Kesie sekarang bisa tersenyum manis. Dirga pun tersenyum. Tapi bedanya Kesie dengan senyuman tulusnya dan Dirga dengan senyuman palsunya.
" Yaudah kamu udah selesai kan makannya? " Kesie mengangguk.
" Yaudah ayok aku antar ke kelas kamu. "
[][][][]
" Baik karena tidak ada pertanyaan maka ibu simpulkan semuanya sudah mengerti. Berarti minggu depan kita akan adakan ulangan harian. " ujar bu Devi mengakhiri pembelajaran kali ini. Kali ini kelas XI IPS 5 sedang belajar Matematika . Di pojok kiri kelas baris kedua terakhir tampak Kesie dan Rachel yang sibuk menyalin catatan di papan tulis. Waktu menunjukkan 15 menit lagi bel tanda pulang sekolah berbunyi. Siswa dan siswi kelas XI IPS 5 sebagian masih mencatat cara pengerjaan soal yang ada di papan tulis. Bu Devi pun membereskan peralatan mengajarnya.
Setelah selesai menyalin semua murid pun berkemas. Begitu juga dengan Kesie dan Rachel. Sibuk dengan kegiatan mereka, mereka tak mempedulikan bu Devi yang ada di depan hingga perkataan ibu Devi selanjutnya membuat semuanya menegang.
" Karena waktu masih 15 menit lagi. Donny berdiri dan ucapkan perkalian 7. " BOOM. Semuanya ternganga. Bahkan beberapa murid pun langsung menghentikan aktivitas mereka dan menghafal kembali perkalian. Sementara Rachel dan Kesie mereka berdua pun sama mencoba mengingat kembali.
" Aisshh nih guru kok gimana yah. Udah kayak anak SD aja masih di suruh hafal perkalian. " Rachel menggerutu. Mulutnya masih senantiasa merapalkan perkalian - perkalian yang bahkan hampir saja dia melupakannya. Sementara Kesie tetap tenang.
" Kok lo tenang - tenang gitu sih? Udah hapal emang? " Kesie menoleh pada Rachel. Dan mengangguk.
" Hafal dong pastinya. " Kesie tersenyum meledek Rachel.
" Sombong amat luh. " dan selanjutnya Kesie tertawa.
" Udah - udah sekarang coba lo hafalin perkalian 7 sama 8 gue denger. " Rachel melakukan hal yang diperintahkan. Sementara Donny siswa laki - laki yang duduk di kursi pojokkan sedang menghafal perkalian 7 yang diperintahkan bu Devi tadi. Anak - anak yang menonton frustasi.
" 7 × 8 ehh 8 × 7 ehh yang mana yang bener? " tanya Donny pada dirinya sendiri. Lalu berpikir.
" Seharusnya tuh kalian udah hafal di luar kepala. Pelajaran anak SD aja kalian nggak bisa. " bu Devi mengomel.
Donny yang masih mengingat - ingat pun nyengir " Hehe bu bukan nggak bisa cuman lupa. "
" Kamu ini. Dulu nggak tau sekarang lupa. Cepat lanjutkan 8 × 7 berapa? "
" 49 .... 9 × 7 ...... 56 ..... 10 × 7 ........ 70 .. SELESAI... " suara Donny yang terakhir membuat anak - anak tegang. Pasalnya pasti diantara mereka setelah itu akan ditunjuk. Ada yang tegang dan ada yang tenang.
" Selanjutnya ---- "
Kringgggg........
Seluruh siswa bernafas lega. Bel pulang sekolah menyelamatkan mereka dari cobaan yang rumit ini. Bu Devi tersenyum.
" Baik anak - anak kita lanjutkan ini minggu depan. Jangan lupa belajar kembali. " Bu Devi pun keluar ruangan kelas XI IPS 5 dengan membawa perangkat mengajarnya. Beberapa murid langsung saja ngacir keluar kelas. Kebanyakan siswa laki - laki yang keluar. Begitupun dengan Donny yang tadi diminta menghapalkan perkalian. Entah kesambet setan apa tiba - tiba langsung ngacir keluar kelas. Dan sedetik kemudian Clarissa Indriani si ketua kelas yang biasa dipanggil Sasa berteriak.
" DONNY... MAU KEMANA LO. LO TIAP PIKET SELALU LARI.... DONNY..... " lalu selanjutnya Sasa langsung berlari keluar kelas. Rachel dan Kesie yang ada di situ geleng - geleng kepala. Mereka berdua belum berniat keluar kelas, karena Kesie yang masih mencari ponselnya entah kemana. Dalam laci meja, tidak ada. Dalam tas, tidak ada. Kesie sibuk sendiri mencari ponselnya. Sementara Rachel sibuk dengan ponselnya sendiri, tanpa ada niatan membantu. Tak lama Kesie menepuk jidatnya.
" Ya ampun gue lupa pas habis nangis gue nggak tau kemana ponsel gue. Karena gue ke balkon. Berarti ketinggalan di kamar. Mungkin. " Rachel mendengus. Sahabatnya ini pelupanya keterlaluan.
" Mungkin? "
" Iya gue sih nggak yakin - yakin amat. Tapi mungkin gitu. Yaudah ayok gue harus ke gedung musik dulu mau ambil gitar yang dipinjam anak musik minggu lalu. Lo mau ikut? " Rachel tampak menggeleng.
" Kayaknya enggak. Mama suruh cepet pulang katanya sih harus siap - siap akan ada pesta. Nggak tau pesta apaan tapi sih katanya buat ngerayain ulang tahun pernikahan keluarga. Lalu semua kolega bisnis mereka diundang. " Rachel tersenyum tak enak.
" Nggak papa kan ?" Kesie tertawa
" Santai aja kali. "
Rachel tersenyum manis " Yaudah gue duluan supir udah nunggu di depan. Dan tadi gue di chat Dirga. Katanya sih dia mau lo pulang bareng sama dia. Katanya dia tunggu di parkiran aja. " mendengar itu Kesie tersenyum manis. Lalu Rachel pergi setelah melambaikan tangan. Kesie pun pergi ke arah yang berlawanan, hendak ke ruang musik.
[][][][]
Dan benar saja. Dirga tengah duduk di atas motornya menunggu Kesie yang belum kunjung datang. Sebenarnya Dirga tidak berniat ingin mengantar Kesie pulang. Tapi karena melihat Riel hendak ke kelas Kesie dan menatap garang Dirga, Dirga takut Riel membocorkan pada Kesie kalau hubungan mereka karena taruhan. Kan bisa gawat bisa - bisa kalah taruhan dia. Dan alhasil Dirga yang mengambil alih ingin mengantar Kesie pulang. Riel pun sudah pulang sedari tadi.
Dirga bosan menunggu. Sekolah sudah mulai sepi. Dan dirinya juga harus cepat pulang karena nanti ada pesta yang harus dilaksanakan keluarganya. Memang nantu jam 7 malam tapi kan harus sampai rumah lebih awal. Mendadak rasa marah mulai menguasai Dirga. Mengingat tadi Riel menghajarnya karena Kesie. Dan Dirga merasa tidak salah. Dirga marah karena dia harus terluka karena Kesie. Jam sudah menunjukkan pukul 16 : 00. Sudah pukul 4 sore. Dan Dirga kesal karena Kesie belum muncul. Lalu seseorang memeluknya dari belakang. Dirga tau ini tangan siapa. Felicia. Felicia memeluknya dari belakang. Dan Dirga sama sekali tidak menolak.
" Sayang kok belum pulang? " tanya Felicia dengan nada lembut.
Dirga melepaskan tangan Felicia dari perutnya dan beralih mengenggamnya. Felicia tersenyum masam.
" Kok senyumnya gitu? " Dirga mengelus puncak kepala Felicia.
" Tadi kok kamu bilang kamu cuma sepupu aku dan sekaligus teman kamu. Aku kan cuma satu kok jadi dua. Dan tadi kamu bilang aku cuma temen kamu dan aku sebagai sepupu kamu lagi sakit. Kok gitu? " Dirga mengingat kembali apa yang dikatakannya di kantin dan benar.
Dirga tersenyum " Hehe bukan sih itu cuma boong. Kalo jujur bisa - bisa putus aku sama Kesie. Nanti kalo putus kan nanti taruhannya gagal. Dan soal kamunya ada dua aku juga baru nyadar. Emang dasar tu cewek bego. Yaudah kamu aku anterin pulang yah. Dan bentar malam aku jemput kamu. Dandan yang cantik. Ada pesta yang dibuat keluarga aku. " Felicia tersenyum manis dan memeluk Dirga. Dirga seakan - akan lupa dengan niatnya yang harus mengantar Kesie pulang.
Felicia naik ke atas motor Dirga. Dirga menyalakan motornya. Dan Dirga mengendarai motor tersebut keluar dari area sekolah. Saat berbelok keluar gerbang sekolah Dirga sempat melihat seorang cewek keluar dengan membawa tas gitar di tangannya. Kesie. Cewek itu Kesie. Bukannya berhenti Dirga malah semakin melajukan motornya. Sementara Kesie yang baru sampai ke parkiran celingak celinguk mencari keberadaan Dirga.