Part 5-Panic

15.5K 660 4
                                    

Ada yang punya pisau bermata sangat tajam? Oh... atau gergaji, mungkin? Benda yang menyerupai sabit yang selalu dibawa si muka seram dalam film Scream juga boleh, kok. Apapun, deh... asalkan bisa melenyapkan Rizan saat ini. Melenyapkannya hingga ke dasar bumi yang paling dalam. Supaya dia tidak harus membawa rasa malu ini kemana-mana. Bayangin aja, dia dengan tololnya sudah menyuarakan isi hatinya di depan Cecillia? Mengatakan tanpa sadar kalau dia sebenarnya mencintai gadis itu? Gadis yang kini menatapnya dengan tatapan tajam, setajam tatapan Suzanna saat bermain dalam film-film horrornya yang jumlahnya berjibun itu. Tatapan menuntut Cecillia itu membuat Rizan memaki dirinya sendiri dalam hati dan buru-buru menyeruput minumannya. Ketika rasa segar dan dingin itu masuk kedalam kerongkongannya, hal tersebut nampaknya belum bisa menghilangkan kegelisahan dan kegugupan Rizan saat ini.

            “Rizan Alaska Pradipta... sebaiknya lo menjelaskan maksud ucapan lo barusan ke gue!” Cecillia mengetuk meja dengan sebelah tangannya. Kedua mata indahnya tak lepas dari wajah Rizan. Memberikan sensasi menakutkan bagi laki-laki itu.

            “Lo dengar sendiri, lah, apa yang baru aja gue ucapin tadi,” ucap Rizan setelah menghela napas panjang. Dia sebenarnya bisa saja berbohong pada Cecillia, mengelak atau semacamnya. Hanya saja, dia berpikir lagi. Mungkin ini memang sudah merupakan waktu yang tepat bagi dirinya untuk mengungkapkan perasaannya kepada Cecillia. Meskipun dia sangat yakin bahwa Cecillia akan langsung membencinya tanpa ampun. Well... it’s not a big deal for him, actually. Toh, gadis itu memang sudah membencinya sejak dulu.

            “Lo gila!” desis Cecillia sambil menggelengkan kepalanya dan langsung menggebrak meja. Gadis itu bangkit berdiri dan bermaksud meninggalkan Rizan, ketika dia merasakan lengannya dicekal dengan sangat kuat hingga tubuhnya berputar. Kini, dia kembali berhadapan dengan Rizan. Kegelisahan dan kegugupan yang sempat ditangkap oleh mata Cecillia beberapa saat yang lalu di wajah dan sikap tubuh Rizan kini sudah menghilang tak berbekas. Tergantikan dengan kedua mata yang menyorot tegas.

            “Lo mau tau apa yang lebih gila, Cil?” tanya Rizan. Pertanyaan yang memberikan kesan pada Cecillia bahwa dia sama sekali tidak membutuhkan jawaban. Dan memang gadis itu tidak berniat untuk menjawab. Cecillia hanya diam, menatap tajam Rizan dan berusaha melepaskan cekalan tangan laki-laki itu pada lengannya. Suara kasak-kusuk beberapa pegawai yang berada di kafetaria itupun tidak dipedulikan oleh keduanya.

            “Lo mau tau apa yang lebih gila lagi, hah?!” ulang Rizan lagi dengan nada yang sedikit lebih tinggi daripada sebelumnya. Membuat Cecillia terlonjak kaget dan mengerjapkan kedua matanya. Rontaannya berhenti seketika itu juga. “Gue udah suka sama lo sejak SMA dan semenjak itu pula lo sama sekali nggak menganggap gue ada! Lo pandang gue dengan sebelah mata! Lo anggap gue musuh bebuyutan lo tapi gue sama sekali nggak keberatan asalkan dengan cara itu, gue bisa terus dekat sama lo!”

            Bukan main terkejutnya Cecillia ketika dia mendengar penjelasan Rizan barusan. Gadis itu hanya bisa membeku di tempat dan kini membiarkan kedua tangan Rizan memegang kedua bahunya dengan tegas dan sedikit mengguncang tubuhnya.

            “Lo tau gimana cemburunya gue saat gue liat lo bisa dekat sama semua teman laki-laki lo, tapi lo menganggap gue seolah sebuah parasit? Lo tau gimana rasanya gue kepengin banget nonjok muka si Freddy saat dia berhasil jadi pacar lo? Lo tau semua itu, nggak?! HAH?! Nggak, kan?! Yang lo tau adalah lo benci sama gue dan muak liat muka gue!”

            Oke. Semua ini membuat Cecillia sedikit takut. Pasalnya, Rizan tidak pernah bersikap sebegini serius dan menakutkannya selama ini. Laki-laki itu adalah laki-laki humoris yang selalu menanggapi kibaran bendera perangnya setiap waktu. Meskipun begitu, Rizan sama sekali tidak ada niat untuk mencelakai atau menjahatinya, walaupun mereka selalu terlibat perdebatan alot dan pertikaian mulut. Namun sekarang, Cecillia justru merasa was-was dan bersikap waspada. Takut kalau tiba-tiba Rizan akan berubah menjadi brutal dan langsung menyerangnya tanpa ampun.

BEAT IT!Where stories live. Discover now