya sama aku, dan aku udah capek juga jelasin sama kamu kalau aku engga ada hubungan apa-apa sama Fanya." Tulis Rimba dalam pesannya.

Nita mulai merasa kalau hubungannya sudah di ujung tanduk, selama ini dia sudah berusaha sekuat tenaga untuk menjaga agar hubungannya tidak berakhir. Walaupun sering sekali Nita harus menahan kecewa karena Rimba sering berbohong padanya. Tapi Nita selalu punya stock maaf yang tak ada habisnya. Dan sudah berkali-kali mereka putus nyambung karena masalah sepele, tapi selalu berakhir dengan memutuskan tetap bersama. Nita sadar, mereka terlalu memaksakan untuk tetap bersama, walaupun banyak sekali perbedaan sifat yang mereka punya.

"Trus sekarang kamu maunya apa?" Balas Nita pasrah. 

Dia menggenggam erat ponselnya sambil menghela napas panjang, Nita memandangi photo mereka berdua yang terpajang di meja belajarnya.

"Kita break dulu aja, aku butuh waktu sendirian. Bisa?" Balas Rimba.

Nita mulai meneteskan air mata saat membaca pesan yang dikirim Rimba.

"Apa memang harus berakhir seperti ini Tuhan? Setelah aku sudah berusaha berjuang, tapi sepertinya dia terlalu mudah melepaskan. Apa artinya selama ini aku bertahan walaupun aku berkali-kali dikecewakan?" Batin Nita.

"Yasudah kalau kamu maunya begitu, tapi boleh aku nanya sesuatu? Tolong jawab dengan jujur."  Tulis Nita sambil berusaha menenangkan dirinya agar tak terus-terusan menangis.

"Iya boleh, mau nanya apa?"

"Kalau kamu dikasih kesempatan untuk melamar seseorang, kamu akan melamar aku atau Fanya?" Tanya Nita, dengan hati yang sudah dia persiapkan untuk mendengar jawabannya.

"Aku akan pilih Fanya" Jawab Rimba.

Dunia Renita seakan runtuh saat itu juga, semua pertahanan yang ada dalam dirinya sekejap menghilang begitu saja. Dia menangis tanpa tahu bagaimana menghentikan air mata yang terus menerus mengalir di pipinya.

"Ayolah jangan menangis Ta, kamu sudah tahu akan seperti ini akhirnya. Kenapa masih saja ingin bertahan seperti orang bodoh." Nita berusaha meyakinkan dirinya sendiri, tapi tetap tidak bisa. Dengan sekuat hati Nita membalas pesan terakhir dari Rimba.

"Aku kira selama ini kita benar-benar saling menyayangi, aku kira semua rasa sayangku bisa bikin kamu engga pergi. Tapi sepertinya itu percuma ya Rim. Raga kamu memang sama aku, tapi dari dulu hati kamu memang untuk dia. Semua perjuangan aku untuk bertahan walaupun berkali-kali kamu bohongin ga ada artinya." Balas Nita sambil tetap berurai air mata.

Sudah 30 menit sejak Nita membalas pesan terakhir dari Rimba, tapi belum ada balasan yang diterima Nita. Sambil terus menguatkan hatinya walaupun tetap tidak bisa, Nita mengirim pesan terakhir untuk Rimba. Ya terakhir, karena Nita sudah lelah dengan semua kisah yang mereka lalui berdua.

"Yasudah, kita putus saja. Semoga bisa bahagia dengan dia, aku kalah. Aku akan mengalah." Tulis Nita dengan sisa kekuatan yang ada dalam hatinya. Hatinya hancur, tak tersisa.

LUKAWhere stories live. Discover now