1. Sang Bintang

321 15 3
                                    

Ingar bingar musik mengentak keras dari ruang remang-remang beraroma mesum. Kepulan asap rokok yang menyesakkan bercampur dengan bau khas minuman beralkohol. Sorot lampu laser berwarna-warni berpendar ke sana ke mari, mengikuti iringan musik yang sedang diputar.

Perempuan-perempuan cantik bergincu merah membara berpadu serasi dengan tubuh seksi terbalut pakaian ketat setengah telanjang menemani lelaki mata keranjang berkantong tebal. Tak ada yang malu dengan busana seperti itu di tempat ini, lumrah dan pemandangan biasa.

Di tengah-tengah ruangan yang dijadikan dance floor, sejumlah muda-mudi bergoyang mengikuti alunan irama musik elektronik yang dipandu seorang DJ lokal. Jari jemari sang peramu musik begitu lihai memilih dan memainkan piringan hitam, sesekali dia tersenyum sambil melempar pandangan ke bawah, ke lantai dansa. Semakin malam, semakin banyak yang bergabung di sana. Tak hanya berwajah Asia saja, mereka yang berkulit putih serta memiliki rambut pirang dari belahan bumi lain ikut berbaur.

Ruang privat di balkon terlihat dipenuhi beberapa lelaki tampan berjas mahal. Tiga perempuan seksi menemani mereka. Ruangan itu tertutup dari jangkauan orang biasa dengan penjagaan dua lelaki berotot besar yang diam mengawasi.

Entah apa yang mereka lakukan di dalam sana. Tidak sembarang orang bisa bergabung. Bahkan, untuk masuk ke kelab malam pun dikenai tiket yang cukup mahal dan hanya bisa dibeli kalangan berduit. Mungkin saja mereka sedang melakukan sebuah transaksi bisnis atau semacam pertemuan rahasia yang tidak ingin bocor ke pihak lain. Botol-botol minuman keras menemani perbincangan mereka.

Kursi-kursi bar yang memanjang di pinggir ruangan sudah terisi penuh oleh orang-orang yang enggan bergabung di lantai dansa. Mereka cukup menikmati musik sambil meneguk minuman dan berbincang.

Di sebuah ruangan khusus dan eksklusif, seorang perempuan paruh baya, tetapi masih menawan dan sintal tengah merayu perempuan muda nan cantik di depannya.

"Ingat ya, Sayang! You bintang di sini. Malam ini ada Bos kakap yang siap nge-booking you dengan bayaran yang tinggi. Mami udah bilang padanya, kalau you paling hot di antara yang lain. Ingat itu! Kasih servis terbaik seperti biasa. Eitt ... belahan dadamu kurang menggoda, Soledad! Sini, Sayang, Mami rapikan dulu!"

Perempuan paruh baya yang masih dipenuhi napsu dunia itu memegang bagian depan gaun yang dikenakan gadis muda yang dipanggil Soledad. Perempuan berusia 24 tahun di depannya tersenyum. Wajah Soledad terlihat pasrah ketika Mami Sandra-- perempuan paruh baya itu menyebut dirinya sendiri--menarik lebih rendah belahan depan dan pundak bajunya.

Wangi parfum mewah menguar dari tubuh Mami. Rambut pendek warna mahogany membingkai wajahnya yang bulat telur. Tangan dengan jemari lentiknya terasa halus menyentuh kulit. Suara Mami sangat lembut menyihir para bintang, istilah sang kupu-kupu malam yang selalu mendapatkan job besar, agar selalu tunduk di bawah telunjuknya. Namun, jangan harap kelembutan itu selalu ada, Mami akan berubah menakutkan jika salah satu bintangnya membangkang.

Mami Sandra memang berjasa sekali dalam kehidupan gadis itu. Perempuan paruh baya yang menampungnya setelah dia putus asa dan merasa hidup ini sudah tidak berpihak kepada orang miskin. Tangan Mami Sandra begitu terampil, mengubah Soledad yang polos menjadi perempuan penggoda dengan tarif mahal dalam kehidupan dunia malam.

"Sempurna!"

Mami memandang Soledad dengan puas. Tangannya kemudian meraih sebatang rokok, menyalakan dengan pemantik berwarna keemasan yang selalu ada dalam tas. Bibir Mami tersenyum sambil menyelipkan rokok di antara telunjuk dan jari tengah.

VIAJE DE SOLEDAD [21+] (On Going)Where stories live. Discover now