MPL-31

20.4K 1.1K 12
                                    

"Bagaimana rencana selanjutnya? Apakah aku telah mengacaukannya?" ucap seseorang yang tengah duduk satu-satunya kursi disana.

"Tidak sepenuhnya, tapi kenapa kau bisa membawa dia ke mari? Itu tidak ada dalam rencana," ucap pria yang terakhir kali memasuki ruangan.

Tanpa rasa takut sedikitpun ia mengucapkan itu kepada pemimpinnya. Saat ini ia berdiri buka sebagai bawahan, melainkan sebagai seorang kakak.

"Aku membawanya kemari karena itu permintaannya,"

"Dan kau menurutinya?" lanjut Fano meninggihkan volume. Ia tak terima adiknya disakiti oleh pria dihadapannya itu.

"Kau seperti tidak tau wanita, jika tidak dituruti dia akan tetap membujukku untuk ikut kemari atau mereka akan marah," ucap Devan tak acuh. "Bukankah aku harus membuatnya percaya? Aku tidak bisa membuatnya marahkan?" lanjutnya.

Fano terdiam. Ia tak tau harus berbuat apa lagi. Ia tak bisa melihat adiknya murung, tapi ia juga tak dapat merusak rencana yang telah mereka susun.

Hening. Tak ada yang berani membuka suara. Melihat perdebatan Alpha dan Beta mereka, membuat mereka tak tau harus dari mana memulainya.

"Alpha, seperti yang telah kita rencanakan sebelumnya. Alpha harus membuat dia mengatakan siapa saja penyusup yang menjadi mata-mata," ucap Johan membuka suara. Ia adalah salah satu Gama blue moon pack selain Bara.

"Baiklah. Aku tau apa yang harus aku lakukan. Kalian tetap cari tau siapa saja anak buah Jessy dan jaga keamanan pack," ucap Devan mutlak.

"Baik Alpha," balas mereka serempak.

"Kalian bisa pergi." Mendengar perintah dari sang Alpha, mereka pun bergegas pergi dari ruangan itu.

Setelah semua pergi, Devan menjatuhkan badannya di sandaran kirsi. Ia mengusap wajahnya kasar dan meremas rambutnya, menyesali apa yang ia lakukan kepada Matenya beberapa menit yang lalu.

Bayangan dirinya yang sedang menahan tangan Matenya yang hendak menampar Jessy masih memenuhi ingatannya. Seharusnnya ia tidak melakukan itu.

*****

Sudah seharian Devan di ruang kerjanya. Ia berusaha menyibukkan dirinya, mencoba menghindari kehadiran Jessy.

Kreek..!!

Pintu terbuka. Hancur sudah harapannya. Wanita yang di hindarinya kini tempak jelas di pintu masuk ruang kerjanya.

"Devan!" Jessy yang melihat Devan berada di kursinya langsung berhambur memeluk pria di hadapannya itu dan duduk di pangkuannya.

Devan sedikit terkejut melihat apa yang dilakukan perempuan sekarang berada di pangkuannya itu. "Kau! Untuk apa kau kemari?" ucap Devan setenang mungkin.

"Devan, Aku bosan di pack. Mereka semua tidak mendengarkanku. Mereka menganggapku bukan apa-apa di sini" keluh Jessy di pangkuan Devan.

"Kalau begitu kau mau apa?" tanya Devan asal.

"Devan, bagaimana jika kita pergi berjalan-jalan?"

"Bukankah kemarin kita sudah jalan-jalan, apa masih kurang ha?"

"Kemarinkan kita belanja. Sekarang aku maunya jalan-jalan di wilayah packmu dan sekalian kau memperkenalkanku sebagai calon istrimu."

"Tidak sekarang. Aku masih sibuk. Kau bisa lihatkan."

Kreek ..!!

Pintu terbuka lagi. Kali ini wanita yang tampak disana tidak lain adalah Matenya. Dan sialnnya Jessy belum turun dari pangkuan.

My Perfect Luna (COMPLETE)  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang