02. Invisible

69 17 0
                                    

Dari jauh Bina bisa melihat seorang cowok berkacamata dengan kaos hitam berbalut jaket denim keluar dari dalam sekolah menuju tempatnya berdiri sekarang. Dengan mengendarai motor matic vario yang tidak asing lagi bagi Bina, iya itu motor yang biasa dipakai Bina untuk bepergian. Sudah satu tahun lamanya Bina tidak pernah melihat orang ini. Bang Rois namanya, ia merupakan kakak Bina yang pertama. Kenapa Bina tidak pernah lagi melihat Bang Rois karena abangnya yang satu ini sedang menyelesaikan sekolah S2-nya di Kanada. Bang Rois ini adalah typical cowok yang nggak ganteng-ganteng banget tapi enak diliat, pinter idaman, tapi jeleknya sih dia dingin naudzubillah. Fun fact aja nih, dia orangnya setia banget terbukti hubungan dia sama Mbak Diandra pacarnya yang dari SMA masih langgeng-langgeng aja sampai saat ini. Beda banget kalo sama Bang Bian yang tingkat receh dan humorisnya sama kayak Bina. Oh ya Bang Rois dan Bang Bian ini dulu juga bersekolah di sekolah yang sama dengan Bina makannya Bang Rois tadi mampir dulu ke soto Pak Jimin, beneran guys emang seenak itu sotonya Pak Jimin.

"Banggg, kok pulang nggak kabar-kabar? Kan gue nggak mau ulang tahun kenapa lo surprise-in sih, ultah gue juga masih November?" tanya Bina kepo.

"Pede banget sih, nih pakek helmnya" suruh Bang Rois sambil menyodorkan helm ke Bina.

"Baru juga ketemu udah jutek aja" gerutu Bina sambil naik ke motornya.

Di perjalanan mereka juga tidak mengeluarkan sepatah katapun sampai pada akhirnya bina memecahkan keheningan.

"Bang, nanti sebelum masuk komplek di deket Indomaret ada tukang jualan cimol, mampir ya" ujar Bina pada Bang Rois yang sedang fokus nyetir.

"Gue bilangin mamah lo, jajan lo mecin semua"

"Coba rasaiin dulu gue traktir deh, di Kanada lo nggak bakal nemuin makanan kayak gini tau" bujuk Bina agar abangnya ini mau mampir ke tukang cimol.

"Iya deh iya mampir"

Setelah Bang Rois menyanggupi keinginannya, Bina langsung menghampiri tukang cimol langganannya.

"Bang cimol pedas asin dua ya" sambil menunggu cimolnya di goreng Bina kembali bertanya kepada Bang Rois.

"Bang kenapa lo pulang dadakan gini, pake rahasia-rahasian segala lagi? Siapa dalang dari rencana kepulangan semua ini? Mamah papah tahu nggak? Mbak Diandra Bang Bian juga tahu? Apa cuma gue yang nggak tahu?" sergap Bina dengan pertanyan bertubi-tubi.

"K E P O banget sih" balas Bang Rois tegas sambil menutup mulut Bina pakai tangannya yang bau setir.

"Ih bang jorok tahu" masih sama aja nggak pernah mau cerita sama gue ucap Bina dalam hati.

Setelah mendepatkan dua bungkus cimol pedas asinnya Bina langsung mengajak Bang Rois untuk segera pulang.

***

Sesampainya di rumah Bina langsung meninggalkan cimolnya di atas meja makan, dan ia segera naik ke lantai dua letak kamarnya berada. Di kamar ia langsung menaruh tas ranselnya di atas meja belajar dan cepat-cepat mengganti seragamnya dengan pakaian rumahan. Belum lima menit ia meninggalkan cimolnya, dari atas ia sudah melihat dua abangnya sedang asyik melahap cimol di ruang tv. Tadikan gue beli dua bungkus cimol, yang satu buat Bang Rois yang satu lagi berarti buat gue dong, tapi... otak lemotnya belum selesai berpikir namun dia tau apa yang harus segera ia lakukan.

"BANG BIANNN " teriak Bina pada cowok yang selalu mengenakan pakaian serba hitam mulai dari kaos sampai celana.

Buru-buru Bina lari menuruni tangga menuju kedua orang tersebut. Bang Bian yang merasa kepergok mengambil cimol Bina pun segera menaruh cimol yang tinggal separuh bungkus ke atas meja. Bang Bian pun langsung memasang senyum cengonya kepada Bina.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 26, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Meet UWhere stories live. Discover now