Unspeakable Regret

74 6 0
                                    

dPagi yang indah, begitu yang kulihat dari gambaran alam di luar yang terpantul melalui kaca jendela kamar yang tirainya tersibak. Taman depan sempurna ditimpa matahari pagi. Pucuk-pucuk bunga pettunia yang berbaris rapi di pinggiran taman memantulkan cahaya warna-warni akibat embun yang masih menempel tersiram cahaya matahari pagi.. Pemandangan yang selalu membuatku betah berlama-lama duduk menikmtinya seperti kali ini. Selain menikmati fenomena pagi, aku juga suka langit malam berbintang. Ada kerinduan dan kedamaian yang ditawarkan langit malam setiap aku menikmatinya. Karena kecintaanku pada langit malam aku membangun gazebo tanpa langit-langit di tengah taman. Atap kamar juga kudesain khusus agar aku bisa merasa tidur dihamparan bintang.

Nada yang sangat familier menyentakkanku dari lamunan, nada dering panggilan Gilang.

"Pagi sayang, pagi yang indah?" suara khas bangun tidur Gilang memenuhi pendengaranku.

"Mungkin suasana hatiku yang buruk karena aku nggak tahu pagi ini indah atau tidak," suara tawa Gilang terdengar di seberang.

"Honey, kamu tahu?"

"Tahu, kamu meninggalkan perlengkapan cukurmu," suara tawanya semakin kuat, "begitulah resiko kalau ngotot berkemas sendiri," aku mempertahankan nada serius sementara Gilang tak berhenti tertawa.

"Iya, aku jera, nggak tahu entah apa lagi yang ketinggalan, belum semua kuperiksa."

"Mau aku sebutkan satu persatu?" tambahku, "tidak, tidak, tidak, Ampun sayang. Biarkan saja aku tahu sendiri." Aku tak mau memikirkan bagaimana cara dia mengatasi barang-barang yang tidak bisa ditemukan saat nanti dibutuhkannya. Biarkan saja, toh itu kehendaknya.

Aku tak berminat melanjutkan percakapan saat Gilang mengatakan bahwa hari ini dia sangat sibuk, sangat bertolak belakang dengan ucapannya di bandara semalam. Hari ini belum jadwalnya memberikan training, harusnya dia beristirahat agar bisa tampil prima seperti yang dikatakannya. Aku tak mendebatnya karena dia pasti punya jawaban manis yang masuk akal dan aku masih kesal sehingga tak berminat dengarkan rayuan manisnya. Cukup tahu saja kalau dia berbohong.

Setelah menanyakan kabar anak-anak, Gilang buru-buru menutup telepon dengan alasan ingin bersiap-siap padahal samar aku mendengar suara ketukan. Aku yakin seseorang datang ke kamarnya.

Sekuat tenaga kulawan pikiran kalau Gilang berbohong tapi rasanya sulit sekali. Aku tak pernah mengonfirmasi kebohongannya pun aku tak pernah menangkap basah dia berbohong hanya saja aku merasa dia memang beberapa kali membohongiku belakangan ini atau dia menutupi sesuatu dariku, sesuatu yang tidak ingin kuketahui. Salahku juga tidak menanyakan langsung, jadinya aku selalu menduga-duga dan bertanya-tanya tapi kalaupun aku bertanya aku tak bisa menjamin Gilang memebrikan jawaban yang jujur. Ah, malang sekali aku mengawali hari dengan suasana hati yang buruk. Aku butuh kopi untuk memperbaiki mood. Semoga hari ini aku menemukan jawaban semua pertanyaan-pertanyaanku.

Masih jam dua belas saat aku menerima pesan dari Gilang yang menyatakan dia tidak bisa dihubungi sampai sore karena ingin fokus pada acara. Acara sialan seperti apa yang diikutinya sehingga tidak bisa dihubungi sampai sore. Ini bukan kali pertama Gilang ke luar kota tapi jelas ini pertama kali dia membatasi komunikasi kami. Setengah jam yang lalu saat aku mengecek keberadaannya dia tidak mengatakan apapun tentang acaranya. Apakah dia bosan karena kuhubungi setiap jam?

Penasaran dan pertanyaan muncul bergantian dalam pikiranku. Aku jelas ingin tahu apa yang sebenarmya dilakukan Gilang. Bertanya langsung padanya adalah tindakan bodoh tapi tentu saja akan lebih bodoh jika tidak melakukan apapun.

Saat menemani anak-anak bermain, aku mondar-mandir di ruangan memikirkan apa yang harus kulakukan. Aku tak mungkin terbang ke Yogya untuk melihat langsung apa yang Gilang lakukan, jelas tak masuk akal dan kucoret dari daftar rencana. Meneleponnya tak akan membuahkan hasil, malah membuatnya menjadi curiga mengapa aku tak mengindahkan pesannya.

MARRIAGE BLUESWhere stories live. Discover now