1• Gelapnya Malam

18 2 0
                                    


Hujan mulai mengguyur kota,kini dinginnya udara mulai menusuk kulit. Tak terlihat rembulan yang biasanya menyinari langit malam. Kini hanya ada suara bising dari hujan yang mengguyur kota.

Caca,gadis ini tengah menatap deras nya hujan yang mengguyur kota saat ini. Saat ini ia hanya bisa duduk di kolong jembatan,penampilannya begitu urakan,dia tidak memilik keluarga satupun,ia hidup sebatang kara,ia memenuhi kebutuhannya dengan cara menjual koran.

Jam demi jam berlalu kini semakin dingin,hujan pun sudah reda, tak sadar kini Caca sudah diserang oleh kantuknya, sembari ia mengusap-usap badannya agar tidak menggigil menahan dinginnya udara malam ini.

Caca merasa tidurnya sangat tidak tenang karena ia belum makan sejak sore tadi, itu dikarenakan ia tidak sempat menjual korannya semenjak hujan yang datang tadi sore itu.

Kini,terlihatlah dari kejauhan ada 2 orang preman yang datang menghampiri Caca kemudian preman itu menendang Caca dengan kakinya sehingga membuat Caca meringis kesakitan sambil perlahan membuka matanya.

Caca ditarik paksa oleh kedua preman tersebut ke sebuah gang yang begitu sepi dan sunyi, di tempat itu bau tanah sangat menyengat di hidung Caca

Di sana Caca mulai dihimpit di tembok, Caca sudah pasrah dengan keadaannya, walaupun ia sudah memukul preman tersebut namun ia sadar ia tak memiliki kemampuan,ia sudah menangis,sudah mohon-mohon lemah.

Hingga pada akhirnya salah satu preman mencoba untuk memperkosa Caca, tapi seseorang datang.

"Pergi" ucap laki-laki itu tajam dan dingin. Membuat para preman mulai ketakutan.

"ck,lemah" batin laki-laki itu

Kini Caca hanya bisa menangis sesenggukan dengan penampilanya yang sangat-sangat kacau.

Laki-laki itupun menatap Caca dengan pandangan datar, Caca yang merasa ditatap mulai menundukkan kepala.

"Makas-sih" ucap Caca yang masih menangis yang hanya dibalas dehaman.

"Siapa namamu?" tanya laki-laki itu masih dengan datar dan sedikit mengangkat alis kirinya.

"Ca-ca" ucap Caca dengan mulai mengatur nafasnya kembali.

Laki-laki itupun mengangguk-anggukkan kepalanya sebagai jawaban.

"Di mana rumahmu?" tanya laki- laki itu sambil beranjak dari tempat itu yang diikuti Caca di belakangnya.

"Hmmm eee aku tak punya rumah,aku tingggal di kolong jembatan" ucap Caca sembari mengusap air matanya yang sudah mereda dengan bajunya.

"hm" dehaman laki-laki itu.

"Di mana keluargamu?" ucapnya kembali yang membuat Caca diam.

Laki-laki yang melihat perubahan Caca pun tak menanyakannya lebih dalam lagi. Kini Caca sudah berada di depan mobil laki-laki itu.

Caca sudah berada di mobil laki-laki itu,Caca sebenarnya malu diantarkan oleh laki-laki itu karena pakaian Caca yang tak layak lagi. Mukanya yang kusam,rambutnya yang sudah mulai mengering.

Kini laki-laki itu menatap Caca cukup dekat sehingga membuat laki-laki itu berpikir....

"sebenarnya dia kalau terawat,pasti cantik" batin laki-laki itu.

Mobil laki-laki itu sudah sampai di jembatan di mana Caca tidur biasanya, Caca mengucapkan banyak-banyak terima kasih pada laki-laki itu tapi hanya dibalas dehaman saja,itu yang membuat Caca tak mengucapkannya kembali.

                              ***

Kini sudah mulai terdengar suara kendaraan yang mulai jelas terdengar, Caca menggeliat sembari mengusap tangannya karena dinginnya udara.

Dengan sekuat tenaga Caca bangun untuk melakukan aktivitas yaitu menjual koran seperti hari-hari biasanya. Caca biasanya akan menjual koran di jalanan pada saat lampu merah. Penjualan hasil koran Caca tidak besar,itu hanya cukup untuk biaya makanannya 1 hari.

Namun itu tak membuatnya berhenti. Ia semakin semangat karena ia yakin dengan semangat yang membara ia pasti akan bisa.

Caca seperti biasa kembali menjual korannya di jalanan. Tidak seperti yang orang-orang sekarang bayangkan,mencari uang itu sangat susah. Kalian enak berfoya-foya,sedangkan masih ada orang yang kesusahan. Makan saja harus memungut di tong sampah yang entah bekas siapa.

Percayalah hidup ini sangat keras,jika tidak ingin berusaha ya tidak akan mendapatkan hasil. Itulah yang selalu ada di benak Caca.

"koran koran koran" teriak Caca menawarkan di perempatan lampu merah. Koran Caca lumayan banyak yang terjual,sehingga ia bisa membeli makanan untuk hari ini.

Caca kini mengunjungi salah satu warung yang berada di dekat pasar.

"bu nasi campurnya 1 ya" ucap Caca pada ibu itu sembari memberi uangnya.

Tak lama setelah itu Caca sudah selesai makan,Caca memutuskan untuk melanjutkan menjual koran ke tempat yang berbeda lagi.

Langit sudah gelap,Caca pun berniat untuk kembali ke kolong jembatan lebih awal,karena tempat yang ia kunjungi barusan jaraknya lumayan jauh dengan kolong jembatan tempatnya tinggal.

Malam ini Caca hanya menatap padatnya jalanan yang membelah ibu kota ini. Bisingnya kendaraan memenuhi indra pendengarannya.

Hingga sayup-sayup terdengar dengkuran halus dari Caca,Caca tengah tertidur dengan muka polosnya.







nb : see u in next part ^ ^

HIMEKAWhere stories live. Discover now