05. Kesalahan

41 9 1
                                    

Jantung Minggu berdetak kencang. Sosok manusia yang sudah menghilang sejak beberapa tahun lalu tiba-tiba datang di kehidupannya.

"Sayang?" Alister menepuk pundak kekasihnya.

Minggu mengambil gelas yang ada di tangan lelaki itu dan meneguknya sampai tersisa setengah.

"Haus banget?" canda Alister mengajak kekasihnya duduk di sebelahnya.

Pada siang itu keadaan matahari sedang terik-teriknya, dada Minggu sudah sesak sudah hendak mengeluarkan isak tangisnya. Namun, perempuan itu menahannya.

"Kenapa?"

Minggu tidak bisa ditanya kenapa dalam keadaan demikian. Ia langsung terisak. Untungnya Alister tidak bertanya lebih lanjut tapi malah merengkuhnya ke dalam pelukan.

"It's okey, nggak apa-apa nangis aja."

Isakannya masih terdengar, usapan lembut yang dirasa di tubuhnya terasa menenangkan.

Beberapa menit kemudian isaknya mulai mereda. Minggu mengurai pelukan mereka tapi Alister langsung menangkup pipinya dan mengusap air mata.

"Cantik banget, habis nangis aja masih cantik," kata Alister tapi tidak berefek membuat Minggu senyum.

Biasanya Minggu akan selalu tersipu mendengar gombalan semacam itu. Tapi, siang itu Minggu hanya diam.

"Makasih ya udah mau bertahan dan ngeluarin air mata kamu hari ini." kedua tangan Alister mengacak rambut kekasihnya.

"Aku sedih, Al. Aku juga marah."

"Iya. Ayo cerita, biar lega."

Minggu menggeleng, merasa bahwa hal demikian tidak untuk diceritakan sekarang.

“Kamu pernah sayang seseorang nggak, Al?” tanya Minggu.

“Bukan pernah sih lebih tepatnya sedang,” ujarnya.

“Kamu sesayang itu sama aku?”

Alister mengangguk, “Lebih sayang dari diri aku sendiri.”

“Kalau misalnya sekarang aku tinggalin kamu gimana?”

“Janganlah, aku pasti bakal sedih banget.” tatapan sendu nampak terlihat dari Alister yang mendengar perkataan demikian.

“Kalau saat aku ninggalin kamu terus disaat yang sama juga kamu ditinggal sama orang-orang yang kamu sayang, gimana?”

“Sedih.”

“Terus kalau suatu saat aku balik lagi?”

Alister diam sejenak, “Aku rasa akan tetap sayang sama kamu, tapi untuk menerima kehadiranmu sepertinya tidak. Kamu pergi menorehkan luka, ya sudah sepantasnya kita tidak bersama. Aku tidak mengizinkan diriku terluka untuk beberapa kali.”

“Kalau kamu kembali memangnya kita harus apa?” lanjut Alister.

Minggu tersenyum simpul, “Tapi ini bukan tentang kita, Al.”

“Are you okey? Bukan mantan kamu kan yang dimaksud?” pertanyaan Alister dijawab gelengan oleh gadis itu.

"Kamu tau Gama ada hubungan apa sama cewek tadi?" tanyanya.

Alister menggeleng, "Tapi Gama sempat cerita soal perempuan itu. Aku rasa dia suka sama Bumi."

"Kenapa?" lanjut Alister bertanya.

Minggu hanya menggeleng, "Aku heran aja, tumben seorang Gama kehilangan wibawanya di depan perempuan."

"Begitulah cinta bekerja. Bertindak di atas segalanya, menjadikan manusia pintar terlihat bodoh di atas perasaannya."

TERASINGWhere stories live. Discover now