Matahari masuk melalu celah-celah jendela, membuat si mpu kamar membuka matanya secara perlahan. Angkasa melihat jam dinding dikamarnya.
"Jam 7?!" Karena kaget, Angkasa langsung bangun dan berlari ke kamar mandi. Ia segera melesat begitu saja. "Mampus gue 15 menit lagi! Ah kena nih gue!" Umpatnya.
Rumahnya sudah kosong, hanya menyisakan dirinya, memang seperti inilah keadaan rumah Angkasa ketika dia bangun tidur. Tidak akan pernah menemukan keberadaan orang tuanya. Karena mereka sudah pasti sibuk dengan pekerjaan mereka.
Dia langsung mengambil kunci motor di nakas dan menemukan sebuah sticky note.
Jangan lupa jemput Diandra.
-mama♡Angkasa mengabaikan sticky note tersebut dan berangkat begitu saja, karena waktu yang dia miliki sekarang hanya tinggal 10 menit untuk sampai kesekolah.
__________________Diandra melihat jam tangannya kemudian wajahnya menjadi cemas. "Bu kayaknya Angkasa gak jemput, aku berangkat sekarang aja ya." Ucapnya.
Lany yang mendengar hal itu agak sedikit kecewa karena Ririn telah meyakinkannya kalau Angkasa akan menjemput Diandra untuk berangkat kesekolah bersama.
"Kamu berangkat sekarang aja ya, naik ojek online aja." Ucap ibu Diandra. Diandra mengangguk cepat dan mengeluarkan ponselnya.
"Itu udah sampe, aku berangkat ya, Assalamu'alaikum." Ucapnya sambil mengecup pipi ibunya.
"Hati-hati ya." Ucap Lany.
__________________Benar saja ketika Angkasa sampai disekolah gerbang sekolahnya sudah tertutup rapat. Dengan cepat ia turun dari motor ninja nya dan menghampiri pagar. "Pak buka pak." Ucapnya kepada satpam tanpa menunjukkan ekspresi apapun. Satpam membuka gerbang itu.
"Kamu dihukum!" Ucap seorang guru BP yang ada digerbang. Angkasa hanya mendengus.
"Pak buka." Ucap seorang wanita dari arah gerbang. "Loh, Diandra kok telat?" Tanya satpam itu kepada gadis tersebut. Angkasa menengok kearah gerbang.
"Iya pak tadi ada sedikit masalah." Ucapnya, "oh ayo masuk." Ajak satpam itu."Dasar satpam genit, giliran cewek aja diramah-ramahin, giliran gue dimarah-marahin!" Batin Angkasa.
"Kok tumben banget kamu telat Diandra?" Tanya guru BP tersebut tanpa 'marah'.
"Maaf bu, tadi ada sedikit masalah." Ucapnya sambil tersenyum."Ni cewek telat apa karena nungguin gue jemput yak?" Tanya Angkasa pada dirinya sendiri.
"Tapi kalian akan tetep dapet hukuman ya!" Ucap guru BP tersebut. "Apa hukumannya? Paling juga cuma suruh nyapu halaman ini kan." Ucap Angkasa meremehkan.
"Untuk kali ini hukumannya lari lapangan 10 kali." Ucap guru BP itu tanpa belas kasihan. "Bu! Lapangan kita tuh besar! Masa iya 10 keliling?!" Protes Angkasa.
"Kalau gitu, kamu 15 keliling Angkasa." Ucap guru tersebut.Angkasa menaikan satu alisnya, ia kesal dengan guru tersebut, dan memilih diam.
"Diandra, karena kamu telat untuk pertama kalinya, kamu lari 5 keliling aja ya." Ucap guru tersebut lagi-lagi tanpa marah.
"Gak adil bu, mau ini yang keberapa juga tetep aja dia telat, malah duluan saya yang dateng." Ucap Angkasa tidak terima.
"Kamu gak sadar kamu udah telat berapa kali? Kalo gitu hukuman kamu jadi 20 keliling!" Ucap guru BP itu.Angkasa melotot kaget mendengar penuturan guru BP nya tersebut. "Ayo mulai hukuman kalian." Perintah guru tersebut.
