Bag 3: And The Game's Begin

6.8K 179 14
                                    

Bag 3: Jika kau memiliki kekuatan, maka kau memiliki kewajiban (Warth Of The Titans)

Aku mandi, merasa segar, merontokan segala beban pikiran yang menggangguku sedari tadi.

Aku melihat kedalam cermin di dalam kamarku. Oh! lihatlah gadis itu, dia terlalu besar untuk seorang berumur 18 tahun, mungkin dia harus diet untuk beberapa hari. Asatga, apa ini sudah meracuni pikiranku bahwa aku harus mulai memerhatikan penampilan?!

Aku tidak tau bagaimana tante Lana memuji diriku, aku tidak cantik, dan bahkan aku begitu memalukan.

Aku menghempaskan diriku di atas ranjang. Menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya. Dua kata terus menggema dalam pikiranku seakan ingin memecahkan kepalaku.

Sami Atmadja.. Sami Atmadja.. Sami Atmadja..

Oh Tuhan.. rasanya kepalaku mau pecah. Wajah laki-laki itu terus menghantui. Mengapa dia begitu dominan dan misterius. Sekarang, aku sudah mirip narapidana yang kabur dari selnya dan Sami sedang bermain-main denganku sebelum melemparku kembali ke dalam sel. Aku menggeliat tidak nyaman.

Para orang tua ini juga sepertinya punya rencana. Aih! aku hampir gila dengan seluruh rencana yang akan di lakukan orang tua itu ataupun Sami.

Aku hampir saja tertidur di atas ranjangku jika bukan karena lagu Justin Bieber mengalun dan mengagetkanku. Ku lihat siapa yang menelpon, tante Lana. Aku melengos tidak bersemangat, apa lagi sekarang?

"Hallo," kataku, suara yang paling bersemangat yang pernah aku dengar adalah suara tante Lana.

"Oh Sofiyah sayang.. kau belum mengunjungi tante hari ini. Bagaimana kabarmu?" aku selalu bertanya-tanya mengapa Sami dan ibunya tampak begitu berbeda.

"Baik, tante," jawabku gugup.

"Oh bagus! apakah papamu sudah pulang?" tanya tante Lana lagi. Aku melirik jam di kamarku.

"Balum," jawabku begitu singkat tapi cukup rendah.

"Tante masak banyak untuk makan malam hari ini, Sofiyah, datanglah bersama papamu, kita bisa makan malam bersama. Kita sudah seperti keluarga," tante Lana mulai bersuara kegirangan di ujung sana, apakah salah satu saraf warasnya ada yang putus? aku mengernyit sebentar, jika Sami tau apa yang aku pikirkan, mungkin dia sudah membunuhku. "Ini pasti akan menjadi makan malam istimewa, Sami bahkan terlihat antusias," Ah dia berbohong, aku tahu itu! "Jadi kalian harus datang, okey?" tanya tante Lana lagi. Baiklah, makan malam? apakah itu terdengar buruk. Sami tidak akan menghentikanku untuk itu.

"Hm.. Baiklah tante, aku akan memberitahu papa," kataku dengan senyuman.

"Nah! Tante tunggu ya sayang," kata tante Lana sebelum kemudian telepon kami terputus. Apakah aku mengambil keputusan yang salah? Aku akan menyusun rencanaku sendiri malam ini. Lihat saja Sami, kau punya rencana? aku juga punya! mari kita lihat siapa yang akan menang diantara kami.

#VOMMENT BEFORE CONTINUE#

Aku memakai gaun dengan lengan 3/4 berwarna oren dan renda yang menutupi bagian dadaku, aku menarik keatas renda itu, tidak mengijinkan siapa pun mengintip kulit mulusku ini. Aku bercermin sekali lagi, berputar-putar didepan cermin dengan memegang ujung gaunku sehingga tampak terbang dan mewah. Aduh! apa-apaan aku ini? Ini bukan aku sekali, rambutku yang tadinya aku urai seketika berhenti karena aku berpikir bahwa berputar-putar membuatku bodoh.

Mengapa aku harus tampak sempurna untuk datang kekediaman Atmadja? apa pentingnya mereka, biasanya juga aku keluar hanya mengenakan kaos kesenanganku dan celana jins yang tampak kumel karena memang pakaian itu membuaku nyaman, rambutku biasa aku ikat kuda atau di kepang, dan aku tak pernah lupa dengan kaca mata coklatku seakan framenya berasal dari jati. Aku menyukai penampilan itu.

Marry YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang