Angkringan dan jepitan kupu-kupu - 5 Januari 2021

10K 1.3K 205
                                    

Budayakan follow sebelum baca~

Happy reading! 🤍

•••

Sekarang jam menunjukkan pukul tujuh malam, dan aku tengah bersiap-siap untuk pergi menyusuri jalan malam Jogja bersama teman-temanku sebelum kami pulang esok hari.

"Pake sendal jepit, gak papa kali, ya? Cuma sekitar sini, kan?"

"Aku juga pake sendal jepit, Nay." sahutku dari balik lemari. "Pake cardigan, gak?"

"Pake!"

Setelah sepuluh menit sibuk sendiri, akhirnya kami siap. Aku dan Nayya berpamitan pada dua orang teman sekamar kami, lalu segera pergi menuju lobby penginapan untuk berkumpul bersama yang lainnya.

"Ini kita jalan sendiri aja? Serem, gak, sih kalo malem?"

"Pasti banyak yang pada keluar juga, kok." Nayya menunjuk gerombolan siswa dengan dagunya. "Apa mau ajak Heru?"

Aku mendelik, lalu menggeleng. "Gak usah. Sendiri aja."

Hari ini aku belum bertemu Radipta sama sekali. Dari pagi hingga siang kami mengunjungi destinasi wisata seperti rencana awal. Pun penginapan laki-laki dan perempuan berbeda gedung meski berhadapan. Hal itu seperti sangat mendukung situasi canggung kami.

-atau lebih tepatnya hanya aku yang canggung.

"Loh, emang dia sama temen-temennya gak mau keluar?" tanya Puspa.

"Mau. Cuman kalau kalian takut jalan sendiri ya aku minta dia buat gabung. Kalo ada cowok kan lebih aman misal ada apa-apa."

Kami semua terdiam, kalau dari wajahnya ku lihat mereka seperti tengah berpikir. Aku pun hanya diam menunggu keputusan.

"Gerombolan yang keluar selalu ada cowoknya, sih..."

"Tapi nanti canggung, gak?"

"Apa ajak Ale?"

"Tadi aku chat Ale katanya dia gak mau keluar."

"Ya udah, Nay," Kayla menunjuk ponsel Nayya. "Ajak aja Heru."

"Setuju semua, nih?" Mata Nayya menatap kami semua, dan berhenti ketika menatapku. "Setuju, gak, Jan?"

Radipta bisa jadi tidak ikut. Ke sekolah aja ia sering absen, apalagi jalan-jalan begini.

"Ya udah. Setuju."

•••

"Angkringannya jangan pilih yang rame. Di depan masih banyak kayaknya."

"Tuh, tuh. Masih ada tempat di karpetnya."

"Muat, gak, kalo bersepuluh?"

"Muat, muat."

"Eh asli dingin banget," Puspa merapat padaku. "Diem-diem aja, Jan. Ngomong, dong."

Terhitung sudah lima belas menit kami berjalan hanya untuk mencari angkringan yang tak terlalu ramai. Dan sedari tadi memang aku diam saja mengikuti kemana-mereka Nayya dan Heru-pergi.

"Nayya sama Heru kayak emak bapak yang bawa anak-anaknya nongkrong." celetuk teman Heru yang kalau tidak salah bernama Rafi.

Heru terkekeh, sedangkan Nayya tersenyum malu-malu.

"Sini anak-anak duduk." canda Heru seraya menepuk karpet. "Eits, yang duduk disini Ibunya, dong." usirnya pada Rafi yang hendak duduk disampingnya.

"Kampret, lo!"

Rafi akhirnya duduk di seberang Heru. Diikuti Puspa, dan juga aku.

"Baru pertama kali kumpul bareng. Gak usah canggung-canggung." ucap Heru yang kemudian diangguki Nayya.

Satu Cerita Untuk KamuWhere stories live. Discover now