1

105 7 8
                                    

*

*

Suara deburan ombak kecil air laut itu seperti sebuah alunan musik yang mengalun merdu di telinga. Tak heran jika pengunjung pantai ini begitu ramai.

Tidak hanya deburan ombaknya yang menarik perhatian, tapi senja di pinggir pantai ini juga selalu berhasil membuat setiap orang yang mengunjunginya jatuh cinta dengan keindahannya. Ditambah dengan angin yang berhembus sepoi-sepoi semakin menambah suasana menjadi lebih damai.

Tapi, suasana yang dirasakan oleh pasangan muda-mudi yang berkunjung di pantai ini bukanlah damai, melainkan romantis dan puitis yang membuat mereka kembali jatuh cinta untuk yang kesekian kalinya, mungkin.

Berbeda lagi dengan seseorang yang hanya datang sendirian dan duduk yang ditemani minuman bersoda dan beberapa cemilan yang mungkin tidak akan bisa membuatmu kenyang datang kesini.

Sama seperti yang dilakukan oleh seorang gadis yang sedang duduk di pinggir pantai dengan pemandangan air laut yang berwarna jingga karena pantulan dari langit senja. Dan dilihat dari mana pun dia tidak dalam keadaan hati yang baik. Ekspresinya tidak dapat dibaca dan tatapan matanya kosong.

"Aaa!!!" teriaknya tiba-tiba yang membuat tatapan pengunjung tertuju padanya. Tapi, dia tidak peduli dengan semua tatapan mata yang mungkin saat ini sedang berpikir kalau dia adalah gadis aneh.

"Kenapa bayangan wajahmu selalu hadir, huh?!"

"Kenapa hanya dengan mendengar namamu saja membuat hatiku bergetar?!"

"Jangan bilang kalau aku mulai mencintaimu..."

"Tidak, itu tidak mungkin. Aku pasti salah, rasa ini pasti salah"

"Bukankah aku membencimu?! Ya, aku membencimu! Sangat membencimu!"

Entah berbicara dan bertanya dengan siapa, namun tak satu pun dari pertanyaannya terjawab.

Terlihat dia sedang mencari sesuatu di dalam tasnya, dan yang ternyata adalah sebuah ponsel. Dia terus mengotak-atiknya dan kemudian benda pipih itu dia tempelkan di telinganya. Sepertinya dia menghubungi seseorang.

"..."

"Apa maksud dari semua ini? Kamu sengaja membuatku berada dalam keadaan seperti ini?!"

"..."

"Dengan mudahnya bagimu pergi setelah aku terpenjara dalam rasa yang tak seharusnya ada ini?!"

"..."

"Sekarang kamu bertanya aku dimana? Untuk apa? Memamerkan pacarmu itu padaku?"

"..."

"Sudahlah, urus saja pacar barumu. Tidak usah pedulikan aku."

Dia kembali menaruh ponselnya ke dalam tasnya dan kembali meneguk minuman bersodanya yang masih tersisa. Sepertinya dia memutuskan pembicaraan itu sepihak.

***

Sebuah mobil sport perlahan memasuki halaman rumah yang bak istana. Setelah dia merasa mobilnya telah terparkir sempurna, dia keluar dari mobil sport berwarna merah itu dengan jaket denim yang berada di genggaman tangan kirinya. 

Drrrt...drrrt...drrrt...

Bahkan kakinya baru saja menginjak lantai garasi mobil, tapi ponselnya bergetar. Sepertinya seseorang menghubunginya. Dari siapa? Pikirnya.

Dengan bersusah payah dia merogoh kantongnya untuk mengambil ponsel yang bagian belakangnya terdapat gambar buah apel yang digigit.

Entah kenapa sudut bibir itu sedikit tertarik ke atas saat dia mengetahui siapa yang menghubunginya.

Cinta di Ujung Senja (Suho x Irene)Where stories live. Discover now