Jaring Laba-laba

3 1 0
                                    


Ketika aku melihat langit-langit dalam balutan kanvas kusam dan robek. Kutemukan nyawaku bergelantungan seperti lampion kelabu di sudut-sudut yang dingin dan bernapas lambat-lambat.

Sepoi angin membuat nyawaku lari dan harus kuraih dengan susah payah.

Jari-jari kakiku ikut mencengkram meski tidak sekuat apa yang bisa aku lakukan dengan tanganku. Memang seperti itulah kematian yang sudah dekat.

Jika aku bayangkan kehidupan yang indah, lautan dan daratan yang saling berciuman, aku selalu tahu kenyataan tidak seindah itu meski telah kuyakinkan diriku sendiri. Kujejalkan beribu-ribu kebohongan, tapi kematian tidak mampu aku tipu dengan muslihat murahan dalam kehidupanku yang tidak fana.

Seperti lampion kelabu yang tidak punya bara api.

Seperti jaring Laba-laba yang menggais kehidupan di ujung gelap dan dingin. Lalu kemudian kematian datang untuk kehidupan yang nyaman dan mewah.

Di mana aroma yang biasa aku tinggalkan?

Aku selalu berpikir, di mana nyawa yang aku pinjam? Ketika kucari di antara perekat nyawa yang aku miliki, semua sudah jatuh seperti buliran hujan yang jatuh di tanah tandus. Menguap dan tidak mampu aku temukan.

Ketika aku jujur kepada jaring Laba-laba yang menggelantung di sudut yang jauh, kukatakan kehidupan kita mungkin telah berakhir. Jadi nyawa-nyawa kita telah tercuri. Dan kudapati, hanya dirikulah yang tersisa. Di sudut yang jauh, gelap dan tidak bernyawa lagi.

Di mana kehidupanku?

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 22, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Recycle Bin_Where stories live. Discover now