2

61 7 8
                                    

*

*

Samuel pov

Dari kejauhan ku lihat gadis itu seperti sedang memikirkan sesuatu. Dia tersenyum, namun tidak terlihat bahagia. Tersirat rasa sedih dari senyum yang dia tunjukkan. Ku beranikan diriku mendekatinya, walaupun aku tidak yakin bahwa dia akan menerima kehadiranku disana.

Aku tidak tahu apa yang membuatku begitu mencintai gadis jutek, cuek, dan omongannya yang kadang membuat orang sakit hati itu. Yang aku tahu sampai saat ini, rasa itu masih sama seperti yang dulu, sedikit pun tidak ada yang berubah. Sesakit apa pun kalimat yang pernah dia lontarkan kepadaku, namun itu tidak merubah rasa sayangku sedikit pun.

Bisa dikatakan, dia berhasil mengambil seluruh hatiku. Mungkin aku sedikit lebay, tapi itulah yang aku rasakan.

Tempat ini menjadi saksi kenangan terburukku. Tempat ini adalah tempat dimana aku pernah menyatakan cintaku untuk yang kesikian kalinya pada gadis yang bernama Indira Jaihan Biandari, dan itu juga pernyataan cinta terakhirku sebelum aku menyerah untuk mememilikinya.

Bukan hanya pernyataan cinta, tapi aku juga melamarnya di tempat ini dan suasananya sama persis seperti saat ini, senja. Tapi, lamaran itu juga berakhir menyakitkan, karena ditolak dan kotak cincin yang ingin ku berikan untuknya, dia lempar tanpa rasa kasihan sedikit pun.

Jika kalian bertanya kenapa aku masih bertahan, masih mencintainya walau pun sudah disakiti berkali-kali? Jawabannya aku tidak tahu. Aku tidak tahu kenapa aku bisa bertahan dengan gadis yang kata-katanya selalu membuatku sakit hati. Aku tidak tahu kenapa aku masih mencintai gadis jutek dan cuek yang sedikit pun perhatiannya tidak dia berikan padaku.

"Indira..." panggilku pelan.

Ku lihat dia perlahan mangalihkan pandangan matanya dari senja kepadaku.

Sam pov End

Terlihat Indira yang merasa namanya terpanggil mengalihkan pandangannya kearah sumber suara yang tidak asing baginya.

"Sam...?! Dari mana kamu tahu kalau aku ada disini?"

Indira langsung berdiri dan tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya. Bagaimana pria ini bisa ada disini? pikirnya.

"Aku tidak tahu, aku hanya mengikuti kemana mobilku ingin pergi" Jawab Samuel santai dengan tatapan tertuju pada pemandangan yang baru saja mencuri perhatian gadisnya dan membuatnya merasa sedih.

Ah, lupakan kata 'gadisnya'. Gadis yang masih berdiri di hadapannya dengan ekspresi terkejut itu belum menjadi miliknya.

Sedangkan Indira yang mendengar jawaban Samuel hanya bisa diam, mungkin sedang mencerna maksud dari jawaban yang baru saja pria itu ucapkan.

"Apa maksudmu dengan kamu terpenjara dalam rasa yang tak seharusnya ada?" pertanyaan tiba-tiba yang keluar dari mulut Samuel membuat Indira lagi-lagi terkejut. Bagaimana dia bisa lupa bahwa beberapa waktu yang lalu dia menelfon pria ini dan mengatakan hal-hal yang seharusnya dia simpan untuk dirinya sendiri. Karena dia tidak ingin menjadi perusak hubungan orang.

"Kenapa kamu diam?" Samuel kembali bertanya karena melihat Indira malah diam dan tidak menjawab pertanyaannya.

"Kenapa kamu ingin tahu? Lebih baik kamu pulang, aku tidak mau orang-orang berpikir bahwa aku perempuan perusak hubungan orang"

"Aku tidak akan pulang sebelum aku mendapatkan jawabanku. Dan siapa yang mengatakan bahwa kamu perusak hubungan orang? Memangnya hubungan siapa yang kamu rusak? Kalau pun ada, itu adalah hubungan kita, bukan orang lain"

Cinta di Ujung Senja (Suho x Irene)Where stories live. Discover now