Love?

866 1 0
                                    

"kakak?" kupanggil wanita anggun itu dan mendekatinya, terlihat wajahnya yang tengah murung. "Kenapa wajah kakak terlihat murung?" tanyaku.

Ia melihat kearahku dan tersenyum tipis, "Aku hanya sedang memikirkan sesuatu.. Kemarilah.. kau ingin menemaniku minum teh?" tawarnya.

Tanpa perlu diminta dua kali, aku pun duduk dihadapannya. Tangan letiknya dengan telaten menuangkan teh yang berada di teko kedalam cangkirku, "Bagaimana kuliahmu? Menyenangkan?" tanyanya.

Aku perhatikan wajah itu, matanya menunjukan memendam sesuatu. "Kuliahku baik-baik saja kak.. Bagaimana dengan kakak sendiri? Pernikahan kakak tinggal menghitung hari bukan?" tanyaku padanya.

"Mungkin aku akan mengajukan pembatalan.." ujarnya dengan lirih.

Sontak aku terkejut mendengar ucapannya, "HAH?! Batal!? Serius? Bukankah segalanya sudah siap? Hanya tinggal menunggu hari dilaksanakannya saja."

Kakakku tersenyum kearahku dan mengangguk, "Aku serius.."

"Ke-kenapa? Bukankah kakak mencintainya dengan sangat? Apa rasa itu sudah hilang?" tanyaku padanya.

Kakakku terlihat amat sangat tenang, mungkinkah tipikal AB selalu begini? Tenang dan tak terlihat apa yang ada dipikirannya. "Aku masih sangat mencintainya.. Tapi.. Aku tak yakin dia masih mencintaiku.." jawabnya.

"Kenapa kakak berbicara seperti itu? Dia terlihat begitu mencintaimu..." emosiku meninggi, tak sadarkah bahwa tak ada yang berubah dari hubungan mereka. Kekasih kakakku tetap selalu ada untuknya, selalu bersamanya, dan selalu disampingnya.

"Kamu hanya melihatnya dari luar adikku... Kamu tak melihat sorot matanya, caranya berbicara, tingkah lakunya..." jawabnya sambil tersenyum tipis.

Aku dibuat bingung olehnya. "Sorot mata seperti apa? Cara berbicara bagaimana? Tingkah laku bagaimana?" tanyaku padanya.

Ia menyesap tehnya sejenak dan menatapku dengan pandangan sedikit sendu, "Disorot matanya terlihat lelah dan memaksakan diri ketika bersamaku.. Ketika kita berbicara berdua terdapat helaan nafas.. Senyum yang diberikan sudah tidak tulus.. Dan dia lebih sering berjalan didepanku.. Aku tau jalanku lambat... Namun aku sadar.. Dia sudah enggan berkontak denganku, walau hanya sekedar bergandengan tangan..."

"Itu bisa saja hanya perasaanmu saja kan kak? Mungkin dia memang lelah dengan pekerjaannya atau bagaimana.." hiburku. Bagaimanapun undangan sudah disebar, gedung telah dipersiapkan.

"Lalu kenapa bersama temannya dia terlihat begitu bahagia dan ketika denganku tidak? Sorot matanya berubah ketika bersama dengan temannya.. Sorot mata kebahagiaan, tak ada helaan nafas, yang ada hanyalah tawa kebahagiaan dan senyum yang berasal dari hati.. Dan aku mulai diabaikan olehnya.. "

Akupun terpaku. Air mata yang hampir tak pernah terlihat, kini tengah jatuh setetes dipipinya.. "Lalu kenapa masih bersama dengan kakak? Bukankah dia bisa memutuskan kakak jauh-jauh hari?"

"Selalu bersama bukan berarti saling mencintai.. Seperti seseorang yang terkena penyakit parah, mau tak mau harus bersama dengan obat yang membuatnya kembali pulih.. Itu bersama karena suatu keadaan.. Mungkin alasan dia tidak memutuskanku, karena dia menungguku hingga aku bosan atau menyerah sendiri seperti sekarang.. Aku sendiripun tak tau.. Tapi kalau hubungan ini diteruskan... Aku tak tega dengannya.. Menikah dengan orang yang tidak dicintai itu hanya akan menimbulkan keterpaksaan.." jawabnya pelan.

"Bagaimana dengan segala hal yang sudah kakak berikan? Tak apakan dibayar dengan sedikit keterpaksaan? Ayolah kakak, kau terlalu baik." Ujarku.

Aku milhatnya ia menggelengkan kepalanya, "Aku tak akan menuntut apapun darinya.. Segala yang kuberikan ini tulus.. Aku sudah merelakannya.. Walau harga diriku sudah tak ada.." ia menjawab seperti itu dengan sebuah senyum tipis. Ia melirik kearah jam yang ada diatas lemari tak jauh dari kami duduk, "Ah.. Sudah jam segini.. Aku harus menyiapkan pekerjaanku untuk besok pagi.." jawabnya sambil tersenyum kecil, menghapus air matanya, dan meninggalkanku berlalu.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Sep 15, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

KUMPULAN CERITA PENDEKWhere stories live. Discover now