2• Melelahkan Namun Bahagia

16 2 0
                                    

Matahari sudah mulai muncul dari ufuk timur, Caca kini sedang mencari sebuah tempat yang bisa ia gunakan sebagai tempat penjualan koran selanjutnya.

Karena di tempat yang sebelumnya tidak banyak yang berminat untuk membeli koran.

Sampai siang ini Caca belum mendapatkan tempat yang bagus yang untuk dijadikan tempatnya menjual koran. Sehingga ia juga belum makan sejak tadi pagi.

"huft,kalau seperti ini terus,bagaimana aku bisa hidup?" gerutu Caca.

Caca kini tengah beristirahat di bawah sejuknya pohon beringin. Di otaknya kembali teringat memori-memori yang selalu mengisi harinya.

Caca adalah anak dari sepasang suami istri yang hanya karyawan di salah satu perusahaan terkenal,namun itu dulu. Kedua orang tua Caca kini sudah meninggal saat kecelakaan yang tragis menimpa kedua orang tuanya.

Memori-memori itu selalu terngiang di otaknya,mulai saat itu pula Caca tidak pernah ada yang mengurus lagi,rumahnya disita karena kedua orang tuanya korupsi di tempat mereka bekerja.

Caca mulai hidup sendiri,Caca mencoba untuk menjual koran dan tinggal di kolong jembatan. Pertama-tama yang dirasakan Caca adalah susahnya hidup mandiri. Namun lama-kelamaan ia sudah mulai terbiasa dengan itu semua.

Setelah ia istirahat,ia kembali melanjutkan menjual korannya.

"Koran koran koran" teriak Caca

"Woi....lo kalau jual koran jangan di sini. Ini daerah kepunyaan gue" bentak seorang laki-laki yang sudah bisa dikatakan berumur.

"Ini kan tempat umum,siapapun bisa berjualan di sini" balas Caca.

"Eh lo yaa,sana-sana lo jangan di daerah gue" usir laki-laki itu sekali-kali mendorong Caca hingga Caca tersungkur di batu-batuan yang ada di sana

"Awshhhh" rintih Caca sambari memegang lututnya yang berdarah. Laki-laki itu langsung meninggalkan Caca yang sedang terjatuh,yang kini mulai meneteskan air matanya.

"Ya Tuhan kenapa hidup kejam sekali?" batin Caca meringis

"Oke Ca,Caca ga boleh nyerah,Caca bukan orang lemah" semangat Caca dalam hati.

"Apa sebaiknya aku melamar pekerjaan saja ya,eh tapi emang bakalan ada yang nerima aku?" ucap Caca pada dirinya sendiri.

Hingga pada akhirnya Caca sampai di sebuah cafe yang tak terlalu besar,cafe yang ramai dikunjungi oleh anak-anak muda.

"Permisi mbak,apa ada lowongan pekerjaan di sini?" ucap Caca lembut.

"Maaf,nggak ada" ucap pegawai yang ada di sana.

"Oh yaudah,terima kasih mbak" balas Caca.

Caca melanjutkan perjalanannya ke salah satu toko bunga.

"Mbak,bisakah aku bekerja di sini?aku akan membantu menjual bunga-bunga atau merangkainya" ucap Caca tersenyum penuh dengan harapan.

"Oh bisa bisa dek,sini- sini mbak juga lagi butuh pekerja" ucap mbak Ina pemilik toko bunga.

"Terima kasih mbak" ucap Caca tersenyum manis.

"Dek jangan canggung gitu sama saya,panggil saya Bi Ina aja jangan pakaibembel-embel mbak" ucap Bi Ina sambari merapikan bunga-bunganya seraya tersenyum manis.

"Iya bi,panggil aku Caca aja" balas Caca tersenyum tulus.

"Oh ya Caca, di sini pekerjaan kamu merangkai bunga-bunga, nanti bibi ajarkan kamu bagaimana cara merangkai bunga yang benar" ucap bi Ina

"Wah siap bi" balas Caca penuh dengan semangat.
                      
                          _______

Waktu demi waktu berlalu,Caca sudah terbiasa dengan merangkai bunga. Kini juga Caca sudah tak tinggal di kolong jembatan lagi,melainkan di rumah bi Ina.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 08, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

HIMEKAWhere stories live. Discover now