BEAT IT!

53.4K 1K 15
                                    

Suara hentakan musik didalam kelab malam itu terdengar membahana. Puluhan orang baik itu laki-laki maupun perempuan berjoget ria di atas lantai, mengikuti alunan lagu yang dibawakan oleh sang DJ. Jarum jam sudah menunjukkan angka setengah dua belas malam. Di salah satu sudut ruangan, terdapat sesosok gadis dengan wajah yang cantik dan seksi. Wajah yang mengandung unsur Barat dari Ayahnya dan Timur dari Bundanya itu membuat sang gadis menjadi rebutan para pria di kantornya. Bukan hanya pria di kantornya saja, tetapi juga pria di luar sana. Juga pria-pria yang berada di kelab malam ini yang jelas-jelas meneguk ludah ketika melihat paras juga keseksian tubuhnya.

            Gadis itu masih memakai kemeja berwarna biru tua tanpa lengan dengan kerah berenda yang dipadu dengan rok selutut berwarna hitam. Pakaian kantor yang dikenakannya pagi tadi. Dia tidak langsung pulang ke rumah. Dia suntuk, capek dan lelah dengan semua pikiran yang membuatnya hampir gila! Semua ini karena satu makhluk bernama Freddy! Si brengsek yang sudah memainkan kepercayaan dan perasaannya selama ini. Bisa-bisanya laki-laki itu berselingkuh dengan Siska, sahabat sekaligus rekan kerjanya, di belakang dirinya!

            Tangannya kembali meraih gelas yang berada di depannya. Dia meminum cairan berwarna emas tersebut dengan sekali tenggak dan meringis saat perih menjalar pada tenggorokannya juga pada lambungnya. Sial! Baru minum dua gelas kecil, tetapi isi perutnya sudah bergejolak ingin memuntahkan kembali isi cairan tersebut. Sepertinya, dia memang tidak bakat minum minuman beralkohol. Kalau Ayah dan Bundanya sampai tahu mengenai hal ini, dia sudah bisa memastikan hidupnya akan berakhir saat itu juga. Belum lagi adiknya yang hanya berbeda dua tahun dengannya itu. Herlan Alamsyah Alvinzo. Dia memang laki-laki tetapi kalau sudah menyangkut urusan sang Kakak, Herlan akan langsung berubah menjadi seorang perempuan alias cerewet!

            Walaupun Herlan sudah menghajar Freddy habis-habisan ketika dirinya curhat pada adik kesayangannya itu, rasa sesak dan sakit itu masih mengendap di hatinya. Entah harus dengan cara apalagi, dia mengeluarkan rasa sesak yang begitu menghimpit rongga dadanya tersebut.

            Merasa kepalanya mulai sedikit berputar dan berat, gadis itu memutuskan untuk pergi dari tempat yang penuh dengan musik tidak jelas dan manusia-manusia aneh lainnya. Dia tidak sadar bahwa dirinya sudah termasuk dalam kategori manusia-manusia aneh tersebut. Diraihnya tas tangan dan dia mulai melangkah keluar kelab dengan agak sempoyongan. Rambutnya yang berwarna emas dibiarkan tergerai begitu saja. Dia mewarisi wajah cantik Bundanya dan mata cokelat terang Ayahnya. Sekali lagi, perpaduan yang sangat unik dan menarik.

            Tiba-tiba, seseorang menarik lengannya tepat ketika dia sudah berada di pelataran parkir. Gadis itu tersentak dan mengerjapkan kedua matanya saat tubuhnya dihempaskan dengan pelan ke badan mobil. Entah mobil milik siapa. Dia sama sekali tidak peduli akan hal itu asalkan alarm mobil tersebut tidak berbunyi dan dia tidak perlu khawatir akan masuk penjara karena sudah dituduh melakukan pencurian mobil atau sebangsanya.

            Setelah berhasil beradaptasi dengan kedua matanya, gadis itu mencibir dan mencoba melepaskan diri dari cekalan kuat laki-laki di depannya pada kedua lengan atasnya. Gagal, tentu saja. Tenaga laki-laki itu tentu saja bukan tandingan yang pas bagi dirinya.

            “Cuma karena si brengsek Freddy, lo jadi mabuk-mabukkan kayak gini?” tanya si laki-laki dengan suara serak yang terdengar sangat seksi. Tetapi tidak di kedua telinga gadis berambut emas tersebut. Jari telunjuknya mengarah pada wajah laki-laki di depannya dan dia menatap tajam orang tersebut.

            “Jangan ikut campur, kiddo. Elo itu nggak tau apa-apa. Lagian, sejak kapan, sih, lo peduli sama musuh lo? Hah?!” bentak gadis itu keras. Kemudian, tanpa disangka, gadis itu malah tertawa keras. Tawa yang datar dan hambar. Detik berikutnya, dia menarik napas panjang dan menggelengkan kepalanya. Tingkahnya benar-benar sudah seperti orang yang kehilangan akal sehat. “Lo tau? Di mata gue, lo itu benar-benar musuh yang cari mati! Lo itu harusnya manggil gue Kakak, karena lo dua tahun di bawah gue. Dari ribuan bahkan jutaan perusahaan di Jakarta, kenapa, sih, lo harus masuk di perusahaan tempat gue bekerja? Gue itu udah muak sama lo sejak dulu! Saat lo dan gue selalu satu sekolah sejak SMP! Sialnya lagi, lo itu anak dari sahabat bokap dan nyokap gue. Dan juga, di mata gue, lo itu sama brengseknya seperti Freddy, Rizan Alaska Pradipta! Gue benar-benar mu—“

BEAT IT!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang