PENAWARAN

6 0 0
                                    

Sebuah pencapaian yang sangat tidak kusangka. Perjuangan selama lima tahunku di Perusahaan ini membuahkan hasil. Rumah dengan gaya minimalis lantai 2 bergaya eropa dengan tiga kamar tidur dan dua kamar mandi yang berada di Kawasan Bintaro, Jakarta Selatan.

Rumah ini adalah sebuah penghargaanku selama aku bergabung di Perusahaan. Bonus dan gaji yang selalu ku tabung selama ini. Karena telah menguntungkan pihak perusahaan selama lima tahun aku bekerja. Akhirnya pihak perusahaan memberikan sebuah bonus untuk memfasilitasi pembelian rumah atau mobil. Karena budget bonus rumah yang diberikan perusahaan hanya untuk menbeli rumah di daerah Bojong Gede, Bogor dengan type 45. Sedangkan rumah yang kuinginkan di daerah Bintaro. Maka untuk membeli rumah ini aku harus menguras seluruh tabunganku selama lima tahun bekerja untuk melunasi pembelian rumah ini.

Aku pikir tidak apa-apa. Karena rumah ini bisa dijadikan bukti prestasi yang kuperoleh. Aku sangat puas. Karena setidaknya aku tidak perlu berpindah-pindah lagi dari satu kostan ke kostan lainnya hanya karena tidak cocok dengan ibu kost yang selalu sewenang-wenang menaikkan uang kost.

Ponselku berdering

"Hallo..Assalamualaikum Bang?" sapaku menjawab panggilan ponsel.

"Wa'alaikumsalam, gimana kabar kamu Ra?" tanya Bang Aska diseberang telepon.

Bang Aska adalah saudaraku yang pertama dan menggantikan peran ayah setelah kedua orangtuaku meninggal dalam kecelakaan pesawat.

"Alhamdulillah baik Bang. Abang gimana kabarnya? Kak Sarah gimana juga kabarnya Bang?"

"Alhamdulillah kami baik dan sehat semua. Termasuk keponakanmu Si Raska dan Riski juga baik. Gimana rumah barunya? Nyaman?" tanya Bang Aska

"Alhamdulillah nyaman Bang, tetangganya juga baik disini. Waktu pindah kemarin, mereka banyak yang menyapa" ceritaku mengenai kepindahan kerumah baruku.

"Trus Aidan gimana? Ikut bantu kamu juga Dek?" Tanya Kak Sarah disebelah Bang Aska.

"Iya dong, kalau gak bantu Maura bisa Maura pecat jadi sahabat Maura" gelakku

Kak Sarah tertawa mendengar leluconku

"Eh, baru diomongi. Orangnya udah nongol aja"

"Ya udah, salam buat Aidan ya. Tampaknya Raska dan Riski juga mau bobo nih" Bang Aska pun mengakhiri pembicaraan kami.

Deru suara motor yang amat ku kenal sudah berhenti dan terparkir di depan rumahku. Bunyi bel rumah menandakan ada seseorang didepan rumahku.

Aku membuka pintu dan kulihat Aidan telah menenteng bungkusan nasi goreng kambing pesananku. Aku mengambil bungkusan dari tangan Aidan. Aidan mengikuti aku masuk kerumah. Kami duduk didepan televisi yang menayangkan film Alpacino sambil menikmati nasi goreng yang kupesan.

"Kung, elo beneran gak mau pindah kesini aja? Temenin gue gitu? Kamar banyak noh, elo tinggal pilih aja mau yang mana" tanyaku kepada Aidan sambil mataku terus kearah televisi dan mulutku mengunyah nasi goreng.

Aidan menghentikan makannya dan menatap kearahku. Merasa diperhatikan aku menoleh kearah Aidan.

"Apa? Pake acara melotot gitu!" gerutuku tidak terima dipelototi Aidan.

"Si Bego mulai kumat nih!" Aidan membalas omonganku.

"Idihhh, emang gue salah apa?" Cemoohku kepada Aidan.

"Elo kalau ngomong mbok ya dipikir-pikir. Ngajak gue satu rumah ama elo. Elo pikir?!!" gerutu Aidan.

"Lah, emang salah ya? Cuma satu rumah kok, bukan satu kamar!" balasku.

"Yo wiss, berdebat sama elo gak ada ujungnya. Nanti yee ndut, ada saatnya gue bakal pindah kerumah elo atau kita satu rumah. Atau bahkan kita bisa satu kamar lho" goda Aidan sambil merangkul pundakku dan tersenyum menggoda.

"Ye ye ye...suka–suka elo ajalah"omelku sambil meneruskan makanku.

Aidan tertawa puas melihatku yang bisa mengalahkan omonganku.

Cinta MauraWhere stories live. Discover now