Chapter 11

24 3 0
                                    

Ghea sudah bangun dari pagi karena hari ini akan ada rapat Klub Sastra di rumahnya. Kedua orang tuanya pergi sejak kemarin ke luar kota, makanya Ghea dan Atlas yang jaga rumah.

" Ghe, sarapan udah dibuat?" tanya Atlas yang baru selesai mandi.

" yaah, belom. Lo mau pesen aja gak? Gue baru aja kelar mandi" ucap Ghea merasa bersalah.

" yaudah gapapa. Lo masak aja dulu. Mie juga gapapa" ucap Atlas seraya menuang segelas air.

" yaudah. Tunggu ya? Gu-" ucapan Ghea terpaksa terhenti karena pintu utama diketuk oleh seseorang. Dan dia merasa namanya juga disebut.

" Ghea!! Main yuk!!"

Dari suaranya, Ghea tebak itu pasti Raven yang baru saja datang. Kenapa harus Raven duluan sih yang datang?

Ghea membuka pintu dan sedikit terkejut saat yang dia lihat bukan hanya ada Raven. Melainkan keberadaan Rey dan Raka yang juga bersama Raven. Dia pikir ketiganya tidak begitu dekat hingga mereka harus kesini bertiga.

" tamunya gak disuruh masuk?" tanya Raven iseng.

Ghea menghela napasnya," ayo masuk. Baru kalian doang yang dateng," ucap Ghea seraya mempersilahkan ketiganya masuk.

Ketiganya tampak terpukau melihat desain rumah Ghea. Sebelum akhirnya, tatapan mereka tertuju pada Atlas yang berdiri di dekat dapur.

" Atlas!! Lo kok disini?" tanya Raven.

" hai, Rav. Hahaha..... Ghea gak cerita apa-apa sama kalian ya?" tanya Atlas.

Raut wajah Raven tampak terkejut untuk sesaat. Dia dan Rey saling bertatapan untuk sesaat, membiarkan Ghea memandang mereka aneh.

" lo..... Pacarnya Ghea?" tanya Raven benar-benar terkejut.

Ghea memandang malas mereka," bukan. Gak usah mikir yang enggak-enggak. Gue sama Atlas saudaraan, kembar lebih tepatnya" ucapnya.

" kembar?!!"

" udah. Daripada kalian bahas hubungan gue sama Atlas, mendingan kalian duduk. Ngobrol dulu gapapa, gue mau sarapan dulu" ucap Ghea seraya berbalik, hendak kembali ke dapur.

" ikut dong. Gue belom sarapan juga" ucap Raven.

" lo bener-bener gak tau diri ya? Ini rumah Ghea atau rumah lo?" sindir Raka terang-terangan.

" yee.... Biarin. Ghea gak keberatan tuh. Lagian-"

" gue keberatan! Siapa bilang gue bolehin lo ikut sarapan sama gue? Beli sendiri lah" potong Ghea sadis.

Raka tertawa medengar ucapan Ghea, " mampus lo,"

Raven menggembungkan pipinya setelah mendengar ucapan Ghea. Matanya beralih pada Atlas yang hanya menatap mereka. Atlas adalah salah satu murid populer di SMA Phoenix. Anak jurusan IPA. Atlas juga merupakan anggota Klub Basket dan Boxing.

Raven mengedipkan matanya berulang kali kearah Atlas, berharap jika Atlas menangkap kodenya. Tentu saja Atlas tahu maksud kedipan mata Raven. Mengenal Raven sejak mereka bergabung bersama sebagai anggota Klub Basket, membuatnya mengenal dengan baik siapa sosok Raven tersebut.

Atlas menghela napas," Ghe, ajak aja. Ayo kalian juga ikut makan aja," ajak Atlas.

" At-" Ghea menghentikan ucapannya saat dirasa percuma. Dia hanya bisa menghela napasnya dan membiarkan Atlas bergabung dengan ketiga laki-laki itu. Dirinya? Dia akan ada di dapur, menyiapkan mie untuk keempatnya dan juga dia.

Tok tok tok.

Ghea baru saja melangkah masuk ke dapur, saat dirinya mendengar pintu utama diketuk. Jangan bilang salah satu diantara ketiga laki-laki yang belum datang?

" Ghea!! Temen lo udah dateng nih" seru Atlas.

Ghea menghela napasnya. Baru saja dia mau memasakkan sarapan, sekarang dia dipanggil lagi. Kenapa coba Atlas tidak mempersilahkan temannya itu duduk?

Lagi-lagi, Ghea dikejutkan saat tahu ketiganya datang bersamaan. Sejak kapan mereka dekat?

" Ghe! Mana makanannya?" tanya Raven.

" sabar napa sih! Gue baru mau masak kalian udah dateng" ucap Ghea kesal.

" masak? Mau makan-makan ya? Gue ikut dong" ucap Kevin saat mendengar Ghea mau memasak.

Ghea menatap Kevin dengan mulut terbuka. Apakah orang-orang ini tidak tahu jika dia juga capek? Kenapa seenaknya menyuruh sih?

" Atlas! Pesen aja makanan. Gue gak mood masak" ucap Ghea.

" yaah..... Gue kan mau makan masakan lo. Ayo dong Ghe, masak"

" iya iya. Gue juga mau nyoba. Kayaknya-"

" berisik ih!! Lo pada gak mikir apa?! Lo pikir gue pembantu?! Kalau mau masak, masak sendiri!!" potong Ghea emosi.

Atlas menatap Ghea terkejut, walaupun Ghea yang seperti ini sering dia lihat. Tapi seingatnya, Ghea jarang marah kalau di depan murid sekolah.

" yaudah pesen aja. Kalian mau makan apa?" tanya Atlas.

" loh? Gue baru sadar lo disini. Lo murid SMA Phoenix kan? Kok lo disi-"

" Atlas kembarannya Ghea. Udah ya? Jangan banyak tanya" potong Rey seraya tersenyum kearah Kevin. Dia melirik Ghea yang tampaknya sedang tidak bisa diganggu. Moodnya tampaknya buruk.

" o-oh. Iya iya. Jadi, makan apa aja deh. Terserah lo aja" ucap Kevin tersenyum canggung.

Keadaan mendadak canggung karena keberadaan Ghea yang diam saja. Mereka saling lirik dalam diam karena Ghea juga tidak kunjung bersuara.

" Ghe, ambil minum dulu dong buat temen lo" ucap Atlas setengah takut. Ghea kalau marah seram.

Ghea berdiri tanpa bersuara. Tidak lama, dia kembali dengan membawa nampan berisikan beberapa buah gelas dan satu teko berisikan jus jeruk.

Takk.

Nampan itu diletakkannya dengan cukup kuat, hingga membuat mereka menatap Ghea ngeri. Sama seperti sewaktu pertemuan pertama mereka di depan ruang Klub Sastra dan saat rapat sedang berjalan.

Ghea menghela napasnya. Entah mengapa hari ini dia merasa benar-benar emosi. Padahal kemarin dia baik-baik saja dan berharap hari ini berlalu dengan menyenangkan.

" Ghe, maaf. Apa kita bikin lo marah banget ya?"

Pertanyaan itu berasal dari Rey. Sebenarnya, saat Ghea mengambil minum tadi mereka berenam berdiskusi untuk menentukan siapa yang akan meminta maaf duluan pada Ghea. Dan mereka setuju jika Rey yang mulai duluan.

" kita gak bermaksud buat lo marah sebenarnya. Maaf ya, Ghe" ucap Rey dengan rasa bersalah.

Ghea menghela napasnya untuk kesekian kalinya. Kenapa dia jadi kekanak-kanakan seperti ini sih? Kenapa juga setiap kali berada di dekat mereka, dia selalu emosi?

" gak. Ini bukan salah kalian. Gue gak marah kok" ucap Ghea seraya tersenyum.

" lo gak marah?! Sumpah?! Whoaaa..... Berarti boleh dong minta dimasakin?!" seru Raven semangat.

" gak gak. Gue gak mau. Atlas juga udah pesen makanan kok" tolak Ghea.

" dari awal kita kesini buat bahas soal cerita yang kemaren, bukan buat makan" ucap Oka.

" iya iya. Dasar Tuan Taat Aturan" cibir Eko dan Raven bersamaan.

Mereka tertawa bersamaan saat tahu ucapan mereka bisa berbarengan. Dan yang lainnya pun ikutan tertawa.

Ghea berharap selamanya dia bisa seperti ini. Walaupun dia tahu, jika mereka hanya akan bersama selama jadwal Klub saja. Tapi dia tetap berharap bisa mengenal mereka lebih lama lagi.

Tbc.

Akhirnya selesai juga chapter ini. Bingung sebenarnya mau dilanjutin ke bagian mereka bahas ceritanya aja apa enggak. Tapi setelah dipikir lagi, mendingan aku potong disini aja.

Next chapter bahas soal novel yang bakalan mereka buat. Aku sebenarnya agak bingung buat bikin chapter yang itu. Jadi, kalau agak lama maaf yaa.

Sampai jumpa di chapter selanjutnya~

Ghea's WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang