03 - Periwinkle

262 30 8
                                    


"In art, there is only one thing that counts; the thing you can't explain."

- Georges Braque -


▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬


2017


Dari Distrik Gwanak ke Distrik Songpa, dari Distrik Songpa ke Distrik Jung. Total waktu yang dihabiskan Yo Ara selama menumpang kereta subway adalah sekitar 51 menit. Lebih dari satu jam apabila dijumlah dengan lama jalan kaki, jeda ke toilet, serta terpesona oleh kedai hot bar di deretan pertokoan bawah tanah.

Ara sempat berhenti sejenak untuk mencoba satu tusuk hot bar, tapi malah berakhir menghabiskan dua belas tusuk. Lalu ia menyempatkan diri untuk ke kamar mandi sekali lagi; mencuci mulut, berkumur, memakai lipbalm andalan, dan berdoa agar tak tergoda tawaran pedagang-pedagang lain. Terutama setelah muncul pop up message di layar ponsel, berisi ucapan rindu serta perintah agar ia cepat pulang.

Namun sayang sekali, dalam perjalanan menuju pintu keluar, Ara malah disuguhi pemandangan sederet stand minuman yang tengah menjadi sasaran favorit para generasi muda; milkshake dengan potongan stroberi dan apel di atasnya, brown sugar yang diisi puding beragam rasa, bubble tea, soda warna-warni, juga yang lain. Segala jenis minuman lucu yang sering Ara lihat di Instagram.

Jadi jangan heran kalau mendadak Ara melipir ke salah satu stand. Ia memindai daftar menu yang tertera, memilih green tea dengan ekstra bubble dan float. Barulah kemudian berjalan menapaki tangga sambil senyum-senyum kegirangan tatkala menyeruput minuman manis itu.

"Aku baru tahu kalau yang begini sudah mulai dijual di bawah tanah," Ara bergumam, lalu terdiam begitu menyadari ponselnya bergetar lagi. "Telepon?"

Menggeser tombol hijau dengan satu tangan yang bebas, gadis itu jadi melangkah super lambat. Nyaris seperti slow motion, bergerak pelan-pelan seolah rentan patah. Sedikit demi sedikit, ia juga menepi agar orang lain yang sedang bergegas tak terhalang oleh pergerakan lambatnya. Lantas begitu telepon tersambung, ia sempat berhenti sepersekian detik.

"Kenapa meninggalkan gedung tanpa bilang dulu?!"

Ara mengerjapkan mata. Terkejut. "Y-ya?"

"Mana bisa seperti itu padaku?!"

"Ah... maaf, maaf."

Menginjak anak tangga terakhir, gadis itu sukses keluar dari stasiun kereta bawah tanah. Ia segera merapat ke salah satu pilar seraya memegang ponsel dengan tangan kiri. "Aku minta maaf ya, Euna. Kita bisa bertemu nanti malam atau besok saja sekalian. Jadi untuk sekarang— "

"Bukan masalah itu. Aku tahu kalau Kakak pasti akan berkunjung ke rumah. Tapi, aku kan mau bilang terima kasih karena sudah mendukung dengan super niat!"

"Ya... barusan kamu sudah bilang. Jadi— "

"Aku mau mengucapkan secara langsung dan sungguh-sungguh!"

"Eh, santai saja. Lewat telepon sudah cukup kok."

"Tapi aku kangen! Aku cerita sedikit deh."

Ara melirik jam digital pada bagian atap gerbang pintu bawah tanah, spontan tersenyum kalem. "Sekangen itu sampai ceritanya tidak bisa ditunda?"

"Bayangkan hidupku yang belakangan ini cuma diisi dengan melihat wajah Haewon, Mingyu, dan Insu. Jelas dong, aku jadi kangen melihat wajah cantik Kakak."

GENTILESCHITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang