PROLOG

20.2K 1.7K 1.1K
                                    

A/N: 
Haiiii jadi sebelumnya aku mau post di X gitu kayak AU tapi kok aku nggak nyaman sama gaya berceritanya jadi aku memutuskan untuk kembali ke Wattpad. Please show some love, biar aku semangat lanjutinnya! 

Bisa dibilang ini tuh lanjutan Thank You Salma sekaligus gerbang awal pembuka universe-nya Galileo Club, ya. Jadi aku berpatokan sama novelnya yaaa. Karena ending di novel dan film kan agak beda, tuh *ytta*

Mari bernostalgia lagi,

mari kembali menyelami kisah Nathan, Salma, dan anak-anak Galileo Club.

Selamat membaca!

-------

PROLOG:

"Ini yang laki-laki pada ke mana?" tanya Salma melihat kelas kosong melompong hanya ada dua Perempuan tersisa di kursi masing-masing. Matanya berkelana, menatap Kaneisha dan Feni yang saling berpandangan. "Hello? Nggak ada yang mau jawab ini?"

"Mereka ....," Kaneisha terlihat kebingungan, "mereka tawuran, Kak."

"Hah? Tawuran?!!" Salma berjengit kaget seolah ada petir menyambar di siang bolong. "Di mana?"

"Sama SMA Bina Abadi," balas Feni tidak terkejut sama sekali. Seolah mereka semua sudah berkomplotan dan Salma adalah satu-satunya orang yang ketinggalan informasi.

"Terus Bang Nathan?"

"Ikutan."
Salma makin melongok mendengar itu lalu geleng-geleng kepala. "Emang ya, dari SMA nggak pernah berubah tuh orang!"

Kaneisha dan Feni kembali berpandangan sambil menahan tawa melihat Salma gelagapan. Lalu gadis berambut pendek itu bergegas mengambil tas dan kunci mobilnya di meja kayu. "Yuk, ikut Ibu."

"Kak—nggak usah naik mobil ... nggak mungkin bisa lewat, jalannya diblokade."

"Terus?"

"Naik bajaj aja. Sama Pak Oding!" seperti ada lampu bersinar di atas kepala Kaneisha. Pak Oding adalah bajaj langganan yang selalu mangkal di warung depan sekolah.

"Ya udah yuk!" Salma seperti ketua geng yang memandu teman-temannya untuk mengirim bala bantuan. Kaneisha berlari ke kantin menemui Pak Oding. Hanya butuh waktu satu menit Pak Oding muncul dengan bajaj butut yang knalpopnya seolah bisa terdengar sampai ujung kulon ditambah asap membumbung hitam bak cerobong asap. "Yuk, naik!" Kaneisha menepuk pintu bajaj. Salma dan Feni naik. Mereka duduk bertiga di belakang.

"Ke tempat tawuran ya?"

"Bapak juga tahuuu?" Salma menatap Pak Oding kaget sementara pria bertubuh tambun dengan kumis hitam lebat itu tertawa sampai perutnya berguncang.

Bajaj melaju seperti raja jalanan sampai tubuh mereka bertiga bergoyang ke kanan dan ke kiri dengan heboh. Hanya butuh waktu 20 menit mereka sampai di tujuan. "Bayarnya ntar ya, Pak!" teriak Salma. Lalu mereka bertiga turun dari bajaj dan lari menuju ke TKP. Terlihat sekumpulan anak SMA dengan badge 'SMA Bina Abadi' berkeliaran.

"Woy ada anak SMA Bakti Jaya noooh!" terdengar teriakan terarah menuju ke mereka bertiga. Salma yang tadinya berani pun ciut juga. Mereka bertiga langsung merapat seperti tiga tikus ketakutan di tengah sarang kucing liar. Mendengar 'SMA Bakti Jaya' seperti halnya umpan yang membangkitkan hewan buas. Mereka merangsek membentuk lingkaran. Salma menelan ludah melihat wajah anak-anak remaja garang di depannya. Ada yang memegang besi panjang, celurit, batu, sampai balok kayu.

"Anjeeeng lo semua beraninya sama cewek." Salma mendongak, mendengar suara familier. Nathan berdiri di tengah jalan mengenakan bomber hijau kebanggaannya dan tangan kosong. Tak lama disusul kemunculan Keegan dan Adam. Mereka bertiga ibarat pahlawan kesiangan yang mengalihkan perhatian anak-anak SMA Bina Abadi untuk beralih. 3 lawan 30 orang!

WELCOME NATHANWhere stories live. Discover now