Hari ini sangatlah dingin. Namun aku terus berada di atap paling atas gedung tempat kerjaku. Aku merindukan Jaehyun. Mungkin aku egois, aku selalu ingin dapat kabar darinya. Aku tahu dia di sana sedang sibuk, mengapa aku seperti ini?
Satu bulan telah berlalu dan aku merasa sangat kesepian walaupun sudah beradaptasi menjalani hubungan jarak jauh. Aku melihat layar handphoneku dan nihil. Pesanku belum juga dibaca olehnya. Layar di handphoneku berubah saat Young-su meneleponku.
Aku mengangkatnya. "Halo."
"Rena-ya!"
"Halo, Young-su. Apa kabar?"
"Aku sangat merindukanmu! Kapan kamu ada waktu luang?"
"Malam ini aku tidak kemana-mana."
"Ah! Baiklah! Bagaimana jika kita makan topokki bersama? Aku membawa dua temanku juga!"
Aku tersenyum walaupun dia tidak bisa melihatnya. "Baiklah."
"Oke! Aku akan menjemputmu!"
Aku kembali ke dalam saat telepon kami putus. Kembali ke meja kerjaku dan melakukan pekerjaan yang belum selesai. Aku terus berusaha fokus kepada pekerjaanku namun wajah tampan Jaehyun terus datang ke pikiranku. Aku selalu menggeleng saat itu terjadi. Hari ini Irfan ada keperluan di tempat lain sehingga kantor sangat sepi dan dingin karena Najwa sedang sakit. Najwa hanya diam sambil menutup mulutnya dengan masker.
Handphoneku berdering. Satu SMS dari Young-su masuk.
Young-su : Rena! Aku sudah di bawah!
Aku menghela napas dan mengucapkan salam kepada Najwa sebelum keluar dari kantor. Aku berjalan ke basement dan melihat mobil sedan mewah milik Young-su. Ia membuka pintu untukku dan aku pun masuk ke dalamnya. Jika ini Jaehyun, pasti dia akan turun dan membukakan pintu untukku.
Aku sangat merindukannya.
"Rena!" Ucapnya antusias.
Aku tertawa. "Young-su, kamu sangat bersemangat hari ini!"
Young-su mengangguk. "Temanku baru datang dari Spanyol. Aku mengajaknya karena dia merindukan topokki asli Korea."
Aku mengangguk. "Aku juga merindukan topokki asli Korea. Mari berangkat!"
Young-su menyuruh supir untuk jalan. Di perjalanan aku terus memikirkan Jaehyun dan melihat handphoneku alih alih akan ada pesan darinya. Namun tetap nihil. Aku yakin dia kelelahan. Sehingga sudah 1 minggu hilang kabar.
Kami sampai di restoran dan turun dari mobil. Young-su mengajakku berjalan ke dalam restoran. Restoran ini cukup mewah untuk level makanan tradisional Korea. Hanya ada sedikit orang di dalamnya dan semuanya berpakaian bagus.
Kami berjalan ke sebuah meja yang sudah ada dua orang. Satu pria dan satu wanita. Wanita itu memakai dress mewah namun kasual berwarna putih dan sang pria memakai jas seperti Young-su.
"Young-su! Kau terlihat sangat segar!"
Young-su tertawa. "Tentu saja! Perkenalkan ini temanku, Rena."
Mereka menatap satu sama lain lalu mempersilahkan kami untuk duduk. "Namaku Hana dan ini calon suamiku Ji-Hyun." Ucap si wanita sangat cantik itu. "Kami akan menikah awal tahun depan, Young-su, kamu harus datang."
"Dan jangan lupa membawa Rena!"
Young-su menatapku. "Jika dia mau."
Aku tersentak. "Y-Ya tentu saja."
Hana mengangguk. "Baiklah, tolong kirimkan alamatmu nanti untuk undangannya."
Aku tersenyum. "Tentu saja, Hana."
Kami berempat berbincang lalu aku melihat sosok pria bertubuh tinggi mengenakan masker masuk ke dalam restoran dan menuju kasir untuk memesan. Dia memakai baju olahraga merek jerman lengkap dengan topinya. Mata kami bertemu dan dia mengangkat alisnya. Dia membuka masker hitam nya dan aku dapat mengenali pria itu dengan memori yang diceritakan Jaehyun.
"Lucas?"
Lucas tersenyum dan menepuk tangan. "Rena Noona!"
Dia berjalan menghampiriku dan aku pun berdiri untuk menyambutnya, tidak memperdulikan Young-su dan pasangan mesra itu. Lucas menjabat tanganku. "Ini pertama kali kita bertemu."
Lucas mengangguk. "Tapi aku sudah mendengar banyak tentangmu dari-"
Sebelum ia sempat menyebut nama Jaehyun aku memotongnya. "Lucas, apakah kamu mau bergabung dengan kami?"
Aku menoleh dan melihat tiga orang tadi bingung namun Hana membalasku. "Tentu saja, Lucas, bergabunglah."
"Okay cool!" Ucap Lucas.
Pelayan menghampiri Lucas dan mencatat pesanan yang ia inginkan. Young-su memperhatikan Lucas. "Kamu member NCT?"
Lucas tersenyum dan mengangguk. "Ya!"
Aku tertawa melihatnya yang selalu penuh dengan energi. Setidaknya meja yang membosankan ini sekarang terasa lebih hidup karena sejujurnya aku sangat mengantuk. "Kamu mengenal Rena? Tadi kamu bilang kamu sudah banyak mendengar tentangnya?"
Lucas mengedipkan matanya sekali, aku bisa merasakan bahwa dia memikirkan jawaban yang tepat. Dia menatapku. "Tentu saja! Lee Soo man-nim selalu menceritakan Rena kepada kami sejak kemarin datang ke gedung."
Young-su mengangguk. "Begitu."
Hana menatap Lucas dari atas sampai bawah. "Apa mungkin kamu idol?"
Lucas mengangguk. "Ya."
Hana tersenyum dan tertawa bersama calon suaminya. "Bagaimana rasanya menjadi idol?"
Lucas mengindikkan bahu. "Aku bahagia karena aku melakukan hobiku sebagai pekerjaan."
Mereka bertiga tertawa dan Lucas terus menatap mereka kebingungan. "Hobi bukanlah pekerjaan." Ucap Ji-Hyun.
"Setuju. Tapi dari mana lagi kalau bukan dari mereka aku dapat uang untuk makan?" Tanya Young-su. "Bercanda." Lanjutnya.
Lucas menatapku sambil melotot lalu dia mencondongkan tubuhnya kepadaku. "Noona, mengapa kamu berteman dengan ular piton?"
Aku tertawa sambil menepuk paha Lucas. "Aku tidak ada pilihan."
Lucas mengindikkan bahu. Makanannya datang dan ia memesan lagi untuk dibawa pulang. "Noona, kamu tahu makanan di sini sangatlah lezat." Ucap Lucas. "Dan tak ada banyak orang sehingga aku tidak harus was-was siapa yang akan memotretku."
Aku mengangguk. "Hidupmu sangat sulit."
Young-su berdehem. "Lucas, apakah menurutmu Rena noona ini cantik?"
Lucas mengerutkan keningnya. "Apa maksudmu? Semua wanita itu cantik."
Aku tersenyum mendengar jawaban Lucas. "Sangat manis."
Young-su mengindikkan bahu. "Jujurlah."
Lucas mengangguk. "Dari apa yang kudengar, Rena noona adalah orang yang penyayang, tidak posesif dan sangat berani. Aku yakin dia cantik karena itu. Juga, aku yakin karena ia cantik pasti memiliki selera yang bagus untuk pria."
"Terimakasih."
Mereka bertiga terdiam sejenak lalu lanjut mengobrol. "Noona, bolehkah aku mengambil foto kita berdua?" Ucap Lucas sambil mengeluarkan handphonenya. "Dan juga aku minta nomor noona."