2 | PERSON OF THE PAST

42.2K 3.9K 502
                                    

Alethea mengenakan midi dress berleher sabrina yang membalut tubuhnya dengan pas. Siang ini ia memilih pakaian dan dandanannya dengan hati-hati karena ingin memberikan kesan pertama yang baik kepada calon pembeli mereka. Sepatu hak tingginya mengetuk-ngetuk lantai Hotel Mandarin Oriental saat ia mengiringi langkah Ray yang berjalan di depannya menuju salah satu restoran makanan Prancis di sana. 

"Apakah kita memiliki reservasi, Om Ray?" tanya Alethea.

"Ada, atas nama Elvian Sudrajat," jawab Ray.

"Dia calon pembelinya?"

Ray menggelengkan kepalanya. "Bukan, Elvian adalah asistennya. Aku belum mengetahui siapa calon pembeli kita sampai sekarang. Semua komunikasi dilakukan melalui Elvian."

Alethea mengerutkan keningnya. Jika calon pembeli mereka ingin memberikan kesan penuh misterius, orang itu jelas berhasil.

"Reservasi untuk empat orang atas nama Elvian Sudrajat," ucap Ray kepada waitress saat mereka sampai.

Waitress tersebut terlihat mengecek daftar reservasi kemudian berkata, "Maaf, reservasi atas nama Bapak Elvian Sudrajat hanya untuk dua orang dan beliau sudah ada di dalam."

Ray melirik wajah Alethea dan mencerminkan kebingungan yang sama seperti wanita itu. "Apa mbak yakin?" tanya Ray memastikan sekali lagi.

"Menurut daftar reservasi yang kami miliki tercatat seperti itu, Pak," jawab si pelayan.

Alethea menyentuh lengan Ray saat pria itu mulai merogoh saku celananya untuk mengambil ponsel.

"Tidak apa, Om," ucap Alethea. "Sepertinya calon pembeli kita hanya mau membicarakan klausul penjualannya denganku. Aku akan menemuinya sendiri."

Ray terlihat berpikir untuk sesaat kemudian menganggukkan kepalanya. Tadinya ia berniat untuk mengubah reservasi tersebut untuk empat orang, namun melihat betapa ramainya restoran itu saat ini, Ray hampir yakin mereka tidak akan bisa mendapatkan bangku lain.

"Baiklah," jawab Ray. "Aku akan menunggu di lobi. Kau berbincang-bincanglah dengannya, katakan padanya bahwa kau akan mengambil keputusan setelah berdiskusi dengan ayahmu."

"Aku mengerti, Om," ucap Alethea sambil tersenyum.

Ia kemudian mengikuti langkah pelayan tersebut yang membawanya ke sebuah meja untuk dua orang yang berada di tengah ruangan. Ada seorang pria berpakaian rapi yang duduk di sana dan berdiri saat melihat kedatangan Alethea.

"Terimakasih," gumam Alethea kepada waitress dan mengalihkan pandangannya pada sosok pria tersebut.

"Ibu Alethea Fortunata?" tanya pria itu sambil mengulurkan tangannya.

"Benar, saya Ally. Anda Bapak Elvian?" Alathea menerima jabatan tangan pria tersebut.

"Elvian Sudrajat, Bu. Silahkan duduk," ucap pria yang bernama Elvian itu.

Elvian menarikkan kursinya dan membantu Alethea untuk duduk.

"Saya permisi sebentar untuk memanggil atasan saya. Mohon menunggu," ujar Elvian.

Alethea hanya menganggukkan kepala. Meskipun ia merasa sedikit aneh, tapi ia tidak banyak berkomentar.

Matanya mengikuti sosok Elvian yang keluar dari restoran dan kemudian terlihat sedang menghubungi seseorang. Tingkah Elvian menunjukkan gelagat aneh dan Alethea tidak dapat menampik perasaan janggal yang mulai muncul.

Tidak lama berselang setelah Elvian tidak terlihat lagi, Alethea menangkap sosok seseorang yang sangat dikenalnya. Napas Alethea seketika tertahan dan perasaan dingin merayapi tangan dan kakinya.

Long Ride Home [SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now