RAPAT PERTAMA DI AWAL TAHUN

6 0 0
                                    

Menjadi seorang Kepala Bagian merupakan salah satu hal yang sangat menakjubkan yang pernah kuraih dalam hidup. Walau perjuangan sangat tidak mudah. Selama lima tahun bergabung dan memberikan kontribusi kepada Perusahaan dalam hal penjualan unit rumah kepada konsumen, serta melakukan gebrakan meningkatkan penjualan memang tidak mudah.

Segala macam cobaanku telah aku alami melakukan penjualan unit rumah dan menduduki posisiku ini. Mulai dari dipalak preman saat ingin melakukan pemasaran, konsumen yang memberikan harapan palsu katanya ingin membeli 10 unit rumah tapi malah ingin meminjam uang kepadaku, atau bahkan pernah dilakukan penyiraman air cucian motor oleh konsumen saat itu aku menawarkan promo rumah. Aidan yang baru pertama kali bergabung setelah 2,5 tahun aku bergabung di perusahaan.

Lucu sekali saat itu, Aidan yang masih awam di perusahaan dan ditempatkan ditempat yang sama denganku diperintahkan untuk ikut melakukan penjualan. Kamipun mulai melakukan penjualan rumah, seperti biasa kami membuka stand didepan pintu masuk Swalayan. Kebetulan di seberang jalan swalayan ada pencucian motor. Saat Aidan ikut aku membagikan brosur kepada pengunjung swalayan. Tiba-tiba ada yang menyiramkan air kepada kami berdua.

Begitu kagetnya kami saat itu, ada serangan penyiraman air kepada kami. Ternyata usut punya usut, si bapak yang melakukan penyiraman itu telah melakukan transaksi penyerahan DP untuk membeli 1 unit rumah perusahaan kami. Tapi setelah penyerahan DP tersebut, selama 6 bulan bapak tersebut belum diserahkan kunci rumahnya kepada marketing perusahaan dan marketing tersebut ternyata sudah resign sebelum sempat melakukan akad penyerahan kunci. Aku dan Aidan mendengarkan cerita bapak itu, akhirnya aku berusahan melakukan agar bapak tersebut mendapatkan rumah yang telah dibayar DP rumah tersebut.

Memang tidak mudah untuk mencapai tujuan. Akan tetapi sekarang aku sudah bisa berbangga hati, setidaknya perusahaan memberikan promosi jabatan kepadaku karena kerja kerasku dan juga dibantu oleh Aidan.

***

"Seperti yang saya jelaskan diawal, bahwa kalian semua berhak mengajukan usul untuk mencapai target penjualan tahun ini. Saya akan menunggu usul kalian briefing esok hari. Silakan dipikirkan apa yang akan diusulkan. Semua usulkan akan saya tampung dan akan kita bahas bersama. Untuk usulan yang telah kata sepakat akan saya bawa pada rapat besar perusahaan. Pagi ini, pukul 10 nanti saya juga ada rapat tentang analisa evaluasi tahun kemarin sekaligus pengenalan CEO baru. Mungkin bila kita bisa mencapai target penjualan seperti tahun kemarin. Saya tidak akan segan menghadap kepada pimpinan untuk mengajukan usulan kepada pimpinan agar berkenan memberikan bonus kepada divisi ini bila target tercapai kembali. Bagaimana rekan-rekan? Kita masih bisa menjalankan misi divisi kita?" tanyaku kepada yang hadir pada briefing pagi ini.

Semua hanya mengangguk setuju

"Baiklah saya tunggu usul kalian besok pagi. Sekian briefing kita pagi ini. Selamat pagi dan semangat selalu untuk divisi penjualan ini" aku mengakhiri briefing hari ini dengan rasa puas yang aku miliki.

Aku membereskan barang-barangku diatas meja. Aidan mendekatiku

"Salut dah ibu kita ini dalam memimpin rapat" puji Aidan yang membuatku bersemu merah.

"Apaan sih loe" aku menonjok lengan Aidan.

"Aduh, sakit tau. Tanggung jawab loe" Aidan memegang lengan yang bekas kutonjok.

"Kayak gitu aja sakit. Cengeng loe. Ya udah nanti malam gue traktir pecel ayam ditempat biasa" aku berjalan kearah pintu keluar.

