Bag 4: Marry Her

6.4K 170 16
                                    

Bag 4: It's not about having the perfect relationship, it's all about finding someone who matches you and will go through everything without giving up (thelifediaries)

Sudah sekitar seminggu aku tidak berhubungan sama sekali dengan keluarga Atmadja, sepertinya segala situasi mendukungku untuk menjauhi mereka, bahkan papa sama sekali tidak membahas masalah perjodohan atau apapun yang terjadi antara aku dan Sami. Tapi, bagaimanapun aku masih merasa bersalah dengan tante Lana, aku meninggalkannya dengan kekecewaan dan kesedihan, kemudian aku tidak lagi memberinya kabar.

Mungkin inilah yang aku inginkan untuk sementara ini, ya, setidaknya sementara ini sampai aku akhirnya harus menemui mereka juga, bukankah urusan antar keluarga ini belumlah berakhir?

Aku sedang duduk merenung di dalam kamar, menatap kosong lantai. Pintu kamarku diketuk, dan aku mengizinkan siapapun itu untuk masuk.

Yang kulihat hanyalah pelayan rumahku yang sedang membawa keranjang berisi pakaian, kemudian kulihat baju kuning itu. Oh tuhan! Bagaimana mungkin baju itu masih ada di sana? Aku memelototi baju itu seakan tatapanku dapat meleburkannya dan mengembalikannya ke lemari sialan milik Sami.

"Mbak," panggilku pada pelayan rumahku, umurnya hanya berjarak 4 tahun di atasku, kurasa itu panggilan yang pantas. Dia menatapku, masih menenteng keranjang itu. "Eng.. baju itu.. kupikir itu bukan bajuku.. tidak.. engg.. itu memang bukan bajuku," dia mulai menatapku tidak mengerti, "Taruh saja di sini, aku akan mengembalikannya," kataku dengan suara rendah, tidak yakin, sesekali aku bahkan menatap ke lantai, merasa malu dengan sikapku sendiri. Pelayan itu mengangguk patuh, aku tersenyum tipis ke arahnya saat dia meletakannya di atas ranjang.

Aku terus menatap kaos itu, oh juga celananya longgar itu. Keduanya milik laki-laki, laki-laki yang membuat hidupku seketika mengerikan. Tapi yang terpenting sekarang adalah, aku harus mengembalikan barang itu kepada pemiliknya,

...I want your symphony, singing in all that I am, at the top of my lungs I'm giving it back...

Oh aku mulai gila, jujur! Aku tidak pernah mencoba untuk membenci laki-laki itu tapi sikapnya yang sedikitpun tidak menghargaiku membuatku berubah pikiran, dia tak pantas untukku, tak pantas berada didalam hidupku yang memang payah. Bagaiamana mungkin aku baru menyadari bahwa dia memang tak pantas untukku, untuk perjodohan ini? Terlalu rumit, bukan? Aku benar-benar harus terbebas dari laki-laki ini, termasuk dari kaos kuningnya yang sangat lucu.

Aku beranjak dan mengambil kaos dan celananya, keduanya aku masukan kedalam paperbag, aku berpikir untuk menulis surat di dalamnya dan mengirimnya melalui pos, apakah itu berlebihan? Pastinya itu adalah hal terwajar yang mungkin terjadi.

Tapi nyatanya apa yang aku pikirkan tidak sesuai dengan bawah sadarku yang membawah kesadaranku pergi. Ini seperti sebuah mimpi saat taksi yang aku tumpangi berhenti di depan rumah kediaman Atmadja. Seharusnya ini memalukan, tapi ada sesuatu yang ingin aku ketahui, apa yang terjadi pada keluarga ini setalah aku memutuskan hubungan? tidak-tidak, ini bukan berarti aku begitu percaya diri bagaikan seorang yang sangat diidam-idamkan dan dipuja. Ini hanya karena keingintahuanku yang terkadang membabi buta.

Lagi pula aku tidak perlu masuk terlalu dalam dan terlalu lama, aku hanya akan menemui pelayan perempuan yang jutek itu, memberikan paperbagnya dan tentu saja aku akan mengintip ke dalam sekedar memastikan bahwa keadaan rumah itu masih utuh, setidaknya kepergianku tidak berakibat apapun untuk mereka, walau aku berharap sebaliknya.

Aku turun dari taksi dengan langkah yang sedikit oleng, ragu. Mungkin inilah anak hawa yang keingintahuaanya paling besar, bahkan aku sampai tak punya rasa malu seperti ini, datang kembali setelah memutuskan untuk pergi? Apa namanya jika bukan menjilat ludah sendiri?

Marry YouWhere stories live. Discover now