BAB 1

11 1 0
                                    

"Bunda tuh capek ya Rin nyuruh kamu buat cari kerjaan, mau sampai kapan cuma tidur-tiduran di rumah?" Omelan Bunda yang tak pernah absen setiap harinya mewarnai hari Ankarina.

"Iya Bun iya," sahut Ankarina dengan tubuh yang masih bergelung dengan selimut.

"Iyanya kamu tuh nggak ada buktinya, iya apa maksud kamu? Iya nunggu lebaran kucing?" Bunda akhirnya menyerah keluar dari kamar Ankarina.

Masih tetap di balik selimut Ankarina merenungi segala omelan Bunda. Dirinya bimbang dengan keidealisan dan kenyataan. Ia juga bukan termasuk jajaran mahasiswa yang lulus dengan nilai memuaskan. Bisa lulus dengan 9 semester saja ia sudah sangat bersyukur. Walau tentu saja itu sudah tergolong terlambat untuk mahasiswa pada umumnya.

***

Brakkk

"Apaan sih buset," Ankarina yang kaget langsung terduduk di kasurnya.

"Lo bangun dan cari kerja atau gue seret paksa lo? Mau jadi apa lo hah?!" Belum juga Ankarina mengurai kekusutan pikirannya, teriakan Anorezki kakak laki-laki pertama Ankarina terdengar sambil membuka pintu kamar dengan kasar.

"Apaan sih lo? Serah gue dong mau jadi apa juga yang jalanin juga gue ini, ngapain lo yang sewot?" Teriak Ankarina yang tak kalah kencang.

"Lo tuh bego apa gimana? Lo dikuliahin biar apa? Lo pikir kuliah pake duit dari mana? Mikir dong mikir bocah! Lo ga liat Bunda tiap hari buka warung makan banting tulang sendiri buat siapa? Biar lo bisa bayar kuliah! Dan lo dengan seenaknya kelar kuliah cuma tiduran di rumah doang gitu? Jadi anak tahu diri dikit dong, masak iya lo nggak mau bales budi ke Bunda gitu? Bunda juga liat lo sukses punya penghasilan sendiri, toh juga itu semua buat siapa? Buat diri lo sendiri juga. Denger ya, terakhir kali gue mau ngomong kayak gini, besok pokoknya lo harus bangun pagi dan cari kerja nggak mau tahu. Ini bahkan udah 6 bulan dari status pengangguran lo yang nggak ada ujungnya itu, mau sampe kapan?" Intonasi Anorezki yang perlahan menurun justru menohok hati Ankarina.

Keluarnya Anorezki dari kamar Ankarina menyisakan peraduan suara yang tiada henti di kepala Ankarina. Setelah sekian lama menyandang status pengangguran, kini ia mulai memutuskan untuk mencoba menuruti permintaan semua orang, tentu saja dengan terpaksa.

***



You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 08, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

ANKARINAWhere stories live. Discover now