LELE KRAMAT

456 3 0
                                    

Mendengar petuah dan petunjuk Mbah Dongkol sesepuh Desa Winduaji Artur dan Rahmat merasa harus hati-hati. Tidak akan gegabah saat berada di Telaga Ranjeng.
Hari masih pagi saat Rahmat dan Artur sampai telaga Ranjeng.

Kebetulan letak telaga dekat dengan jalan aspal ke Perkebunan Teh Kaligua.
Kali ini tidak pakai motor tua milik Rahmat. Tetapi pakai motor PCX built up Jepang milik Artur. Sebab dengan motor tua Rahmat sering ngadat dan saat jalan naik. Yang bonceng harus turun. Kalau tidak bisa melorot.

Motor di parkir di pinggir jalan di depan warung yang menjual roti.
Ya roti untuk makanan lele. Khusus lele di situ memang doyan roti. Entah mulai kapan lele telaga makan roti tidak ada yang tahu.

Artur beli roti tawar satu. Roti itu dicabik-cabik dan di lemparkan ke pinggir telaga. Di pinggir telaga ada pohon besar yang sangat rindang. Di bawah pohon itu banyak bekas sesajian.

Konon menurut penjual warung. Di pohon itu. Dibawahnya yang menghadap telaga biasa digunakan orang bertapa atau tirakat. Itu dilakukan di malam hari sembari menyalakan dupa.

Tujuan orang -orang bertapa macam-macam. Ada yang pengin kaya. Naik pangkat. Dan pengin sakti agar bisa menjadi dukun terkenal.

Tetapi tidak semua orang kuat. Mampu bertahan. Tidak. Banyak mereka yang gagal dan lari meninggalkan tempat itu.

Umumnya yang tidak tahan dan lari ketakutan karena didatangi makhluk serupa kelabang sebesar bantal guling. Atau didatangi ular sebesar pohon kelapa.

Mereka rata-rata lari dan kapok gak berani lagi tetapa disitu.
Memang setiap orang berbeda cerita. Ada yang mengaku didatangi Pocong, genderuwo, raksasa, harimau dan lain-lain.

Dan meskipun banyak yang lari. Namun tidak sedikit pula yang berhasil mengatasi gangguan-gangguan tersebut. Seperti cerita seorang kades asal desa di Kecamatan Balapulang, Kabupaten Tegal.

Saat pencalonan Kades diia tirakat disitu. Dia mengaku didatangi harimau hitam. Tetapi karena tekadnya sudah bulat. Bahwa dia pengin terpilih jadi Kades.
"Saat pemilihan Kades dia terpilih. Sebagai rasa syukurnya dia borong roti saya ini dikasihkan ke lele-lele telaga..!" Ungkap penjual warung pinggir telaga kepada Rahmat dan Artur.

Semula air telaga tenang tidak nampak ada lele. Air telaga warnanya hijau. Maklum banyak lumut dan saat ini musim kemarau.
Namun ketenangan itu berubah jadi riakan-riakan kecil. Dari riakan yg cukup banyak itu muncullah ribuan. Mungkin ratusan ribu lele. Mereka bahkan ada yang naik kedarat berebut roti.

Melihat hal itu Rahmat merasa kasihan. Sehingga roti yang ada diborong dan dicabik-cabik dilempar ke tengah telaga.

Maka lele-lele itu pun makin semangat berebut roti. "Tapi maaf ya Mas jangan ganggu atau ambil lele-lele itu..!" Pesan penjual roti kepada Rahmat dan Artur. Tapi kenapa dilarang ngambil, tanya Rahmat dalam hati.

**** tbc ****

MISTERI TELAGA RANJENG (END)Where stories live. Discover now