Angkasa berlari meninggalkan Diandra dibelakangnya. Tatapan memuja dilemparkan para wanita -yang gatau lagi ngapain jalan di koridor dahal udah jam belajar- , kapan lagi ada cowok ganteng, keringetan, lari-larian. Ah minta dikejer.
"Semangat beb..."
"Gua normal tulul!!!" Teriak Angkasa kearah Kevin yang muncul dari arah kantin. Kevin memang sangat sering bolos di jam pertama, alasannya, sebelum belajar ia harus mendapat asupan gizi dulu.
"Eh ada bidadari dibelakang Angkasa, kok telat?" Tanya Kevin menggoda Diandra. Diandra hanya menatap Kevin tanpa merespon ucapannya.
'Dasar terong! Ngapain coba rayu-rayu cewek.' Batin Angkasa.
Eh...
Angkasa menghentikan larinya secara mendadak karena tali sepatunya lepas, dan yang terjadi tentu saja Diandra menabrak punggung Angkasa.
Bugh
"Au!" Ucap Diandra yang jatuh tepat dibelakang Angkasa.
"Liat-liat kek! sakit tau gak punggung gue!" Ucap Angkasa.
"Lagian kenapa kamu berenti mendadak? Aku mana tau kalo kamu mau berenti." Ucap Diandra sambil bangun dan melihat telapak tangannya yang sedikit berdarah.Angkasa mengira kalau Diandra akan marah atau menangis, tapi salah, yang ia dapati sekarang Diandra hanya mengusap lukanya sekilas dan melanjutkan larinya. Ada sedikit rasa bersalah dan kagum dihati Angkasa melihat Diandra. Ia mengikat tali sepatunya dengan cepat dan berlari.
Ia berlari tepat dibelakang Diandra, tiba-tiba saja angin bertiup yang membuat rambut Diandra menerpa wajah Angkasa. Angkasa menghirup aroma lembut dari helaian rambut Diandra. Wangi vanila ini akan jadi candu untuknya.
10 menit berlalu...
Diandra sedang beristirahat ditepi lapangan, karena percuma kalau ia masuk kelas, untuk jam pertama pasti sudah habis, sisa 15 menit untuk pergantian jam. Lebih baik ia beristirahat dan mengumpulkan tenaganya terlebih dahulu.
Angkasa kemudian berhenti berlari dan langsung tiduran didekat Diandra, namun cukup berjarak dengan Diandra.
"Bukannya 5 putaran lagi?" Tanya Diandra ke Angkasa yang sedang menutup wajahnya dengan lipatan tangannya."Lo mau ngadu? Silahkan. Gue gak takut." Ucap Angkasa, Diandra hanya tersenyum samar mendengar penuturan Angkasa.
"Apa hukuman kalian sudah dilaksanakan?" Tanya bu Marti, guru BP mereka. Angkasa langsung duduk dan menatap Diandra, siapa tau saja Diandra akan mengatakan yang sebenarnya, walaupun Angkasa tidak takut. Diandra tersenyum lalu bilang "Sudah bu."
Angkasa menaikan satu alisnya, "Yaudah nanti langsung masuk kelas ya." Ucap bu Marti sambil meninggalkan mereka.
"Mau sok baik ya depan gue?" Tanya Angkasa ke Diandra.Diandra menautkan dua alisnya sambil menggeleng. "Kapan kamu bisa berenti buruk sangka sama aku?" Tanya Diandra sedikit menunduk. "Gak bisa kayaknya." Ucap Angkasa sambil berdiri dan lari meninggalkan Diandra sendiri.
"Kamu bilang 'gak bisa kayaknya?' masih ada kata kayaknya berarti masih bisa berubah kan?" Batin Diandra sambil tersenyum.
Ia bangkit lalu mengambil tasnya dan berjalan masuk ke kelasnya memulai pelajaran seperti biasanya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Tbc...
KAMU SEDANG MEMBACA
Diandra
Teen FictionAndai saja saat itu ia tidak ada disitu, pasti hidupnya akan tenang. Andai saja ia tidak menolong sepasang suami isteri yang hampir kecelakaan, mungkin saja perjodohan ini tidak akan pernah terjadi. Tapi apa boleh buat, takdir telah berkata demikian...