Bagian Satu

41 1 0
                                    


Petualanganku mungkin saja diawali ketika menelisik raut wajahmu yang begitu mirip dengan almarhum Ayah. Tak pernah terpikir sebelumnya, ketika kau bertutur kata begitu mempesona di setiap kali menggoda imanku. Ya... kau memang hebat, bisa menggoda imanku hanya dengan tutur katamu.

Hatiku...

Imanku...

Tak seteguh yang kau bayangkan. Namun bekas jejak masa lalu terlalu pekat, hingga aku tak bisa begitu saja mempercayakan cinta ini untuk kau dapatkan. Tidak... ini akan menjadi hambar ketika kupercayakan semua rasaku untukmu, lelaki yang bertutur luar biasa.

Sebelum dirimu mengusik hatiku, memang ada lusinan pria yang datang dan pergi, silih berganti, bertukar kata. Mencoba memahamiku, tapi mereka tak mampu. Kau tau? mereka tak tahan dengan gambaran-gambaran yang kusulap jadi susunan baris kalimat. Ada dari mereka yang pura-pura bodoh lalu pergi tanpa kabar berita.

Tapi anehnya! kau berbeda. Entah apa yang membuatmu bergairah untuk membaca satu demi satu kata yang kusampaikan. Apakah kau jatuh cinta padaku? atau kau pria yang terlalu baik pada siapa saja?.

Denganmu, lelaki yang bertutur luar biasa, kuawali peristiwa jatuh cinta, di usiaku yang mengawali senja. Mungkin ini tak begitu penting bagimu, kau boleh mengabaikannya saat ini atau nanti.

Bagiku ini frase paling penting dalam hidupku. Aku yang telah bebas dari kekangan kebiadaban, merasa mendapat hadiah paling istimewa ketika bersama dirimu dalam rimba kata. Kau boleh salahkan aku, tapi jangan salahkan rasaku.

Ay-Nana - 1 Agustus 2019 – Dini hari yang hangat di Banjarmasin

Jatuh Cinta Di Awal SenjaWhere stories live. Discover now