Part 3

203 14 2
                                    

Karma 4
Part ini ditulis oleh: amellia_san

Sore itu, seperti biasa sepulang kuliah, Bastian menjemput kekasihnya di kampus. Kali ini satu unit sedan mewah Mercedes S Class menanti Ara di area parkir. Berganti-ganti mobil itu sudah biasa untuk seorang Bastian Tanadi.

Lelaki tampan itu menyambut gadisnya. Diusapnya lembut rambut panjang Ara dengan sayang. "Masuk, yuk. Aku mau kasih kejutan buatmu."

Bastian mempersilakan kekasihnya masuk ke seat belakang lalu memerintahkan sopirnya menuju ke mall. 

"Ara, bisa pejamkan mata sebentar?" pinta Bastian dengan lembut, yang langsung disambut kekasihnya dengan anggukan kepala. Segera, gadis itu memejamkan kedua mata sambil bertanya-tanya mengapa Bastian menyuruhnya begini.

Lelaki itu mengambil ponsel dari saku kemeja. "Buka matanya, Sayang."

Ara membuka mata dan masih bingung maksud dari kekasihnya saat memperlihatkan ponselnya yang menyala di hadapan. 

"Dibaca, Sayangku." Bastian gemas hingga mencubit pelan pipi halus Ara.

Dahi Ara masih berkerut-kerut saat melihat layar ponsel kekasihnya. Di sana tertera tiket online sebuah maskapai nomor satu negeri ini. Hingga agak lama ia baru menyadari apa yang baru saja dilihatnya. Kini, salah satu telapak tangan membungkam mulutnya karena teramat kaget.

"Tiket pesawat ke … Bali. First class. Berdua," ucap Ara terbata-bata. Pengalaman gadis itu pesawat dengan kelas ekonomi saja bisa dihitung jari. Lima kali. Dan, kini, Bastian memberinya tiket first class. Ya Tuhan, ia berdecak kegirangan.

"Kamu mau?"

"Kita beneran liburan ke Bali? Berdua? Berapa lama?" tanya Ara tidak sabar.

"Terserah kamu, Sayang. Mau tiga hari, seminggu, sebulan, setahun, selamanya," jawab Bastian riang.

"Berdua?"

"Rame-rame kok. Bareng teman-teman klub golfku di sana. Kebetulan kami ada jadwal party di sana. Aku sudah booking kamar untuk kita. Kamar kita terpisah, tenang saja. Mau?"

Seketika, wajah Ara berubah. Sedikit murung. Ia khawatir bagaimana bisa menghadapi teman-teman kaya kekasihnya. 

"Kenapa, Ara? Nggak suka, ya?" Giliran Bastian yang sedikit kecewa.

"Suka kok, Sayang. Cuma … aku malu saja kalau harus bertemu dengan teman-temanmu. Aku kan bukan orang kaya nanti kalau …."

Bastian menutup bibir kekasihnya dengan telunjuk. "Malu kenapa? Kamu nggak mencuri apapun dari mereka kan?"

Ara menggeleng pelan dengan sedikit menundukkan kepala.

Jemari Bastian mengangkat pelan dagu lancip kekasihnya agar bisa melihat wajah cantik Ara yang masih murung. "Tapi memang benar sih, kamu pencuri."

Ara cemberut lagi.

Ada gelenyar aneh saat Bastian mendekatkan wajah pada Ara. Membisikkan sesuatu dengan nada lembut di dekat telinganya. "Kamu pencuri seluruh hatiku."

Sontak, membuat pipi Ara bersemu merah. Bibirnya tersenyum mendengar bisikan barusan. Lengkap dengan hembusan yang terasa di tengkuknya.

"Tapi aku tetap malu …." Ara membiarkan perkataan itu menggantung di udara.

"Apa lagi, Sayang?" Bastian menatap gadis itu gemas.

"Aku malu nggak punya koper buat pergi. Aku cuma punya ransel." Lanjut Ara dengan raut sedikit khawatir.

(Bukan) Pernikahan Impian [TAMAT]Where stories live. Discover now