part 4-Can You Hear My Heart?

11.7K 537 1
                                    

Tubuh Reynald masih gemetar didalam pelukan Grace. Sungguh, Grace bisa merasakannya saat ini. Isak tangis itu bahkan masih terdengar. Meskipun sudah tidak sehisteris beberapa saat yang lalu. Pelukan Reynald masih terasa kuat di tubuh Grace. Kepala laki-laki itu masih dibenamkan di pundak Grace. Dan yang bisa dilakukan gadis itu hanyalah mengelus pelan punggung Reynald, memberikan kekuatan bagi laki-laki itu. Hari ini, beberapa saat yang lalu, Grace melihat dengan mata kepalanya sendiri bahwa Reynald sebenarnya adalah sosok yang begitu kesepian.

            Seolah baru tersadar bahwa saat ini orang lain tahu tentang keadaan dirinya yang sebenarnya, tentang sebuah sisi yang selama ini selalu disembunyikannya rapat-rapat, Reynald langsung tersentak dan melepaskan diri dari pelukan Grace. Laki-laki itu menghapus airmatanya dengan kasar menggunakan telapak tangannya. Kemudian, dengan satu gerakan cepat, Reynald turun dari atas ranjang dan mengambil ranselnya yang berada di atas meja. Grace mengikuti semua gerakan Reynald itu dengan tatapan heran dan kening berkerut.

            “Rey? Lo mau kemana?” tanya Grace. Ketika Reynald tidak menjawab pertanyaannya dan justru bergegas menuju pintu untuk keluar dari ruang kesehatan, Grace langsung mengejarnya dan mencekal lengan laki-laki itu.

            “Rey... lo masih sakit.”

            Reynald menyentakkan tangan Grace dari lengannya. Hal itu entah mengapa membuat Grace merasakan sedikit sesak di hatinya. Seolah-olah Grace tidak terima kalau Reynald melakukan hal seperti tadi padanya. Seakan-akan, Reynald menolak kehadiran Grace.

            “Jangan ikut campur,” ucap Reynald dengan suara dingin tanpa membalikkan tubuhnya untuk berhadapan dengan Grace.

            “Rey... gue nggak maksud untuk ikut campur... gue hanya....”

            “Gue bilang jangan ikut campur!” potong Reynald dengan suara keras, membuat Grace terkejut dan mundur beberapa langkah ke belakang. Tadi sikap Reynald begitu berbeda. Dia begitu rapuh dan kesepian. Sekarang, Grace mendapati sikap dingin dan sinis Reynald kembali mendominasi. Menyembunyikan kerapuhan dan kesepian yang sempat muncul ke permukaan beberapa saat yang lalu.

            “Rey...,” panggil Grace dengan suara pelan dan hati-hati. “Gue cuma....”

            Tiba-tiba, Reynald membalikkan tubuhnya. Laki-laki itu menatap Grace dengan tatapan dingin dan menusuk. Grace sampai tertegun ketika melihat tatapan yang dilayangkan Reynald padanya itu. Kemudian, dengan gerakan yang tak terduga, Reynald mencekal pergelangan tangan Grace dan menarik tubuh gadis itu ke arah dinding. Reynald mengunci tubuh Grace dengan rentangan kedua tangannya. Dia bisa melihat ketakutan terpancar dari kedua mata cokelat gadis di depannya itu.

            “Gue bilang jangan ikut campur!” desis Reynald tajam. “Jangan pernah ikut campur urusan gue lagi! Dan gue nggak akan pernah ikut campur urusan lo! Gue nggak akan pernah ikut campur dalam urusan lo dan Kian. Nggak akan pernah lagi, Grace! Lo tau kenapa? Karena lo selalu membuat gue sial! Berurusan dengan lo membuat gue selalu ditimpa kesialan!”

            Grace merasa jantungnya berhenti berdegup ketika kata-kata menyakitkan itu keluar dari mulut Reynald. Gadis itu merasa matanya mulai memanas. Reynald sendiri bisa melihat kedua mata Grace yang sudah berkaca-kaca. Kemudian, laki-laki itu memutar tubuhnya dan meninggalkan ruang kesehatan serta menutup pintu di belakangnya dengan satu bantingan keras!

            Grace masih berdiri di tempatnya. Kedua tangannya terangkat untuk menutup mulutnya yang mulai mengeluarkan isak tangis. Lalu, airmata itu mengalir tanpa bisa ditahan. Tubuh Grace gemetar hebat. Dia kemudian meluruh begitu saja dan akhirnya terduduk di atas lantai sambil memeluk lutut dan menenggelamkan kepalanya diantara kedua lututnya. Hatinya sakit. Perih. Kata-kata Reynald tadi terus berputar di benaknya. Tidak mau berhenti. Membuat airmatanya juga tidak bisa berhenti.

FRENEMYWhere stories live. Discover now