"Asyik. Serius loe ya. Gue lagi bokek nih, memang lagi butuh ditraktir" ujar Aidan riang.

"Dasar loe. Modus aja. Bilang aja dari tadi pengen minta ditraktir pake acara sakit ditonjok" cibirku.

Aidan hanya tergelak tertawa dan kembali ke kubikelnya. Sedangkan aku kembali keruanganku untuk mempersiapkan rapat analisa evaluasi jam 10 nanti. Masih ada satu jam setengah lagi untuk mengkroscek hasil laporanku untuk rapat nanti.

Aku mulai membuka komputerku dan memeriksa laporanku yang telah selesai sejak semalam. "Sepertinya sudah oke" bisikku.

Akupun mulai memprint hasil laporan yang telah kuperiksa.

Shinta, sekretarisku masuk setelah mengetuk pintu. Aku menoleh kearah Shinta. Shinta berjalan ke mejaku dengan buku agenda ditangan kanannya didekap depan dada.

"Ya, Sin?" tanyaku.

"Sekedar mengingatkan kembali mbak, rapat pemegang saham empat puluh menit lagi. apa mbak sudah mempersiapkan semua?" tanya Shinta.

Shinta memanggilku mbak karena aku memintanya. Karena aku tak mau hubungan persahabatan yang telah terjadi 2 tahun jadi kaku. Shinta masuk keperusahaan empat tahun yang lalu. Dan bergabung ke divisi penjualan sejak dua tahun lalu. Sebelumnya Shinta berada di divisi perencanaan. Namun, karena suaminya juga berada di divisi perencanaan, Shinta mengalah pindah ke divisi pemasaran.

Inilah kebijakan perusahaan yang tidak dimiliki oleh perusahaan lain. Bahwa suami istri masih boleh berkerja di perusahaan, akan tetapi dengan syarat tidak diperbolehkan satu divisi. Perusahaan ini cukup besar. Setiap divisi tidak berada dalam satu lantai, ada juga beda gedung. Seperti divisi teknologi dan pengembangan yang berada di gedung seberang jalan.

Aku berteman dengan Shinta sejak Shinta bergabung dengan divisi pemasaran. Karena Shinta begitu supel dan senang membantu karena selalu menolongku saat aku harus menyelesaikan laporan yang selalu dikejar deadline.

Sekarang Shinta menjadi sekretarisku karena aku yang memintanya dan Shinta menyetujuinya. Shinta tetap bekerja profesional walaupun kami bersahabat. Aku sangat kagum dengan Shinta, walaupun shinta telah memiliki putra berumur 2 tahun, tetapi Shinta tetap bekerja secara profesional dan menyelesaikan pekerjaan dengan sangat baik. Shinta juga mengetahui tentang aku dan aidan juga bersahabat sejak dibangku sekolah.

"Elo udah sarapan mbak?" tanyaku kepada Shinta. Karena bubur ayam yang sejak tadi kupesan baru saja datang sepuluh menit yang lalu.

"Udah sih tadi saat menyuapi Raka sarapan, tapi kalau ada sih, why not!" jawab Shinta lucu.

Akupun kearah sofa dan shinta telah duduk di seberang kursiku. Bubur ayam telah tersedia. Kami berdua menikmati bubur itu.

"Ayo, cepatan makan. Sebentar lagi elokan mau rapat" bisik Shinta.

"Eh, iya ya. Gue harus cepatan nih. Kayaknya laporan gue juga sudah selesai" akupun bangkit menuju meja kerjaku dan mengambil laporan yang telah selesai diprint dan memasukkannya kedalam map yang telah kusiapkan.

"Gue berangkat dulu ya" gue melirik sebentar ke arah Shinta.

"Iya bu bos. Nanti gue yang bereskan ruangan ini"Shinta seakan mengerti arti lirikan mataku.

"Sipp...makasih mbakku yang cantik. Nanti gue traktir deh makan siang. Gue berangkat ya"pamitku.

Aku keluar ruanganku menuju lantai 10 tempat diadakan rapat akhir tahun. Oiya, gedung ini memiliki 11 lantai. Lantai 1 sampai 9 adalah lantai untuk para karyawan dari berbagai divisi. Sedang lantai 10 dan 11 adalah ruangan Ceo dan ruang rapat.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 04, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Cinta MauraWhere stories live. Discover now