Anketa

Anketa #2

Jogja sudah memasuki musim penghujan. Setiap sudut kota tidak ada yang terlewatkan dari basahnya air sesudah hujan. Aroma aspal yang tertimpa hujan sudah tentu menguar di mana-mana.

Hangat.

Beberapa kali Lala harus mengangkat kakinya ketika melewati jalanan yang terdapat genangan air. Ya biasa memang kalau menggunakan motor, selalu beresiko seperti ini. Terkena cipratan air bukan hal yang baru lagi. Tapi tetap saja harus dihindari kalau bisa.

Sambil memacu motornya, sesekali dia juga melirik jam yang menempel manis di pergelangan tangan kirinya. Hari ini dia sudah berjanji akan bertemu dengan Dinia. Mereka akan menyelesaikan tugas kuliah di salah satu tempat nongkrong di daerah Jalan Kaliurang.

Akhir-akhir ini tugas kuliahnya semakin menumpuk. Semakin mendekati ujian akhir, semakin banyak pula tugasnya. Ingin rasanya protes, tapi apalah daya Lala bukan termasuk mahasiswi yang suka terang-terangan protes di hadapan para dosen. Ketimbang banyak bacot, dia memilihi nerima saja tugas-tugas itu.

Tiiin.. tiinn
Sebuah klakson panjang terdengar nyaring, spontan saja membuat motor yang dikendarainya sedikit oleng ke kiri.

Siapa sih yang nggak sabaram seperti ini, perasaan aku udah tepi deh bawa motornya.

Tak lama motor yang tadi di belakang Lala sudah lebih dahulu menyalip jalannya. Berlagak tidak merasa bersalah, motor tersebut malah berlalu dengan santainya.

Awas saja kalau ketemu. Bakal aku gembosin tuh motor.
Dan tolong ingatkan Lala akan niat buruk nya itu.

---

"Dari mana aja siih buk?" Sambut Dinia tatkala Lala baru saja tiba di tempat janjiannya.

"Yaa  maaf.. biasalah Jakal kalau sore begini pasti rame. Kamu kaya nggak tahu aja" Lala mencoba membela diri. Btw, Jakal itu singkatan dari jalan Kaliurang. salah satu jalan dengan ukuran yang sangat panjang di Jogja.

"Ya udah sana pesan dulu gih. Aku sih udah tadi pesennya."

Sejurus itu Lala langsung menuju meja pesanan dan memilih beberapa menu yang dikira bisa mengganjal lapar selama mengerjakan tugas.

---

Seberes memesan makanan sekaligus minuman, Lala kembali ke mejanya untuk menyelesaikan tugas kuliah.

Laptopnya menyala sembari menampilkan beberapa jurnal asing hasil download tadi malam. Pusing memang. Kuliahnya saat ini banyak menuntut dirinya juga teman-teman di kelas untuk lebih banyak memahami hasil tulisan-tulisan dari luar. Dilihat dari segi keilmuan, memang harus diakui kalau artikel maupun jurnal asing jauh lebih di depan apabila berkaitan dengan bidang yang sedang dipelajarinya saat ini.

Lelah menatap layar, Lala mencoba melakukan pijat refleksi di bagian pangkal hidung. Dia juga melepas  kaca mata, dan mengedarkan pandangannya ke sekitar.

"Diinnn.. ada si mas gondrong yang kemaren kita liat di kafe itu lho.." seru Lala begitu bola matanya menemukan sosok yang sempat mereka lihat dan perbincangkan di kafe beberapa waktu lalu.

Dinia terkejut "Hah!! Serius kamu??"

Lala segera mengenakan kaca matanya untuk meyakinkan bahwa objek yang dilihatnya itu benar.
"Hm tuuh beneran, Din. Lihat deh itu yang di sebalik pohon. Masih kelihatan kok dari sini" Lala mencoba menunjukkan posisi mas gondrong kepada Dinia.

"Iyaa ya, La..Mas gondrong itu. Kok bisa ketemu di sini ya?" Tutur Dinia akhirnya setelah melihat si mas gondrong yang memang betul-betul berada di tempat yang sama, lagi.

"Jodoh kali" Goda Lala sembari menyenggol bahu Dinia. Beruntung keduanya  duduk di tempat yang model lesehan, sehingga bebas untuk berganti tempat duduk.

Jarak antara tempat keduanya dan mas gondrong tidak terlalu jauh. Hanya dibatasi dengan sebuah kolam yang tidak terlalu besar dan juga pohon yang belum terlalu rindang. Sehingga masih bisa curi-curi pandang ke arah mas gondrong.

"Ih.. genit ah. Hmm tapi kalau jodoh ya mau gimana lagi" Dinia masih memandang ke arah mas gondrong.

"Ih dasar. Udah ah cepetan selesain tugasnya. Udah mau magrib nih bentar lagi" sungut Lala

"Iyaa bu hajah" balas Dinia dengan suara lumayan keras dan sontak saja dihadiahi cubitan manis oleh Lala.

Yogyakarta 16 januari 2020