5. Di ambang batas

14.1K 347 8
                                    

Sudah satu bulan Shamy tinggal di kediaman Raihan. Segala bentuk kecurigaan mertua dan orang tuanya, Raihan tangani dengan baik. Raihan bilang Shamy adalah orang kepercayaannya dalam mengurus perusahaan, Shamy terkekeh dulu saat Raihan buat alasan seperti itu. Ya, perusahaan anak lebih tepatnya.

Selama satu bulan itu pula banyak yang terjadi diantara mereka bertiga. Gracia yang semakin hari makin persis istri Shamy, dan Raihan yang tiada henti merayu Shamy.

Lika liku perjalanan telah Shamy lalui dan sekarang dia mulai bisa menerima Gracia disisinya begitupun sebaliknya. Gracia sudah tidak galak kayak dulu lagi, dia makin sering tersenyum sekarang.

Tapi, mungkin ini akan menjadi skenario terakhir yang mereka bertiga tulis. Raihan menatap Shamy dan Gracia bergantian, dia hanya berperan sebagai penengah disini. Ya, mereka bertiga sedang membahas bagaimana kelanjutan perjanjian mereka. Kabar baiknya adalah Gracia sudah hamil dua minggu.

Raihan menghela nafasnya saat Gracia dan Shamy diam saja. "Gimana keputusan kalian? Aku disini akan ikut apapun keputusan kalian. Asal yabg sesuai di kontrak, bahwa Shamy hanya bisa menemani Gracia hanya sampai lahiran nanti."

Mata Gracia mulai berkaca kaca, menatap Raihan. "Kamu bisa lepasin aku biar sama Shamy aja gak?"

Shamy menoleh kaget, dia menggeleng menatap Gracia. "Jangan gila Gracia, aku gak bisa."

"Bisa asal kamu mau Sham, dan Raihan harusnya dari awal tahu resiko dari perjanjian konyol kita ini." kata Gracia.

Raihan mengusap wajahnya. "Aku sebenernya mau kalau hanya lepas kamu Gracia, tapi aku tidak bisa. Aku tidak bisa menghancurkan dua keluarga sekaligus. Aku tau kamu mulai punya perasaan pada Shamy, aku tau itulah resiko yang akan terjadi jika bermain dengan hati."

Shamy angkat bicara kali ini. "Aku hanya bisa menemani Gracia sampai tiga bulan kedepan, selebihnya aku sudah tidak bisa."

Raihan yang kali ini bingung. "Di konrak lo harus nemenin Gracia sampai lahiran Sham."

"Maksimal sampai lahiran kan? Kalau kurang berarti boleh dong." bela Shamy.

Gracia kali ini sudah menangis, dia tidak mengerti kenapa Shamy bisa seperti ini. "Apa hanya aku yang punya perasaan sama kamu Sham?"

"Iya, dan aku udah bilang dari awal kan, agar jangan sampai jatuh cinta sama aku." saat itulah sebagian dari diri Shamy terasa begitu menyesakkan.

Tanpa berkata apapun lagi, Gracia berdiri. Meninggalkan Shamy dan Raihan sendiri.

Shamy mendesah frustasi, dia kemudian berdiri juga dan menyusul Gracia. Dikamarnya, Gracia sudah membungkus dirinya dalam selimut sambil terisak. Shamy pun ikut masuk ke dalam selimut itu dan memeluk Gracia dari belakang.

Seketika Gracia berbalik dan memukul mukul dada Shamy. "Kamu jahat, setelah semua yang kita lewatin, dengan teganya kamu mau pergi gitu aja tanpa mikirin perasaan aku."

"Gre, aku hanya gak mau merusak semua skenario awal kita. Dari awal aku disini itu hanya karena aku punya tugas. Kini tugas aku sudah selesai, maka aku harus pergi."

"Lalu kamu mau abaikan perasaan aku begitu saja? Bilang sama aku kalau kamu gak cinta sama aku."

Shamy menggeleng, "Walaupun aku cinta sama kamu, tapi aku gak bisa apa apa Gre. Aku gak mau merusak semuanya."

"Hati kamu itu terbuat dari apa sih? Gak bisa ngerasain sakit emang."

Shamy menghapus jejak airmata Gracia, kemudian dia mengecup kening Gracia. Salah satu cara membuat Gracia menjadi lebih tenang. "Aku hanya manusia yang gak bisa jadi yang kamu mau Gre, jadi lebih baik kamu lepaskan aku. Berbahagialah dengan Raihan."

My PartnerWhere stories live. Discover now