part 3-The Hidden Side

13.3K 559 4
                                    

Grace baru tersadar bahwa kini Reynald tengah mencium keningnya ketika dia mendengar sorak sorai para mahasiswa dari arah kantin. Dengan mengerahkan seluruh kekuatannya, gadis itu mendorong tubuh Reynald hingga laki-laki itu terdorong ke belakang beberapa langkah. Reynald menaikkan satu alisnya ketika Grace menatapnya dengan amarah yang terlihat jelas di kedua matanya dan wajah yang memerah. Gadis itu kemudian menunjuk wajah Reynald lurus-lurus.

            “Elo...!” geram Grace. “Lo pikir lo itu siapa? Sampai berani nyium gue di depan umum, hah?!”

            Reynald menanggapi emosi Grace dengan santai, bahkan laki-laki itu terkekeh pelan. Sementara Grace sudah tidak bisa menahan emosinya lebih lama lagi. Dengan tergesa, Grace menghampiri Reynald dan mengangkat sebelah tangannya ke udara. Namun, belum tercapai niat Grace untuk menampar Reynald, laki-laki itu langsung mencekal pergelangan tangan Grace, menggagalkan usaha gadis itu untuk menamparnya dan menarik tangan Grace hingga tubuh gadis itu mendekat ke arahnya. Sangat dekat, sampai Grace harus kembali menahan napas karena helaan napas Reynald bisa dirasakannya.

            Reynald memperhatikan keseluruhan wajah Grace dengan seksama. Kedua matanya yang bewarna cokelat terang... hidungnya yang mancung... bibirnya yang tipis... garis wajahnya... alisnya... semuanya. Dan semuanya itu membuat suasana hati Reynald semakin tenang. Benar-benar tenang dan damai. Suasana hati yang selalu dia rasakan ketika Bunda berada di dekatnya. Dulu... sebelum akhirnya Bunda meninggal dunia karena... kejadian itu. Kejadian yang selama ini berusaha dikubur dalam-dalam oleh Reynald.

            Grace sendiri hanya bisa terdiam. Dia ingin berontak dan melepaskan diri dari cengkraman Reynald namun tenaganya seolah lenyap entah kemana. Wajah Reynald saat ini benar-benar berbeda. Berbeda dengan wajah Reynald saat Grace pertama kali bertemu dengan laki-laki itu. Namun, detik berikutnya, wajah Reynald kembali seperti dulu. Saat Grace pertama kali bertemu dengan Reynald di koridor kampus. Wajah yang dingin dan sinis.

            “Ini cara lo berterima kasih sama orang yang udah nolongin lo...,” ucap Reynald dengan nada rendah. “Grace?” sambung Reynald lagi.

            “Kakak!” sergah Grace langsung. “Panggil gue Kakak! Lo itu dibawah gue, jadi lo harus hormatin gue!”

            “Wah... ternyata lo cewek yang gila hormat, ya?” ejek Reynald. Laki-laki itu tidak membiarkan ketika Grace berusaha melepaskan diri darinya. Reynald justru semakin mengeratkan cekalannya dan semakin menarik tubuh Grace tepat ke arahnya. Seketika itu juga, pemberontakan Grace berhenti. Reynald bisa merasakan bahwa gadis itu mulai salah tingkah dan wajahnya terlihat sedikit memucat. Seringai tipis muncul di bibir Reynald, membuat Grace menelan ludah dengan susah payah.

            “Udah selesai berontaknya?” tanya Reynald pelan. Grace hanya bisa menatap laki-laki di depannya dengan tatapan sinis.

            “Gue kasih tau satu hal sama lo...,” kata Grace dengan suara dingin. Degup jantungnya menghentak dadanya dengan kencang karena dekatnya jarak antara dirinya dan Reynald, namun Grace berusaha untuk bersikap biasa saja di depan laki-laki itu. “Gue sama sekali nggak perlu berterima kasih sama lo karena gue sama sekali nggak minta bantuan lo!”

            “Oke,” balas Reynald sambil menganggukkan kepalanya. Laki-laki itu melepaskan cekalannya dari tangan Grace dan mundur perlahan. Sementara Grace juga langsung memundurkan tubuhnya dan memijat pergelangan tangannya yang sedikit memerah dan terasa perih karena cekalan kuat Reynald beberapa saat yang lalu. “Kalau lain kali gue liat lo diseret-seret sama si Kian atau sama cowok manapun, gue akan belagak buta dan budek.”

            Selesai berkata demikian, Reynald melipat kedua tangannya dan menaikkan satu alisnya. Grace yang kesal dengan ucapan Reynald itu langsung membalikkan tubuhnya dan berjalan menghampiri Azizah. Azizah bergegas mengejar Grace yang pergi dengan wajah kesal dan mulut yang tidak ada henti-hentinya menggerutu.

FRENEMYWhere stories live. Discover now